Jalan Dengan Suami

844 95 55
                                    

"Humaira, habibti, hayati, qolbi," panggil Faris dengan lembut, dia menghampiri Aneesha yang sedang terlentang di atas kasur sembari memainkan ponsel.

Aneesha hanya berdeham tanpa menatap ke suaminya, membuat Faris menghela napasnya. Faris ikut naik ke atas kasur, Aneesha yang merasa kasurnya berguncang pun melirik kecil. Aneesha menyengir, sedangkan Faris menggelengkan kepalanya.

"Asik banget, lihat apa sih?" tanya Faris yang ikut merebahkan tubuhnya di samping Aneesha.

Aneesha sedikit memundurkan tubuhnya agar tidak terlalu dekat dengan Faris. Aneesha sedikit memperlihatkan layar ponselnya, agar Faris juga dapat melihatnya.

"Astaghfirullahalazim," ucap Faris langsung memalingkan wajahnya.

Aneesha mengernyit, dia menatap Faris yang saat ini tak ingin memandang layar ponselnya. Aneesha bingung, tetapi dirinya tetap  dan tak pertanya pada suaminya.

"Kamu kenapa lihat yang kaya gitu?" tanya Faris menatap Aneesha, tetapi berusaha mengalihkan matanya dari layar ponsel Aneesha.

"Hubbie kenapa sih?"

Aneesha mematikan ponselnya dan mengganti posisinya menjadi duduk. Dirinya menatap sebal ke arah Faris, sedangkan yang di tatap kembali menatap mata Aneesha dengan santai. Faris tak memperdulikan Aneesha, dia justru mengubah posisi tidurnya dan meletakkan kepalanya pada kaki Aneesha yang sedang duduk bersila.

Aneesha mengusap usap rambut Faris  dengan lembut, Faris mendongak menatap Aneesha yang sedang menunduk dan tersenyum kepadanya. Faris membalas senyuman itu, dia mengulurkan tangannya untuk mengusap pipi Aneesha.

"Habibti, besok kita pindah ke rumahku ya?" tanya Faris dengan lembut, Aneesha mengernyit.

"Rumah yang depannya ada pohon mangga itu kan?" Aneesha justru bertanya.

Faris gemas menatap raut wajah Aneesha yang terlihat cantik dari atas, membuat Faris mencubit pipi Aneesha. Yang di cubit hanya bisa mengaduh kesakitan dan meminta agar Faris melepaskan cubitannya.

"Humaira?" panggil Faris setelah melepaskan cubitannya.

Aneesha mengusap pipinya yang sedikit memerah, tetapi dirinya masih mau merespon Faris. Aneesha menatap mata Faris dengan tatapan bingung.

"Anti jamilatun jidan,"

[Kamu cantik sekali]

Aneesha tersipu mendengarnya, Faris memang sering sekali memuji diri. Namun, Aneesha selalu saja tersipu ketika mendengarkan pujiannya.

"Aku tau aku cantik," balas Aneesha dengan percaya diri.

Faris tertawa mendengarnya, dia mencolek hidung Aneesha. Faris menegakkan tubuhnya dan duduk di hadapan Aneesha. Faris menarik Aneesha agar turun dari atas kasur.

"Ayo jalan jalan," ajak Faris, Aneesha mengangguk antusias.

Dia segera bangkit berdiri dan berlari ke kamar mandi untuk bersiap-siap. Faris menggelengkan kepalanya, dia juga mengganti bajunya. Setelah selesai, dirinya menunggu Aneesha sembari duduk di atas kasur. Faris menatap pintu kamar mandi yang tak kunjung terbuka.

Merasa bosan menunggu, Faris memutuskan untuk membuka ponsel Aneesha. Faris membuka whatsapp Aneesha dan scroll, Faris membuka room chat Aneesha dan Kahfi. Dirinya memberi tahu Abi mertuanya jika dia akan mengajak putrinya keluar rumah.

Tak menunggu lama, Kahfi langsung membalws chat dari Faris. Dia meletakkan ponselnya dan kembali menunggu Istrinya keluar dari kamar mandi.

5 menit berlalu tetapi Aneesha tak kunjung keluar, membuat Faris merasa khawatir dengan keadaan Aneesha. Faris mengetuk pintu kamar mandi, Aneesha menyahut dari dalam. Faris menghela napasnya pelan, rasa khawatir di dalam hatinya menghilang seketika.

"Cepat ya habibti," ucap Faris.

"Iya."

Faris menyiapkan baju dan niqob Aneesha, agar sewaktu istrinya keluar, dia tak harus menunggu lama lagi.

---

"Zauji, ana mau itu!" seru Aneesha sembari menunjukkan toko puding yang berada di mall.

Faris menangguk, dia menggandeng jemari istrinya dan berjalan ke arah tempat yang di tunjuk Aneesha tadi. Belum sampai, mereka berdua sudah di hadang oleh 2 perempuan yang Faris sendiri tak mengetahui siapa mereka.

"Afwan, ini Ustadz Faris ya?" Faris mengangguk.

Salah satu perempuan itu menatap Faris dengan pandangan memuja, binar mata gadis itu dapat di lihat Aneesha.

Aneesha mendengus kesal, dia mencengkram jemari Faris dan membuat Faris mengerti dengan suasana hati Aneesha.

"Afwan, ana duluan ya? Istri ada sedang lapar, Assalamu'alaikum," pamit Faris, dia ingin melangkah menjauh dari keduanya. Namun, kembali di hadang oleh mereka.

Aneesha memutar bola matanya malas, Aneesha melirik sekitar. Banyak orang yang menatap ke arah mereka berempat. Aneesha dapat mendengar bisikan-bisikan yang di lontar beberapa pengujung.

Itu Ustadz Faris dan istrinya kan?

Iya, itu Ustadz Faris.

Wah berani sekali mereka berdua.

Gak lama bakalan ada berita baru nih.

Ucapan dari beberapa pengujung tak membuat kedua perempuan itu takut. Mereka justru semakin mendekat ke arah Faris dan sedikit mendorong Aneesha. Faris dengan sigap merangkul kembali tubuh mungil istrinya dan menatap tajam keduanya.

"Antumma pergi dari sini atau ana sendiri yang mengusir antumma," ucap Faris datar.

Sebenarnya kedua perempuan itu takut ketika melihat Faris justru merangkul Aneesha. Mereka berdua merasa cemburu dan mereka juga tak tahu jika sebenernya Aneesha istri sah Faris.

"Dia siapa sih? Segitunya Ustadz mau lindungi dia, istri aja bukan," ucap perempuan itu dengan raut wajah yang tenang, meskipun hatinya merasa takut.

"Memangnya salah jika ana pergi dengan suami ana sendiri?" tanya Aneesha dengan santai.

Kedua perempuan itu tersentak, tetapi masih saja tak percaya dengan ucapan Aneesha. Salah satu perempuan itu maju ke hadapan Aneesha. Sebelum perempuan itu mendekati istrinya, Faris sudah menarik Aneesha menjauh.

"Dia istri ana, jangan ganggu dia atau kamu berurusan dengan ana," ucap Faris dingin.

Dia menggandeng tangan Aneesha dengan lembut dan menjauhi kerumunan.

Setelah Faris dan Aneesha menghila, banyak pasang mata yang menyaksikannya, kini menatap kedua perempuan itu dengan nada mengejek.

"Bau keluar dari goa ya mbak?" Tawa pengujung tadi meledak seketika.

Kedua perempuan itu ikut meninggalkan kerumunan, mereka merasa malu dengan kejadian tadi. Mereka berdua tak tahu bila Faris telah menikah, dengan anak gurunya sendiri.

---

Udah, maaf kalau agak prik

Bye bye, semoga sehat selalu ya

Living With Mas SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang