"Ketemu mantan memang suka bikin kepala pusing."
***
Pria itu Wren Kavendra.
Miya tidak salah mengenalinya, tidak akan pernah salah. Tubuh perempuan itu merespons cepat atas kehadiran Wren. Sesuatu yang hangat terasa menjalar ke dada dan membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ingatan Miya ditarik mundur pada beberapa tawa di masa lampau dan rasa kecewa yang sesekali masih dirasakannya saat mengingat hal itu.
Wren ada di sini.
Kenyataan itu membuat kinerja otak Miya berhenti seketika. Wanita itu mematung dengan wajah memerah dan napas yang nyaris berhenti. Sorot mata Wren yang diarahkan langsung padanya membuat bagian dalam dirinya mencair. Sosok di hadapannya serasa ilusi tetapi senyata api.
Wren.
Nama pria itu bergaung di pikiran Miya dan membuat kewarasan hilang dari kepalanya. Beberapa detik berikutnya, perempuan itu kembali mengambil alih pikirannya sendiri. Ada sesuatu yang salah, pikir perempuan itu. Atau akan ada sesuatu yang menjungkirbalikkan dunianya. Miya menyadari beberapa kejanggalan tentang fenomena dihadapannya ini.
Pertama, kenapa Wren ada di sini?
Kedua, kenapa Wren bersama Qis?
Ketiga, kenapa Wren keluar dari ruangan Bu Karla?
Pertanyaan-pertanyaan itu tidak terjawab melalui sorot mata Wren karena sebelum Miya menelisik lebih dalam,
Wren dan Qis berjalan mendekat hingga akhirnya berdiri tepat di antara konter minuman dan konter makanan. Qis mengangkat tangan untuk menarik perhatian para pegawainya. Miya terpaksa mengalihkan pandangan dari Wren dan memandang Qis. Regi juga melakukan hal yang sama.
"Mumpung kafe lagi sepi, boleh minta waktunya sebentar? Kita kumpul di sini, ya." Suara Qis pelan tetapi tegas saat menunjuk daerah kosong di hadapannya.
Miya melirik ke konter makanan dan melihat Citra sedang senyam senyum sendiri setelah mendengar pengumuman dari Qis. Irma juga langsung memandang Wren penuh minat, seolah pria itu merupakan mangsa bagus untuk ditempatkan di tempat tidur atau kehidupan pribadi.
ꟷmenurut Miya sendiri, Wren sangat menarik, malah. Kalau karier Wren mapan, sudah pasti Wren dikejar wanita manapun dan jenis apa pun. Well, Wren memang selalu berhasil menarik perhatian Miya sepenuhnya. Selalu begitu sejak pertemuan pertama mereka. Sosok pria yang berdiri di hadapannya ini luar biasa tampan. Setelah 8 tahun tidak berjumpa, penampilan fisik Wren tidak banyak berubah. Postur tubuhnya masih tinggi dan tegap. Rambutnya masih dulu. Sorot matanya perpaduan antara ketajaman dan kehangatan. Bola matanya agak keabu-abuan jika ditelisik lebih teliti. Hidungnya mancung, khas keturunan Inggris. Senyumnya masih mampu mencerahkan mendung di sudut hati siapa pun. Namun, rahang pria itu lebih tegas dari sebelumnya dan kesan remaja tanggung sudah hilang digantikan kharisma pria dewasa.
Ada sorot cerdas di mata pria itu saat mengamati seisi kafe. Miya jadi ingat alasan kenapa dulu dia menyukai Wren. Bukan karena wajahnya atau pekerjaannyaꟷdulu Wren masih pelajarꟷ, melainkan karena sorot mata itu.
Saat menyadari dirinya sedang mengagumi Wren dan mengenang masa lampau yang tidak akan mungkin kembali, Miya mengerjapkan mata. Segera, perempuan itu mengingatkan diri sendiri, terutama hatinya untuk bertahan sekuat mungkin dari pesona Wren dan bersikap biasa saja. Meski cukup sulit, Miya harus melakukannya. Karena perempuan itu harus memastikan satu hal terlebih dahulu; apa Wren masih mengenalnya?
Alih-alih mengingat lebih jauh kenangan singkat bersama Wren, Miya memutuskan untuk memikirkan alasan kenapa Wren bisa ada di Indonesia, di kafe Kesempatan Kedua, dan di hadapannya. Saat otaknya bekerja dengan cepat dan nyaris tidak tepat sasaran, Miya menyadari sesuatu. Perempuan itu pun terbelalak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Second Chance [END]
ChickLitVitamin #1 He fall first, she fall harder 🙏 *** Setelah kematian sang ayah dan julukan pelakor disematkan untuknya, Miya tidak pernah berharap akan hidup bahagia. Dia hanya menjalani hidup monoton sebagai kasir di kafe Kesempatan Kedua yang mempeke...