"Oke, fix. Kita udah baikan, ya. Dilarang galak-galak, judes-judes, atau menghindar."
***
Mungkin, kekisruhan semacam barusan yang dimaksud ibunya tentang "Tapi, dia lumayan sabar kalau ada orang yang cari masalah sama dia" saat mengungkit mengenai Miya tempo hari. Wren tersenyum bangga mengetahui fakta kalau ada banyak pria yang terpincut oleh kecantikan Miya dan ada banyak perempuan yang iri dengan hal itu. Dia memang belum memiliki Miya...tetapi rasanya tidak lama lagi hal itu akan terjadi. Wren hanya perlu menebarkan pesonanya lebih banyak, sering muncul di hadapan perempuan itu, lalu Miya akan kembali terpikat padanya seperti dulu. Dan, hal pertama yang harus dilakukannya untuk memulai usahanya itu adalah meminta maaf pada Miya atas kelancangannya saat mengantar perempuan itu pulang. Wren akan melakukannya sore nanti.
Sekarang, setelah keramaian kafe terkendali, Wren kembali fokus bekerja di ruangannya, begitupun para pegawainya yang lain. Pria itu mengecek perbukuan kafe setelah kemarinꟷrencananya untuk melakukan hal ituꟷgagal karena mendapat ajakan bertemu dari Elio saat sedang berbincang dengan Vira dan Leta. Merasa perlu menyetujui ajakan tersebutꟷpadahal harusnya Wren tidak mengurus urusan bisnis perusahaan e-commerce-nya karena sedang cutiꟷ, Wren akhirnya menemui Elio. Jiwa bisnisnya tidak bisa lepas begitu saja meski cuti. Dan, sesuai ekspetasi, percakapan mereka kemarin cukup berbobot. Mereka berbincang banyak hal yang mengarah pada kerjasama bisnis dan meluruskan kesalah pahaman saat SMA dulu. Bisa dibilang, pertemuan kemarin membuahkan hasil yang baik.
Saat mengecek laporan stok dan jadwal distribusi bahan kafe Kesempatan Kedua, Wren mendapatkan sesuatu yang ganjil. Pria itu memanggil Regi ke ruangannya dan langsung bertanya, "Gi, ini kenapa kita berhentiin stok produk dari distributor buat hari Kamis?" tanya Wren sambil menunjukkan laporan ke Regi yang berdiri tegap di hadapannya.
Normalnya, stok bahan-bahan kopi dan kue akan datang hari Kamis minggu ini, sesuai jadwal yang sudah disepakati. Namun dalam data yang Wren pegang, pengiriman bahan-bahan tersebut diberhentikan dan ditunda menjadi empat hari setelahnya.
Tanpa melihat laporan lebih lama, Regi balik bertanya. "Kamis ini? Tanggal 21, bukan Pak?"
"Iya."
"Oh, itu, Pak. Rencananya, hari itu kita mau liburan ke pantai bareng-bareng. Bu Karla yang ajak. Karena katanya kita bakal nginep sehari di sana, jadi pengiriman bahan diundur. Tapi kayaknya, liburannya enggak jadi karena nggak ada info lanjutan setelah kesehatan Bu Karla menurun. Pak Qis sepertinya lupa atur ulang jadwal pengiriman bahannya, Pak."
Salah satu alis Wren terangkat. "Liburan ke pantai?"
"Iya."
"Dalam rangka apa?"
"Waktu itu, kita lagi makan bareng kan, terus Téh Miya, Téh Citra sama Téh Irma rusuh ngomongin liburan ke pantai, jadi, deh, Bu Karla usulin liburan bareng."
Wren ingat ibunya pernah mengungkit acara liburan ini. Beliau sedih acaranya harus batal karena dia sakit. Saat itu, Wren mendengarnya sambil lalu dan hanya berkata, "Nanti tinggal jadwalin ulang kalau Ibu udah sehat."
Namun, mendengar nama Miya disebut, Wren jadi merasa tertarik tentang liburan ini. Dia ingat Miya sangat menyukai pantai. Bahkan dulu, topik pembicaraan perempuan itu tidak jauh dari pantai. "Pantai mana?" tanya Wren.
"Pantai Pangandaran, Pak."
Wren pernah mendengar nama pantai itu, tetapi belum pernah ke sana.
"Kalau gitu, tolong hubungi pihak distributor dan bilang hari Kamis ini kita tetep mau dikirimin bahan-bahan, ya," kata Wren.
"Baik, Pak."
Wren mengangguk, memberi kode kalau Regi boleh meninggalkan ruangan. Regi memahami instruksi tersebut lalu berdiri. Namun, Wren teringat beberapa hal, dan menemukan beberapa ide. Kalau ibunya tidak bisa pergi liburan ke pantai dengan karyawannya, maka Wren yang sekarang menjabat sebagai bos sementara tentu saja bisa. Pria itu tersenyum lebar saat memanggil Regi kembali. "Gi?"
Regi berbalik. "Iya, Pak."
"Kamu masih mau ke pantai?"
"Mau, Pak," jawab Regi sambil senyum lebar, agak sungkan.
"Kalau gitu, kita jadi liburan ke pantai. Lima hari lagi, gimana?"
Kedua mata Regi berbinar cerah. "Serius, Pak? Boleh. Tanggal 23, kan?"
"Iya. Infoin yang lain, ya."
"Baik, Pak. Saya nanti minta bantuan Pak Harya untuk menghubungi mereka."
"Thanks."
"Sama-sama, Pak. Saya permisi," kata Regi lalu berbalik pergi dengan wajah cerah.
Wren tersenyum lebar.
Miya, pantai, dan dirinya, sudah pasti akan menjadi perpaduan yang manis.
Liburan di pantai adalah tempat yang pas untuk menarik hati Miya. Iya, kan?
Ibunya pun pasti senang dengan rencana ini, mengingat beliau tidak harus mengecewakan pegawainya karena batal liburan. Dan jika diingat-ingat lagi, Wren ternyata baru peka, kalau ibunya mengungkit soal liburan ini beberapa kali, pasti karena ingin Wren menggantikannya.
Wren membuka aplikasi pesan, berniat menghubungi Qis untuk meminta bantuannya mempersiapkan rencana liburan mereka. Namun, muka Wren yang cerah seketika redup saat melihat Qis mengirimkan spam pesan berisi stiker berwajah Wren yang pasti baru selesai dibuatnya. Kemarin, pagi-pagi sekali, Qis membangunkannya dan menuntut hadiah taruhan mereka. Wren terpaksa memakai baju pink keramat pemberian Bi Hanhan dan mencuci si Gugu setengah sadar karena masih mengantuk. Ternyata, Qis berhasil mendapatkan foto-foto dirinya dari sudut yang jelek sehingga membuat Wren tidak ganteng sama sekali. Apalagi baju itu...iuh, nggak banget karena melekat pas di tubuh berototnya.
Ada lima stiker yang dijadikan MEME dengan kata-kata di setiap stiker, yaitu: "oke", "sebel, deh", "masa, sih?", "maksud lo?", dan "gue ganteng". Di stiker itu, ekspresi dan gestur tubuh Wren entah bagaimana bisa sesuai dengan kata-kata itu. Wren mendengus kesal. Sudah lah, jangan terlalu diambil pusing. Lagian, stiker itu cuma akan disebar di grup keluarga.
Sampai... kedua mata pria itu melebar saat pemberitahuan pesan masuk di kolom percakapan grup pegawai Kesempatan Kedua lewat di layar ponsel. Wren baru masuk grup itu tadi, dimasukkan oleh Harya. Di grup, Qis terlihat sedang membalas pesan Citra sambil mengirim stiker bersosok Wren.
Sial, umpat Wren. Sepupunya itu cari mati!
Malu bombai kalau Miya melihat stiker itu!
***
Hehehe
Btw, Bab 17 Bagian 2 sudah aku update di Karyakarsa, ya. Bisa cek akun @upaim atau cari akun OephaIm atau kunjungi link: karyakarsa.com/upaim di bio Wattpad aku. Happy reading 🫶
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Second Chance [END]
ChickLitVitamin #1 He fall first, she fall harder 🙏 *** Setelah kematian sang ayah dan julukan pelakor disematkan untuknya, Miya tidak pernah berharap akan hidup bahagia. Dia hanya menjalani hidup monoton sebagai kasir di kafe Kesempatan Kedua yang mempeke...