2. Mantan Gebetan

971 89 3
                                    

"Yah, meskipun happily ever after cuma mitos belaka. Gue tau banget masih banyak orang yang berharap hidupnya berakhir kayak gitu. Lo mungkin aja salah satunya."

***

Ini kali pertama Wren keluar rumah dengan perasaan damai. Sejak tiba di Indonesia, dia diharuskan siap siaga dan melawan kekhawatiran yang menguasai dada. Pria itu harus bolak balik antara rumah dan rumah sakit, memastikan ponselnya tetap aktif, dan mengecek semua kegiatan yang dijadwalkan untuk sang ibu. Kini, setelah ibunya dapat pulang ke rumah dengan kondisi yang cukup baik, tujuan perjalanan Wren bukan lagi rumah sakit, bukan pula rumah mereka. Melainkan, tempat kerja sementara Wren selama tinggal di Indonesia.

Wren duduk di samping Qisꟷsepupu yang terpaut 3 tahun lebih muda darinyaꟷyang sedang mengemudi. Berbeda dengan Qis yang memandang lurus ke depan, pandangan Wren terarah keluar jendela, memperhatikan bangunan-bangunan di sisi jalan yang tampak berubah setiap tahunnya. Mulai dari warna bangunan, pelang toko atau kafe, bahkan bentuk bangunan- baru yang kontras dengan bangunan di sekitarnya.

"Jadi gimana? Kapan lo mau menetap di Bandung?"

Pertanyaan itu membuat Wren melirik Qis. Raut muka sepupunya itu tampak serius, jelas bukan efek karena pria itu sedang mengemudi, melainkan karena topik pembicaraan yang diangkatnya.

Kening Wren mengkerut lalu bahunya terangkat. "Kalau rencana pembukaan cabang JForY di Indonesia udah resmi disetujui," jawabnya sambil lalu. Setiap ditanya hal seperti itu, jawaban Wren selalu sama; pria itu akan mengungkit perusahaan e-commerce milik ayahnya di Inggris. Lagipula, menurut Wren, pertanyaan Qis barusan tidak bisa dijawab dengan tepat. Wren memang akan kembali menetap di Indonesia, segera, tetapi dia sendiri tidak tahu pastinya kapan. Mungkin kali ini, mungkin juga lain kali.

"Kapan tepatnya?" tuntut Qis. "Lo selalu bilang kalau lo bakal balik ke sini, rawat ibu lo, dan hidup happily ever after."

"Happily ever after," decak Wren. "Jijik banget kalimat yang lo pake," ejek pria itu, mencoba membuat suasana di antara mereka kembali santai. Salah Qis, sih. Padahal, sebelumnya mereka masih mengobrol tentang teman-teman lama Wren di Indonesia, tetapi tiba-tiba saja, obrolan mereka dibelokkan Qis ke ranah khusus yang serius. Tangan Wren terulur ke dasbor mobil lalu menyalakan radio. Lagu berjudul Here's Your Perfect yang dipopulerkan Jamie Miller seketika mengalun di dalam mobil.

"Yah, meskipun happily ever after cuma mitos belaka. Gue tau banget masih banyak orang yang berharap hidupnya berakhir kayak gitu. Lo mungkin aja salah satunya." Nada suara Qis mengandung kesinisan. Dia kembali serius lagi saat berkata, "Sekarang, ibu lo lagi butuh banget perhatian lo, Wren. Kondisi kesehatannya nggak stabil. Dia pengen ngabisin waktu lebih banyak bareng lo. Gue kira, ini waktu yang tepat untuk lo kembali menetap di sini. Masa lo nggak kasihan sama ibu lo?"

Ekspresi Wren berubah muram. Mau tidak mau, pria itu terbawa suasana serius yang Qis tularkan. "Qis, mungkin lo lupa," Wren menatap Qis dengan serius. "Gue ke sini buat rawat Ibu. Gue cuti dari kantor dengan batas waktu yang nggak ditentukan. Secara nggak langsung, gue bisa di sini sampai Ibu sembuh total dan sampai Ibu bersedia sekaligus rela izinin gue balik ke Inggris. Lagian, udah seminggu gue di sini. Menetap atau enggak, saat ini gue kan, masih ada di sini." Sebenarnya cuti dalam batas waktu yang tidak ditentukan itu terlalu berlebihan, tetapi biarlah, Qis yang cerewet mungkin akan bungkam jika mendengar kalimat yang serius seperti itu.

Suasana di antara mereka hening sejenak. Kemudian, Qis bersuara. "Gue harap lo serius soal nemenin ibu lo sampai sembuh. Gue khawatir banget sama Tante Karla."

Wren mengangguk, paham dengan kedekatan yang dibangun antara Qis dengan ibunya. "Iya, Qis-Qis. Lo tuh bawel banget. Kapan sih, gue nggak pernah serius? Ingat nggak gue pernah janjiin ngasih lo permen Jawbreaker? Meski hujan badai memenuhi seisi bandara, gue tetep bawa itu permen selamat sampai ke tangan lo, kan?"

Sweet Second Chance [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang