9. Calon Suami Potensial Gitu Masa Dilewatin, sih?

522 53 3
                                    

"Udah jadi mantan gebetan aja, posesifnya masih ada."

***

Sepanjang siang itu, Miya bersyukur Wren sibuk di ruang kerjanya jadi mereka tidak punya kesempatan untuk bersua. Jika sampai pria itu muncul di depannya lagi, Miya tidak sanggup mengendalikan rona malu di wajahnya. Sikapnya tadi pagi sungguh telah melewati batas. Miya seharusnya tidak bersikap kurang ajar seperti itu meski Wren bersikap menyebalkan. Perempuan itu seharusnya hanya bersikap layaknya bos dan pegawai tanpa mengungkit hal-hal di masa lalu. Miya terlalu terbawa perasaan. Suasana sepi di kafe dan pandangan hangat Wren yang dirindukannya membuat hatinya jadi lembek. Apa dia bisa tetap bahagia dengan semua keruwetan yang menimpanya jika pada masa itu Wren ada di sisinya?

Pertemuan tidak terduga dengan Wren di kafe ini, menyadarkan Miya kalau sejak lama, saat dia merasa marah dan terluka akan kepergian Wren, Miya masih berharap pria itu akan pulang dan memeluknya sebentar untuk bilang; semuanya akan baik-baik saja. Namun, setelah skandal tentangnya meledak, hidupnya sudah lebih hancur dan Miya tidak berharap atau berani membayangkan siapa pun mendekat dan berkata; aku akan selalu ada buat kamu dan kamu akan baik-baik saja.

Wren seharusnya tid

Miya harap, Wren tidak tersinggung dengan sikapnya tadi pagi dan perempuan itu tidak dipecat. Mungkin, Miya harus meminta maaf. Tapi... nanti. Saat perempuan itu sudah lebih siap mengendalikan emosinya.

Namun, siangnya, ada hal lain yang lebih membuat Miya limbung.

Kedua sahabatnya....

Ya ampun!

Miya menatap dua perempuan di hadapannya dengan sorot kesal. Leta dan Vira muncul di depannya bak hantu. Leta memakai jogger pants dan kaus putih polos yang ditutupi cardigan rajut. Sedangkan Vira memakai fortuny skirt polos dan kemeja santai bercorak daun. Mereka sama-sama memasang senyum lebar dan mengerlingkan mata ke arahnya. Jelas, kehadiran mereka di sini tidak menandakan hal yang baik. Ya, bagaimana tidak. Miya sendiri tidak habis pikir kalau akan ada orang yang rela melewatkan hari libur dan datang ke sini demi... pasti mau ngepoin soal Wren! Miya jadi menyesal semalam malah membicarakan Wren pada Leta dan Vira.

"Pesan dua cappucino ya, Téh," kata Leta ceria.

Untunglah, kafe sedang sepi. Tidak ada pelanggan lain yang mengantre di belakang Leta dan Vira sehingga Miya bisa melemparkan tatapan tajam ke arah mereka.

"Kalian ngapain ke sini? Jangan lakuin hal yang aneh-aneh, deh," ujarnya curiga sambil memberi nada teguran di suaranya. Hal ini karena tidak biasanya mereka berdua datang ke kafe tanpa memberitahu.

Leta celingak-celinguk ke sekeliling kafe. "Sengaja ke sini mau lihat Wren, lah."

Saat mendengar nama Wren disebut, Miya terbeliak dan segera menyimpan telunjuk di depan bibir. "Ih! kalian apaan, deh? Ngapain mau lihat Wren?" Miya membisikkan nama Wren, takut jika ada rekan kerjanya yang mendengar percakapan mereka..

"Kita penasaran," jawab Leta. Vira mengangguk setuju dengan senyum yang sama menyebalkannya. Kalau sedang dalam mode "rekan", Vira akan sama menyebalkannya seperti Leta.

"Wren ada di sini kan, Miy?" tanya Vira.

"Kok lo ikut-ikutan kayak Leta sih, Ra?" dengus Miya.

"Habisan, gue penasaran sosok Wren yang sekarang itu kayak gimana. Gue mau lihat dia langsung secara real, bukan dari cerita lo aja, gitu. Yah, mumpung keberadaan Wren masih terjangkau. Kan, kalau dia balik ke London, jauh banget kalau gue mau lihat bentuk real-nya."

"Pelan-pelan dong, nyebut nama Wren-nya. Kalau ada yang denger gimana?"

"Iya, iya," sahut Vira. "Jadi, dia sekarang di mana?"

Sweet Second Chance [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang