Selesainya permasalahan

108 10 0
                                    


"Innalillahi, apa yang kamu ucapkan nak? Suami kamu masih hidup sayang." Halwa menatap mata Aneesha dengan tatapan bingungnya.

Aneesha mengernyit. "Ta-tapi mimpinya s-seperti nyata umma," bantah Aneesha dengan lirih. Wanita itu juga memalingkan wajahnya dari tatapan Halwa.

"Hustt, itu hanya mimpi panjang yang kamu alami."

"Maksudnya? Mimpi panjang apa?" tanya Aneesha kebingungan.

Halwa tersenyum simpul, dia mengelus rambut putrinya dengan lembut. Sedangkan yang di manja hanya bisa menunggu kalimat yang akan di lontarkan oleh Halwa.

"Kamu koma nak, 3 hari. Apa kamu ingat jika kamu pingsan waktu di kepolisian?" Halwa bertanya.

Aneesha menggeleng polos. "Engga, emang iya Anes gak sadarkan diri selama 3 hari?"

Halwa mengangguk, wanita paruh baya itu menjauh dari putrinya. Wanita mengubungi suaminya, dan ingin segera memberitahukan berita membahagiakan itu.

"Anes ngerasa hanya sebentar di sana umma."

Bunyi dering ponsel terdengar, Halwa menoleh ke arah Aneesha. Wanita paruh baya itu memberi isyrat kepada putrinya untuk diam.

"Assalamualaikum sayang ...."

"Waalaikumsalam zawjati, kenapa? Apa putri kita telah siuman?" tanya Kahfi dari seberang sana.

Aneesha yang mendengarnya pun hanya bisa berdecak iri. Aneesha mengerutkan alisnya, dan menatap sekelilingnya. Wanita itu berusaha mencari keberadaan ponselnya.

"Mana ponselku?" gumam Aneesha kecil.

"Alhamdulillah, putri kita sudah siuman sayang."

"Alhamdulillah ya Allah." Samar Aneesha mendengarkan kalimat Kahfi yang terdengar begitu gembira.

"Umma, ponsel Anes mana?" tanya Aneesha.

Halwa menoleh, dia menunjuk samping Aneesha yang terdapat sebuah meja kecil. Aneesha melirik dengan tatapan masam, itu benda berada jauh dari tubuhnya. Dengan keadaan dirinya yang masih di infus, bagaimana bisa Aneesha mengambil barang itu sendiri.

"Ummaa ...," panggil Aneesha dengan lembut.

Halwa kembali melihat Aneesha, dan menyadari perubahan raut wajah putrinya yang berubah menjadi masam. Halwa segera mengakhiri panggilannya, dan menghampiri Aneesha.

"Baru siuman, kok udah mau pegang hp aja sih," cibir Halwa, membuat Aneesha tertawa kecil saat mendengarnya.

"Mau ngasih kabar ayang!" balasnya dengan dada yang sengaja dia busungkan.

"Cih bisa aja nih bocil!" ledek Halwa, tetapi masih membantu Aneesha untuk mengambilkan ponsel wanita itu.

"Ummaa, Anes bukan bocil! Gini gini Anes udah mau punya utun loh!" balasnya, membuat Halwa tertawa.

"Hahaha iya iyaa, yang udah gede. Udah bisa jatuh cinta sama cowo, padahal dulu makan aja masih di suapin umma." Halwa justru semakin meledak putrinya.

"Ihh tau ah! Eh iya umma, gimana kabar mas santri?" tanya Aneesha, tetapi matanya masih saja tertuju dengan ponselnya.

"Mas santri siapa?"

"Menantu umma."

"Udah jadi ustadz dia nak."

"Salah siapa dulu ngaku santri!" Aneesha mengedikkan bahunya acuh tak acuh.

---

Aneesha meletakkan ponselnya, menatap Halwa dengan tatapan yang tak bisa di artikan oleh wanita paruh baya itu.

Living With Mas SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang