Rumit

145 12 1
                                    

Derap langkah yang tergesa-gesa memenuhi lorong yang terlihat begitu sepi, di sana terlihat Aneesha yang sedang berlari dengan cepat seolah terjadi sesuatu yang besar.

Wanita itu berlari dengan air mata yang menetes deras dari sudut matanya, di sampingnya ada beberapa petugas polisi yang ikut mengikuti langkah kaki Aneesha.

"Ke arah kiri bu." Tunjuknya ke Aneesha, dan di angguki oleh Aneesha.

"Na'am, di mengerti pak."

Tanpa banyak bicara Aneesha berjalan dengan sedikit berlari, ketiganya langsung menuju ruangan yang ingin di masuki.

2 menit berlalu, kini Aneesha telah berapa di depan pintu ruangan yang di maksud oleh petugas kepolisian itu. Aneesha mendongak, menatap pintu ruangan yang tertutup rapat. Aneesha menarik napasnya dalam dalam, dan mengeluarkannya secara perlahan.

"Masuk sekarang bu?" tanya petugas itu.

Aneesha mengangguk, dia menarik gagang pintu ruangan yang menyimpan suaminya di dalam sana sedari beberapa jam yang lalu.

Pintu terbuka, terlihat ruangan yang begitu luas di dalam sana. Aneesha sedikit tercengang, wanita itu menelisik seluruh ruangan dari sudut hingga ke ujung sudut satunya. Mata Aneesha tak sengaja mendapati Faris yang terduduk di ujung sana, dan di depannya ada beberapa orang yang ada di depan suaminya.

"Astaghfirullah." Aneesha mengusap dadanya dengan kasar.

"Sebenarnya ada apa ini pak?" tanya Aneesha dengan nada yang sedikit berat, akibat tangisan yang berusaha ia tahan sedari tadi.

"Kalau tidak salah, suami ibu terlibat oleh salah satu penculikan santri pesantren Sahid Al Islam," jawab petugas itu, membuat Aneesha langsung memegangi dadanya yang terasa nyeri.

"Astaghfirullah ya Allah, mana mungkin suamiku berbuat seperti itu? Gak mungkin ... Ini pasti fitnah kan?" balas Aneesha, air matanya sudah tak bisa dia tahan lagi. Air mata itu kembali jatuh, membasahi kedua pipi Aneesha yang tertutup oleh niqob yang dia pakai.

Aneesha berlari mendekat ke arah suaminya, langkah kakinya sedikit terhuyung ketika Aneesha merasa tubuhnya semakin terasa lemas. Tak sempat berada di samping Faris, Aneesha terjatuh pingsan.

Brukk!

Suara jatuhnya Aneesha terdengar begitu nyaring, hingga Faris yang berada di sana pun melihat ke arah sumber suara. Tanpa banyak bicara, laki-laki itu langsung bangkit berdiri dan segera menolong istrinya yang terjatuh.

Tangan Faris gemetar hebat, ketika mengingat jika ada sosok lain yang sedang berkembang di dalam rahim istrinya. Faris mendongak, menatap petugas itu dengan mata yang berkaca-kaca. Sungguh hatinya sangat hancur melihat istrinya pingsan di hadapannya.

"Pak tolong istri saya! T-tolong anak saya pak!" ucap Faris dengan nada memohon.

Kedua petugas itu saling pandang, bingung ingin berbuat apa. Hingga ketukan meja yang terdengar keras pun menyadarkan mereka berdua.

Salah satu dari petugas itu pun berlari mencari pertolongan, dan yang satunya membantu Faris yang berusaha mengangkat tubuh Aneesha. Tetapi mungkin karena tidak tidur, Faris tak begitu kuat mengangkat tubuh Aneesha yang sedikit bertambah besar.

"Jangan sentuh istriku! Biar saya saja yang mengangkat tubuhnya! Saya tak rela jika tubuhnya di pegang oleh orang lain," ucap Faris dengan pelan, ketika menyadari petugas itu yang ingin menyentuh tubuh Aneesha yang masih tergeletak di lantai.

Petugas itu mengangguk, "Tapi saya hanya ingin membantu pak," balas petugas itu membela diri.

Faris mengangguk, "Terima kasih pak, tapi sungguh ... Saya bisa mengangkat tubuh istri saya. Bahkan selama saya hidup, tidak akan ada orang lain yang saya izinkan menyentuh tubuhnya." Faris mengusap peluh yang menetes di dahinya.

Dari sisi lain, petugas yang mengurusi Faris sedari tadi pun memberi kode pada pertugas itu. Dan petugas yang ingin membantu tadi, langsung pergi dan mencari rekannya, karena rekannya tak kunjung datang.

"Ya Allah, tidak cukupkah aku? Kenapa harus istriku juga ikut merasakannya?" lirih Faris lesu.

"Kamu baik baik di sana ya nak, jaga umma untuk Abi ya sayang?" Faris mengelus perut Aneesha.

---

"Ihh kamu nih, anakku jadi pergi sendirian ke Bogor!"

"Lah kok aku yang di salahin sih?" balas Kahfi dengan nada protes yang keluar dari mulutnya.

"Kalau ada apa apa sama anakku, kamu yang salah ya?"

Kahfi yang sudah lelah menjadi tuduhan istrinya pun terdiam, pria itu memilih untuk segera mengabari salah satu ustadz yang merupakan teman Faris saat berada di kota itu.

Melihat Kahfi yang terdiam dan fokus dengan ponselnya, Halwa pun juga ikutan terdiam.

"Aneesha ...."

"Apa? Anakku kenapa?" tanya Halwa yang kembali panik.

"Pingsan."

"APA?" pekik wanita itu dengan kencang, membuat beberapa pengunjung menatap ke arahnya.

"Apasih Zawjati, di lihatin banyak orang nih!" kesal Kahfi yang sedikit malu karena ulah istrinya.

Halwa menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sembari meminta maaf kepada pengunjung lainnya atas tindakannya tadi.

Di sisi lain, seseorang yang menjadi teman pendamping bagi Faris yang berada di sini pun berusaha menjelaskan kepada polisi. Bahkan beberapa rekannya yang lain juga ikut meyakinkan pihak kepolisian. Namun, sayangnya tak ada bukti akurat yang menyatakan bahwa bukan Farislah pelakunya.

"Benar pak, tolong jangan tahan teman saya. Saya bisa pastikan bukan dia pelakunya," ucap seseorang itu yang bernama Ridho.

"Maaf sebelumnya, tapi karena bukti terakhir jika Faris yang berada di sana, membuat kami berpikiran jika Faris merupakan pelakunya."

"Jika memang benar bukan Faris pelakunya, maka kita tunggu saja hingga korban siuman. Karena tidak ada siapapun di sana selain mereka berdua yang tersisa," jelas petugaa itu panjang lebar.

"Apa tidak ada cara lain pak?" tanya Ridho dengan nada memohon.

"Kasian istrinya pak," lanjutnya lagi.

Petugas kepolisian itu tersenyum ramah, lalu menggelengkan kepalanya. Membuat Ridho menundukkan kepalanya lesu, laki-laki itu menghela napasnya dengan berat.

"Baiklah jika begitu pak, saya pamit keluar dulu. Wassalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Ridho segera pergi dari ruangan itu, dan mencari keberadaan Faris dan Aneesha. Memang dirinya sempat melihat kedatangan Aneesha sebelum Faris mengetahui jika Aneesha datang ke tempat itu.

"Rumit sekali kisah hidup teman saya ini ya Allah, tolong bantu dirinya supaya bisa menjalin cobaan dari-Mu. "

---

Hayo ... Kasian ya Faris 🤣

Udah LDR sama ayang, kena tangkep polisi juga. Duh senengnya hatiku ini🤣

Bwcanda haha😭

Lepasin Faris ngga ya? Atau tahan aja ya? 🤔

kasih sarannya dong, enaknya Faris di apain nih🙄

Living With Mas SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang