"Apa cinta membuat seseorang jadi kekanak-kanakan?"***
Pagi berganti siang. Cuaca yang sejuk kini berubah menjadi panas. Seharian ini, Miya tidak banyak bergerak kecuali duduk, membuatkan pesanan, dan memamerkan senyum ramah. Namun, tenggorokannya mudah kering padahal sudah sering minum air mineral. Sebagian besar pelanggan kafe pun memesan minuman dingin alih-alih kopi. Sudah pasti karena merasa gerah dan kepanasan.
"Dia datang lagi tuh, Téh."
Suara Regi yang terdengar berbisik dan terkesan serius membuat Miya yang sedang memasukkan kertas ke print-an mungil menoleh ke arah Regi. Rekan kerjanya itu mengerling ke arah pintu masuk kafe, dan Miya mau tidak mau ikut menoleh ke arah sana. Sosok yang Regi maksud terlihat oleh Miya, dan kening perempuan itu mengernyit.
Orang itu Dirga, si pria keras kepala yang selalu mengejarnya. Pria itu memakai jaket jin berwarna biru muda dan celana berwarna lebih tua. Kedua tangannya memegang dua buah tas jinjing kertas yang isinya entah apa. Dirga menatap sekeliling kafe yang lumayan ramai dan ketika pandangannya menangkap sosok Miya, pria itu tersenyum lebar. Dia berjalan penuh percaya diri mendekati Miya, lalu menyapa dengan ceria. "Hai."
Miya tersenyum sopan, sebenarnya agak terkejut karena Dirga datang ke kafe. "Hai," balas perempuan itu.
Mengabaikan kesopanan yang menjadi batas besar antara hubungannya dengan Miya, Dirga berkata dengan sangat percaya diri dan ceria. "Kangen, nggak? Udah berapa hari ya, kita enggak ketemu? Kalau aku sih, kangen banget. Kemarin-kemarin mau ketemu kamu nggak sempat mulu. Akhirnya, baru sempat hari ini. Kabar kamu baik-baik aja kan, ya?"
Miya tersenyum tidak nyaman mendengar ucapan Dirga yang terlampau pribadi. Regi yang berdiri cukup dekat dengan Miya memilih berdeham singkat lalu berjalan ke ujung konter minuman.
Miya mengangguk. "Kabar aku baik, dan kayaknya kabar kamu juga baik, kan? Pekerjaan kamu di sana lancar?" tanya Miya sekenanya.
"Lancar kayak biasa. Cuma sayang aja nggak bisa maksimal akses sinyal, makanya nggak bisa sering hubungi kamu. Makasih ya, udah nanya. Aku seneng," kekeh Dirga, terdengar tulus. "Oiya, ini. Oleh-oleh dari Ciamis." Pria itu menyerahkan satu tas jinjing kertas padanya. "Yang ini buat kamu. Nah, kalau ini buat Ibu sama Sari." Dirga menyerahkan satu tas jinjing lagi.
Miya memandang pria itu dengan sorot tidak percaya lalu mengibaskan kedua tangan. "Nggak usah. Ngapain repot-repot-"
"Aku udah beli, loh. Masa harus dibuang?" kata Dirga cepat.
Miya hanya bisa menghela napas berat lalu menerima dua tas jinjing tersebut. "Makasih." Sejujurnya, menerima pemberian dari seseorang yang jelas-jelas suka sama kamu tapi kamu tidak suka dia, adalah hal yang bikin nggak enak. Selalu ada sebagian dari diri kamu yang merasa berkewajiban untuk membalas, entah dengan sesuatu yang berwujud atau dengan perasaan. Miya sedang merasakan hal itu. Dan Dirga sepertinya tahu jelas konsep itu, sehingga dia sering memberikan Miya beberapa barang-yang untungnya, beberapa kali dapat ditolak oleh Miya.
Dirga tersenyum manis. "Sama-sama," balas Dirga, sekali melirik ke belakang dan lega karena tidak ada pengunjung yang mengantre di belakang. Itu berarti, waktunya berbincang bersama Miya masih cukup lumayan lama. "Aku pesan dua Lemon Tea ya, Miy."
"Oke."
"Aku pilih emotikon semangat," tambah Dirga dengan ceria.
"Buat kedua minumannya?" tanya Miya untuk memastikan.
"Iya."
Miya mengetik pesanan lalu memberikan kertas pesanan pada Regi. Regi menerima kertas pesanan itu dan segera membuatnya. Miya pernah berpesan padanya, kalau Dirga memesan minuman, Regi harus menyiapkannya dengan cepat agar Dirga bisa cepat pergi dari hadapan Miya. Saat Miya mengatakan itu, Regi tertawa lebar dan mengejek perempuan itu habis-habisan. Namun sekarang, Regi menuruti pesan pribadi dari rekan kerjanya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Second Chance [END]
ChickLitVitamin #1 He fall first, she fall harder 🙏 *** Setelah kematian sang ayah dan julukan pelakor disematkan untuknya, Miya tidak pernah berharap akan hidup bahagia. Dia hanya menjalani hidup monoton sebagai kasir di kafe Kesempatan Kedua yang mempeke...