"Apakah hal iseng bisa menjadi batu pijakan menuju masa depan yang cerah?"
***
Di ruangan itu, Miya duduk di sofa bersama Bu Karla. Meski sorot mata Bu Karla tampak biasa saja, pikiran Miya melayang pada berbagai kemungkinan, menebak ke arah mana pembicaraan ini akan berakhir.
Apa Bu Karla tidak suka dengan kabar kalau Miya sering membuat kue juga? Kalau Bu Karla bisa menebak dia adalah orang dibalik Instagram Mykrim, apa Bu Karla juga tahu kalau terkadang, Miya ikut memakai dapur kafe demi belajar membuat kue bersama Pak Harya? Pria paruh baya itu dengan suka rela mengajarinya membuat beberapa kue saat tahu Miya tertarik dengan dunia kue. Apa karena itu... dia akan dipecat?
Miya mengerang dalam hati. Harusnya, dia meminta izin terlebih dahulu pada Bu Karla meski Pak Harya bilang, latihan di dapur boleh dilakukannya. Miya mendesah pelan-pelan. Kalau dia dipecat, perempuan itu mungkin akan memaksimalkan wawancara menjadi baby sitter besok. Dia sudah membuat janji dengan pihak pewawancara perusahaan teman bosnya Vira itu. Semoga, dia lolos. Meski... yah, Miya tidak terlalu percaya diri dengan pekerjaan itu.
"Jadi, kamu suka bikin kue dan roti, Miy?" Pertanyaan Bu Karla membuat Miya kembali fokus pada situasi di hadapannya. Benar kan, topik pembicaraannya tentang ini.
Miya mengangguk. "Iya, Bu."
"Sejak kapan?"
"Saya baru belajar setahun yang lalu, Bu. Awalnya, cuma suka makan kue aja, tapi waktu keluar dari tempat kerja setahun yang lalu, saya coba belajar bikin kue. Dan... ternyata saya suka bidang itu. Asik aja ternyata bikin kue yang lucu dan coba resep-resep baru."
Bu Karla tersenyum. "Bolu dan kue yang beberapa kali kamu kirim ke saya rasanya enak. Wren bahkan habiskan cupcake buatan kamu."
Miya balas tersenyum senang. "Makasih, Bu."
"Kamu selain kerja di sini, sering sekalian jualan kue juga?"
Miya menggeleng tidak nyaman. "Enggak, Bu. Saya masih kurang pede, sebenarnya."
"Terus tadi maksud Irma, Citra, dan pelanggan itu apa? Di Instagram kamu kenapa? Jualan, kan?"
"Oh, itu," Miya mulai menjelaskan dengan kalimat yang dapat dipahami oleh Bu Karla dengan mudah. "Saya suka posting foto-foto kue buatan saya di Instagram, Bu. Sering juga bikin video tata cara bikin kue. Saya pake akun anonim dengan nama Mykrim supaya nggak ada yang tahu siapa saya. Saya hanya iseng posting karena suka dan senang mengabadikan kue buatan saya di foto, tapi ternyata banyak yang suka foto-foto saya dan mereka mulai ikuti saya di Instagram, Bu."
Bu Karla mengangguk paham. "Berarti kamu terkenal ya, Miy?"
Miya salah tingkah. "Nggak terlalu sebenarnya, Bu. Tapi saya punya banyak follower di akun saya."
"Oh, saya ngerti. Kalau kamu suka bikin kue, kenapa kamu enggak bilang?"
Miya terenyum sungkan. "Soalnya saya masih belajar, Bu. Nggak pede juga."
"Tapi branding kamu udah bagus berarti ya, sampe ada pelanggan yang nyusul ke sini."
Miya mengangguk. "Itu.... Saya nggak sengaja bilang kerja di sini sama salah satu pengikut, jadi sepertinya nyebar." kata Miya. "Ibu nggak suka, ya? Maaf ya, Bu."
Bu Karla menggeleng. "Saya justru senang kamu punya bidang yang kamu suka."
"Saya minta maaf karena pernah pake dapur buat belajar bareng Pak Harya. Tapi bahan kuenya saya beli sendiri dan saya masukan pembayaran listrik dan gas ke pemasukan kasir saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Second Chance [END]
ChickLitVitamin #1 He fall first, she fall harder 🙏 *** Setelah kematian sang ayah dan julukan pelakor disematkan untuknya, Miya tidak pernah berharap akan hidup bahagia. Dia hanya menjalani hidup monoton sebagai kasir di kafe Kesempatan Kedua yang mempeke...