❀ 15 ❀

553 70 1
                                    

༻ Happy Reading ༺

Tandai kalo ada typo

Sebelum kalian baca jangan lupa vote part ini ya😉

෴෴෴෴

Keesokan paginya, Ara sudah merengek meminta pulang ke rumah.

Ara merasa dia sudah sembuh, tapi bi Siti masih melarang gadis itu untuk pulang.

"Bibi... Ara udah sembuh tau..."
"Non Ara belum sembuh, tuh badannya masih anget."

"Kan cuma sedikit, udah nggak sepanas kemarin..." Ara cemberut.
"Tetep nggak boleh, kata dokter tadi juga belum boleh pulang kan." bi Siti mencoba membujuk Ara.

"Tapi bibi... Ara bosen disini, nggak ada temennya." Sambil membujuk bi Siti agar mengizinkannya pulang Ara memperlihatkan puppy eyesnya agar bi Siti terbujuk.

Tapi bi Siti tetap tidak terbujuk, "Kan ada bibi disini, jadi non Ara nggak kesepian."

"Tapi bibi..." Ara sudah melengkungkan  bibirnya kebawah, dia sudah kehabisan ide untuk membujuk bi Siti.

Bi Siti yang melihat Ara cemberut hanya tertawa dan mengelus sayang kepala Ara.

Mendengar bi Siti yang menertawakannya, Ara bertambah cemberut. Gadis itu langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur dan langsung menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

Melihat tingkah anak majikannya yang menurutnya lucu, bi Siti tidak bisa menahan senyumnya.

✨✨✨

Di sekolah SMA Cendrawana, lebih tepatnya di kantin sekolah, Septi dan Dinda sedang menunggu kedatangan yang lain.

"Din, lo nanti ke rumah sakit lagi nggak?"
"Kayaknya gue nggak bisa deh."

"Kenapa emang?" sambil menyeruput es tehnya yang sudah dipesan tadi, Septi bertanya.
"Gue disuruh jemput sepupu gue yang baru dateng dari Lampung."

"Ohh, yang cowok manis itu yah..." memang Dinda sering menceritakan dan memamerkan foto sepupunya itu.
"Manis apaan." setelah itu Dinda tertawa sendiri.

"Emang manis tau, Ara juga ngakuin sepupu lo itu manis banget."
"Iya sih, Daffin emang manis, tapi kelakuannya aja yang nggak manis."

"Iya, gue juga udah hapal kali, tiap ketemu kalian berantem.." Septi menjawab sambil tertawa.

"Btw, emang ada acara apa si Daffin kesini?"
Sambil memakan siomaynya yang baru datang, Dinda menjawab pertanyaan dari sahabatnya, "Nggak ada acara apa-apa sih."

"Terus?" Septi juga sedang sibuk membumbui bakso yang baru diantar.

"Nggak tau tuh.."
"Katanya sih mau pindah kesini." lanjut Dinda.

"Pindah? Berarti sekolah disini juga dong?"
"Iya kali.."

Perbincangan mereka berakhir dengan datangnya orang-orang yang sedari tadi mereka tunggu.

"Lagi ngomongin apa nih..." Bayu yang baru datang langsung menyempil diantara mereka sambil merangkul pundak mereka berdua.

Dinda seperti biasa, yang kalau sudah melihat muka Bayu pasti emosi, "Apaan sih lo, rangkul-rangkul kita, minggir deh." Dinda menyentak tangan Bayu yang masih bertengger di atas pundaknya.

Bayu yang langsung mendapat kesinisan Dinda akhirnya menyingkir dan duduk di bangku sebelah Septi, dia mana mau duduk disamping Dinda yang tiap waktu emosi.

Akhirnya meja mereka sudah penuh, kecuali Benji yang masih mampir di meja orang lain, lebih tepatnya meja pacarnya yang entah keberapa.

✨✨✨

Tiara's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang