Kembali Pulang

143 15 14
                                    

Beberapa hari setelah kembalinya kesadaran Aneesha, Faris semakin ingin mendampingi istrinya. Pria itu tak peduli dengan santri-santrinya yang memang sudah ia serahkan kepada salah satu temannya yang merupakan ustadz pengganti juga di pondok tersebut.

Saat Aneesha sedang di suapi oleh Faris, karena infus yang ada di tangan Aneesha belum di perbolehkan untuk di lepas.

"Buka dulu mulutnya, Humai!" pinta Faris sembari ikut mencontohkan kepada istrinya.

Aneesha diam, tetapi masih menuruti perintah dari Faris. Wanita itu memilih untuk memandangi wajah suaminya, entah mengapa kepala mungilnya itu selalu terpikirkan dengan mimpi yang di alaminya kemarin. Entah mengapa mimpi itu terasa sangat nyata?

"Kamu kenapa Humai?" tanya Faris yang menyadari tatapan Aneesha kepadanya.

Diam, Aneesha tetap tak ingin membuka mulutnya untuk berbicara pada Faris. Dia hanya akan membuka mulutnya ketika Faris menyuapinya, hal itu membuat Faris semakin kebingungan. Namun, Faris memilih untuk menepis pertanyaan yang berputar di kepalanya.

"Kalau ada apa apa bilang ke mas ya?"

Aneesha mengangguk. "Iya mas."

Faris menghela napasnya pelan, padahal bukan itu jawaban yang dia ingin dengar. Tetapi dirinya tak ingin memaksa istrinya untuk berbicara, biarlah nanti jika sudah lebih membaik keadaan istrinya, dirinya bertanya langsung.

"Mas, Anes mimpi kamu selingkuh." Nah kan, belum juga beberapa jam istrinya itu sudah mengatakan keresahannya selama berhari-hari ini.

"Anes mimpi, kamu lagi gendong cewek lain. Tapi aku ga tau sih siapa, karena mukanya burem. Kamu nangisin dia, kamu ga peduli sama aku padahal aku juga ada di sana. Di mimpi itu kamu jahat, kamu juga ga peduliin anak kita. Aku benci kamu yang itu!" tutur Aneesha dengan menggebu-gebu.

Faris mengernyit, tetapi tak ada jawaban apapun yang keluar dari mulutnya sehingga istri kecilnya itu beramsumi jika apa yang ada di dalam mimpinya itu adalah sebuah kenyataan.

"Kamu beneran selingkuh?" tanya Aneesha.

Faris terdiam, laki-laki itu terus memandangi wajah cantik Aneesha. Asik memandangi wajah istrinya, tak sadar jika matanya mengeluarkan air mata. Aneesha yang melihat itu pun mengangkat tangannya, wanita itu mengusap mata Faris yang berair.

Aneesha juga memberikan kecupan singkat di kedua kelopak mata Faris, membuat laki-laki itu terkejut dan kembali ke alam sadarnya. Faris tetap memandangi wajah cantik nan rupawan yang ada di depan matanya.

"Kamu jangan selingkuh ya mas?" pinta Aneesha.

"Kamu jangan tinggalin aku ya sayang? Janji sama mas ya?" Bukannya menjawab kalimat Aneesha, Faris justru melontarkan sebuah kalimat yang membuat Aneesha terheran.

"Anes di sini, Mas. Memangnya kapan Anes ninggalin mas sendirian? Justru mas yang sering ninggalin Anes sendirian di rumah," balas wanita itu di iringi dengan tawa kecil dari mulutnya.

Faris ikut tersenyum kecil. "Yaudah ayo cepat di habiskan makanannya! Abi dan umma udah nunggu di rumah tuh."

Aneesha mengangguk. "Besok Anes sembuh, kan Anes udah makan banyak! Ya kan nak?" ucap Aneesha mengelus perutnya.

Faris kembali tertawa sembari menggelengkan kepalanya, sungguh unik bin ajaib istrinya ini.

---

"Ris, tum beneran mau balik ke Surabaya?" tanya Ridho.

Faris mengangguk. "Na'am, ana titip santri santri ana ya? Mungkin beberapa hari lagi abi kirim ustadz lain yang gantikan ana, untuk sementara ini tolong kamu ambil alih ya?" pinta Faris.

"Na'am, Ris."

"Ya sudah, ana pamit balik pondok ya Ris?"

Faris hanya mengangguk sebagai jawaban, Ridho yang melihat itu pun segera pergi dari ruangan Aneesha. Laki-laki itu takut terlambat masuk jam kelas, tak ingin santrinya menunggu kedatangannya.

Faris menoleh ke arah Aneesha yang sedang menyandarkan punggungnya di kasurnya. Laki-laki itu menghela napasnya saat mendengar dengkuran halus dari mulut istrinya, Faris hanya mampu menggelengkan kepalanya.

"Mau pulang juga malah tidur." Faris tersenyum kecil, lebih baik melihat pemandangan seperti ini daripada ia melihat pemandangan saat istri kecilnya itu koma.

Sampai saat ini, Faris dan semuanya tak mengetahui alasan di balik komanya Aneesha yang secara tiba-tiba. Saat dia pingsan pun tidak ada benturan keras yang melukai tubuh wanita itu, tetapi yang berlalu biarlah berlalu. Kini Faris hanya mensyukuri apapun yang terjadi saat ini, dia juga sangat senang karena masih bisa berinteraksi kembali dengan istri tercintanya.

"Hayati, bangun yuk?" Faris dengan sabar menepuk-nepuk pipi istrinya.

Dia melihat Aneesha melenguh, tetapi masih engan untuk membuka matanya. Faris menggelengkan kepalanya, merasa gemas dengan kelakuan istrinya.

"Bangun sayang, katanya mau pulang hm?" bisik Faris di telinga Aneesha.

Wanita itu langsung membuka matanya, hingga matanya bertemu dengan mata Faris. Hal itu membuat Aneesha membeku, sedangkan Faris terkekeh kecil. Tangan laki-laki itu terangkat untuk meruap wajah istrinya, membuat Aneesha terkejut.

"Astaghfirullah mas!"

"Hehe kamu sih ngga mau bangun." Faris membantu Aneesha untuk turun dari ranjang.

"Mana kursi roda untuk Anes?" tanya wanita itu ketika menyadari sesuatu.

Faris mengernyitkan. "Untuk apa?"

"Ya untuk Anes! Kan Anes belum boleh capek capek sama dokternya, gimana sih?" gerutu wanita itu.

"Aku gendong saja." Faris bersiap untuk mengangkat tubuh istrinya, tetapi Aneesha justru menghalanginya.

"Kenapa kamu?" tanya Faris.

"Gak, kalau gitu Anes jalan sendiri aja."

"Hei! Kamu mana boleh jalan sendiri, nanti kecapekan!" Faris menolak keinginan istrinya.

"Nurut!" Belum sempat Aneesha membalas, Faris sudah mencegah Aneesha yang ingin berbicara.

Aneesha menghela napasnya, wanita itu hanya bisa pasrah ketika tubuhnya mulai di angkat oleh Faris. Untung saja semua barang bawaannya telah di bawa oleh Kahfi dan Halwa, sehingga Faris tak perlu mengangkut barang lainnya.

Aneesha menyembunyikan wajahnya di bahu Faris, terlebih saat mereka berdua melewati beberapa orang yang melihat ke arah mereka berdua.
Berbeda dengan Aneesha, Faris justru acuh tak acuh dengan pemandangan yang membuat istrinya risih.

"Mas ... Malu!"

Faris menunduk membuat Aneesha yang hanya di balut dengan kain pun merona. Laki-laki itu berusaha menutupi wajah istrinya, takut jika orang lain ikut menikmati kecantikan istrinya.

"Syut, bentar lagi sampai di parkiran."

Faris mengecup puncak kepala istrinya, yang membuat Aneesha reflek memeluk dan menenggelamkan wajahnya kembali ke dalam dada suaminya. Namun, kejadian itu di saksikan oleh beberapa pengunjung lain, dan membuat mereka ikut bersorak senang.

"Ustadz, itu istrinya ya?"

"Lah iya, yang di kabarkan koma itu kan?"

"Iya ya kok baru tau kalau istrinya disini ya? Padahal kan beritanya udah lama."

Faris tak memperdulikan pertanyaan itu, yang terpenting sekarang adalah cepat menuju ke parkiran dan masuk ke dalam mobil. Laki-laki itu mempercepat langkahnya, dan Aneesha mengeratkan pelukannya.

---

Maaf lama update, btw detik-detik menuju Aneesha lahiran ya kack 😭

https://whatsapp.com/channel/0029VafA6LE6LwHqptYRfs2r

Masuk ke saluranku yuk, biar dapetin info update ku. 🗿

Living With Mas SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang