20. On The Way

275 35 0
                                    

Empat orang yang duduk di jok belakang memperhatikan interaksi itu dalam diam, takut kalau bergerak sedikit saja bisa mengacaukan momen manis dua orang di jok paling depan.

***

Hari yang ditunggu-tunggu pegawai Kesempatan Kedua akhirnya tiba. Berbeda dari biasa, tepat pukul sembilan pagi, seluruh pegawai Kesempatan Kedua sudah berkumpul di kafe.  Namun kedatangan mereka hari ini bukan untuk bekerja, melainkan untuk berangkat ke Pantai Pangandaran dan bersenang-senang.

Kursi-kursi di kafe tidak diturunkan seperti biasa, begitu pula papan penanda kafe yang tetap dibiarkan bertuliskan "tutup". Citra, Irma serta anaknya, Miya, Regi, dan Harya berkumpul di salah satu sudut kafe untuk menunggu kedatangan Wren bersama mobil yang akan mereka kendarai ke Pantai Pangandaran. Di tengah-tengah orang-orang itu, bertumpuk banyak ransel berisi keperluan pribadi selama di Pangandaran. Hanya butuh sekitar 5 jam perjalanan, lalu pegawai Kesempatan Kedua dapat menikmati hotel dan segala keperluan remeh temeh liburan yang sudah diurus oleh Qis secara cuma-cuma. Keponakan Bu Karla sekaligus Sepupu Wren itu akan menyusul mereka ke pantai jika pekerjaannya di kantor sudah selesai.

Selama beberapa hari kebelakang, pegawai kesempatan kedua menjadikan liburan ini sebagai topik pembicaraan utama. Mulai dari barang apa saja yang harus disiapkan, sampai rencana-rencana selama berada di pantai Pangandaran.

Tidak lama, Wren sudah memarkirkan sebuah mobil di depan kafe Kesempatan Kedua. Pria itu turun dari mobil dan penampilannya berhasil menarik perhatian para perempuan yang ada di kafe. Wren tampak santai dengan celana jin selutut dan kemeja bercorak daun. Penampilan sederhana yang dipadukan dengan kacamata hitam bertengger di kepalanya itu membuat Wren lebih memikat, khas seperti pria pantai.

Pria itu berjalan memasuki kafe dan berseru dengan ceria, "Pagi?! Gimana, udah pada siap jalan-jalan?"

Miya tidak bisa menahan luapan perasaan hangat yang menjalar di dadanya saat melihat kehadiran Wren. Perempuan itu tersenyum dan ikut mengangguk bersama para rekan kerjanya yang berseru, "Siap!"

"Oke. Kalau gitu, ayo naik mobil dan beresin barang-barang kalian ke bagasi," kata Wren sambil memimpin jalan menuju mobil Daihatsu Luxio miliknya. Pria itu membukakan semua pintu mobil dan para pegawai Kesempatan Kedua mulai menaiki mobil satu per satu setelah mengamankan barang masing-masing. Kloter pertama, Harya dan Regi duduk di bagian jok belakang mobil. Mereka terpaksa duduk di sana karena Citra, Irma, dan Miya mengeluh akan pusing dan mual kalau duduk paling belakang. Setelah itu, Irma dan Nari, mengambil tempat duduk di jok baris kedua.

Saat itulah, Miya menyadari kalau hanya ada dua jok yang tersisa, yaitu di samping Irma dan di samping Wren. Sadar situasi tidak akan memihak padanya, Miya segera mengambil posisi untuk duduk di samping Irma dan menolak menghiraukan Citra yang menahan tangannya. Sayang, Citra tidak mau kalah. Citra menahan tangan Miya dengan kuat sehingga rekan kerjanya itu tidak bisa masuk ke mobil dan duduk di samping Irma. Dua wanita itu berdiri tepat di pintu masuk mobil jok kedua, saling pandang dengan sengit.

"Kamu jangan duduk di jok baris dua dong, Miy. Masa nanti aku yang duduk di samping Pak Wren?"

"Tapi aku juga enggak mau duduk di sana, Cit," bisik Miya tidak kalah keras kepala.

"Kalau gitu kamu tukeran tempat duduk sama Regi atau Pak Harya. Aku udah janjian sama Téh Irma mau duduk di baris kedua. Iya enggak, Téh?" Citra melirik Téh Irma lalu memberikan kode mata sehingga Irma mengangguk untuk mendukungnya.

Miya mendengus. Dia tidak mau duduk di jok paling belakang. Bisa-bisa, dia mual dan perjalanan liburan ini berakhir dengan tidak menyenangkan. Jadi, agar perseteruan itu tidak membesar, Miya mengalah dan menjauh dari pintu masuk baris kedua. Dia membenarkan posisi rambutnya lalu duduk di jok paling depan, tepat di samping Wren. Setelah merasa posisi duduknya nyaman, Miya memasang sabuk pengaman. Perempuan itu menyadari kalau dari tadi, pandangan Wren terfokus padanya dan sudut bibir pria itu mengulas senyum manis.

Kini, semua orang sudah duduk di tempat masing-masing.

"Semuanya sudah siap?" tanya Wren sambil menyalakan mesin mobil.

"Siap, Pak," sahut semua pegawai Kesempatan Kedua, kecuali Miya dan Harya yang hanya mengangguk sebagai respons.

Wren memimpin doa sebelum berangkat, lalu melajukan mobilnya di jalanan yang ramai oleh kendaraan. Supaya suasana lebih hangat, Wren menyalakan pemutar musik dan lagu Pemilik Hati yang dipopulerkan oleh Armada mengisi ruang sempit tersebut. Belum sampai sepuluh menit berjalan, Wren menyalakan AC lalu menyerahkan kantong kertas yang disimpan di sambil jok ke Miya. "Buat kamu," katanya sambil melirik sekilas.

Miya membuka tas tersebut dan mengernyit saat mendapati syal dan selimut kecil. Segera saja dia melemparkan pandangan bingung ke arah Wren.

Wren mengedik ke arah AC di bagian depan. "Kamu kan, anti AC. Pake itu biar enggak dingin dan malah pusing."

Kedua pupil mata Miya membulat lalu senyum tipis terbit di bibir perempuan itu. Wren ternyata masih ingat hal sepele tentangnya, alasan kenapa sekarang Miya memakai cardigan. Dulu, waktu mereka pergi Study Tour ke Malang, Miya tidak pernah melepaskan jaket tebal saat di dalam bus meski itu siang hari. Soalnya, Miya bisa-bisa mual dan pusing selama perjalanan. Dari sanalah, Wren tahu kalau setiap kena AC, hidung perempuan itu akan dingin, berair, dan tenggorokannya terasa kering, lalu mabuk kendaraan.

"Makasih," kata Miya tulus dan Wren hanya menyahut pelan.

Tanpa mereka sadari, empat orang yang duduk di jok belakang memperhatikan interaksi itu dalam diam, takut kalau bergerak sedikit saja bisa mengacaukan momen manis dua orang di jok paling depan.

***

Sweet Second Chance [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang