35. Masa Lalu di Masa Kini

377 26 1
                                    


"Jangan mencintai pria sejenis itu. Kalau bisa, jangan mencintai siapa pun jika akhirnya malah menderita."

***

"Harum banget,"

Wren menghirup aroma roti yang baru selesai dipanggang. Aroma tersebut memenuhi dapur kafe Kesempatan Kedua. Miya mengeluarkan croissant dari oven. Roti yang terbuat dari adonan puff pastry itu tampak renyah dan empuk. Wren yang memerhatikan di sampingnya jadi ingin segera mencicipi. Akan enak sepertinya kalau dimakan dengan segelas kopi atau cokelat.

Melihat respons Wren dan senyum lebar pria itu, Miya ikut-ikutan tersenyum. "Aroma waktu oven dibuka itu memang enak banget, kan?"

Wren yang sedang membantu Miya mengemas cupcake mengangguk. "Setuju." Pria itu angguk-angguk sambil menyimpan sebuah cupcake yang sudah dikemas ke dalam napan berukuran sedang. Nantinya, cupcake yang sudah dikemas tersebut akan dipajang di etalase.

Wren memperhatikan Miya yang menyimpan loyang yang berisi croissant baru matang ke atas meja. Kedua tangan perempuan itu memakai sarung tangan tebal bercorak bunga. Miya tampak lebih cantik saat berada di dapur. Rambut perempuan itu selalu diikat dan bajunya yang tampak stylish tertutupi celemek berwarna hijau tua khas kafe Kesempatan Kedua.

"Bentuknya bagus," komentar Wren saat melihat croissant yang baru matang. "Udah pasti enak."

Miya tersipu. "Makasih," sahut Miya. "Mau coba?"

"Nanti kalau sudah lumayan dingin."

Miya angguk-angguk lalu mematikan oven. Pagi-pagi sekali, Wren datang menjemputnya. Mereka membeli bahan-bahan roti dan kue yang akan dibuat Miya hari ini. Kemarin, Wren membantunya merapikan etalase kecil yang dikhususkan bagi kue dan roti buatan Miya a.k.a Mykrim. Kemarin juga Miya menjelaskan ulang bagaimana operasional kasir pada Citra. Meski perempuan itu sudah mengerti, Miya perlu memastikan kemampuannya.

"Gimana perasaan kamu?" tanya Wren sambil melanjutkan kembali aktivitasnya yang sempat tertunda karena memperhatikan Miya.

"Gugup," jawab Miya. "Aku enggak pernah mikir bakal akan di dapur, bikin kue, dan kue buatanku terpajang di etalase, siap dimakan oleh orang-orang."

Wren memandang Miya dengan senyum hangat lalu mengeluarkan ponselnya. "Harus diabadikan?"

Miya agak ragu tetapi kemudian mengangguk. Miya menatap kamera dengan senyum cerah dan berpose sambil mengangkat sebuah croissant yang baru dipindahkan ke kemasan.

Wren memulai aba-aba. "Satu, dua, tiga." Pada hitungan ketiga, pria itu menekan tombol rekam.

"Bagus?" tanya Miya kemudian.

Wren mengangguk sambil mengacungkan dua ibu jari. "Aku post di Instagram story, ya?"

Mendengar itu, Miya terbeliak dan menggeleng tegas. Kalau hal itu diizinkan, 49k pengikut Wren akan mengetahui keberadaan Miya, si perempuan tidak benar. Nama baik Wren bisa tercoreng. "Jangan."

"Kenapa?" Kedua alis Wren menyatu.

"Jangan aja."

"Um, oke."

Wren akhirnya hanya menyimpan foto itu di galeri dan akan dikirimkan pada Miya nanti. Setelah beres mengemas cupcake, Wren iktu membantu Miya mengemas croissant yang sudah lumayan tidak terlalu panas. Setelah selesai mengemasi, mereka membawanya ke etalase di konter makananstan roti dan kue. Di dalam etalase, baru ada cupcake, muffin, cheese cake, dan Croissant. Miya berencana menjual 4 jenis kue itu terlebih dahulu sebagai percobaan pertama.

Sweet Second Chance [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang