❀ 36 ❀

598 48 4
                                    

2 part lagi ending👏

Jangan lupa vote dulu sebelum baca😉

༻ Happy Reading ༺

Tandai kalo ada typo

෴෴෴෴

Hari-hari setelahnya, Ara dan Kevin jarang terlihat berdua. Kevin sekarang lebih sering terlihat bersama Sahila terus. Dan Ara juga lebih memilih bersama kedua temannya.

Bahkan Sahila sekarang tidak segan-segan memamerkan jarinya yang terdapat cincin bukti dirinya sudah resmi menjadi tunangan seorang Kevin.

Walaupun Kevin tidak memakai cincin miliknya, tapi Sahila tetap terlihat percaya diri. Seperti sekarang yang sedang dilakukan oleh Sahila.

Tangan Sahila sejak tadi diletakkan di atas meja kantin dengan telapak tangan yang menempel ke atas meja.

"Eh lo, nggak usah pamer segala bisa nggak?" sengak Dinda melihat Ara sahabatnya diam sambil menatap ke arah tangan Sahila.

"Ih, gue bukan pamer kok. Kan gue cuma lagi naruh tangan gue diatas meja. Terus apa salahnya? Iya kan Kevin? Aku nggak salah kan?"
"Iya La."
"Tuh, dengerin."

Ara lalu mengalihkan pandangannya, sebenarnya dia tidak mau satu meja dengan Sahila. Tapi tadi Bayu menyeretnya secara paksa. Bayu bilang, mereka kangen makan bareng dengan Ara.

"Ini buat tuan putri. Silakan dimakan ya cantik." ujar Benji sembari meletakkan sepiring nasi goreng didepan Ara.

Benji tau Ara sedang dalam mood yang buruk. Terbukti dari mukanya yang terlihat masam.

"Makasih Benji."
"Sama-sama cantik."

Ara memakan makanannya dengan tenang. Karena moodnya sedang dalam keadaan tidak bagus, jadi Ara hanya diam. Walaupun Bayu dan Benji berkali-kali melontarkan guyonan mereka, Ara tetap diam dan tidak menyahuti seperti biasanya.

Ara sedang berpikir, apakah ini sudah waktunya untuk meminta putus? Karena Ara merasa akhir-akhir ini interaksi dirinya dengan Kevin sangat jauh berbeda dibandingkan sebelumnya.

Sebenarnya Dinda dan Septi sudah meminta Ara untuk putus. Tapi, Ara masih bimbang. Apakah ini sudah waktunya?

✨✨✨

Jam pelajaran kelima ini guru sedang rapat. Dan semua kelas sedang free.

Jadi Ara memilih keluar dari kelas yang menurutnya sangat berisik. Mungkin karena moodnya sedang tidak baik, jadi Ara menganggap hal sepele seperti itu sangat mengganggunya.

"Dinda, Septi, Ara mau ke perpus dulu ya."
"Yah, kok ke perpus sih. Sini aja ngobrol sama kita." ujar Dinda.

"Ara lagi bosen aja. Ara ke perpus dulu ya."
"Ya udah deh. Mau kita temenin nggak?"
"Nggak usah Dinda. Kan Ara bukan anak kecil. Hehe..."

Ara sudah melangkah menjauhi kelasnya. Di depan toilet dia bertemu dengan Sahila.

"Eh, hai Ara." sapa Sahila sok akrab.
Tapi Ara hanya tersenyum tipis dan melanjutkan langkahnya.

Sahila yang merasa diabaikan pun geram, "Sombong banget sih lo."

Ara masih melanjutkan langkahnya, tapi Sahila kembali mengeluarkan suaranya, "Oh, gue tau. Lo iri ya pacar lo tunangan sama gue? Haha, kasian." sambil bersedekap dada dan menekankan kata pacar lo.

Ara menghentikan langkahnya membuat Sahila tersenyum miring.

Ara membalikkan badannya lalu melangkah mendekati Sahila. Setelah tiba berhadapan dengan Sahila, Ara mengucapkan dengan nada tenang, "Kevin emang tunangan kamu. Tapi Kevin cintanya sama aku, gimana dong?"

Tiara's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang