❀ 27 ❀

524 47 31
                                    

Happy 4k pembaca🎉🥳👏

Hai, aku balik lagi👋👋

Adakah yang nungguin cerita ini up?

Daripada malam minggu cuma peluk guling, mending sambil baca🤭😂

Jangan lupa vote dulu sebelum baca😉

༻ Happy Reading ༺

Tandai kalo ada typo

෴෴෴෴

Tak terasa hari ini sudah waktunya keberangkatan orang tua Ara ke Amerika kembali.

Sekarang Ara sedang memeluk manja tubuh mamanya, dan mamanya juga balas memeluk sayang tubuh putrinya.

Ara tidak menangis, karena dia sudah biasa ditinggal oleh mama papanya. Dia hanya merasa sedih.

Mereka berada di dalam taksi, karena mobil yang biasa mengantar jemput Ara sedang ada di bengkel.

"Mama disini aja ya. Nemenin Ara. Ara kesepian tau." Ara mengerucutkan bibirnya.

"Nggak bisa dong sayang. Kan disana mama juga bantuin papa. Nanti kalo mama disini yang bantuin papa siapa?"

"Ya papa cari orang buat bantuin dong. Katanya duit papa banyak." papa dan mama Ara tertawa mendengar ucapan putri mereka, bahkan supir taksi yang sedang menyetir pun ikut tertawa.

"Ya nggak bisa dong. Nanti papa kesepian disana sendiri. Ara tega liat papa kesepian?"

"Tapi Ara juga kesepian tau."
"Ya makanya kamu ikut sama papa kesana."

"Ish, dibilang Ara nggak mau."
"Iya iya, ya udah, jangan cemberut gitu dong." mama Ara kembali menarik Ara agar bisa didekapnya.

45 menit menunggu di bandara, akhirnya panggilan untuk pesawat yang akan ditumpangi papa mama Ara sudah diberitahukan.

Mereka berdiri dari duduknya, Ara memeluk tubuh papanya kemudian memeluk tubuh mamanya. Dia kecupi satu persatu pipi papa mamanya.

"Kamu jaga diri ya. Jangan makan macem-macem. Pokoknya jangan sampe sakit. Oke." mama Ara memberi wejangan.

"Iya mama."

"Papa cuma mau putri kesayangan papa ini bahagia terus. Kalo ada yang berani nyakitin kamu, ngomong sama papa ya."

"Oke papa. Siap." Ara memberi tanda hormat pada papanya.

Ara kembali memeluk tubuh keduanya. Setelah beberapa detik meresapi pelukan mereka, Ara melepaskan pelukannya, "Dadah ma, pa."

Sambil berjalan mundur dan menarik kopernya, kedua orang tua Ara ikut melambaikan tangannya, "Dadah sayang..."

Setelah tubuh papa mamanya benar-benar tidak terlihat, Ara membalikkan badan dan berjalan pelan ke arah pintu keluar.

Karena mang Diman masih di bengkel, jadi Ara manfaat waktunya sembari berjalan pelan di pinggir trotoar. Gadis itu melihat kanan kiri menikmati pemandangan kota di malam hari yang masih saja ramai dengan kegiatan para manusia.

Setelah dirasa kakinya sudah capek melangkah, Ara mendudukkan bokongnya di kursi halte. Dia mengechat agar mang Diman menjemputnya ke halte bukan ke bandara.

Tapi Ara sudah menunggu mang Diman selama 15 menit dan belum datang-datang. Karena waktu sudah semakin malam, Ara merasa takut. Walaupun disini ramai, tapi dia sendirian. Ara tidak mengenal siapapun orang yang berlalu lalang di depannya.

Tiara's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang