❀ 23 ❀

565 67 2
                                    

Hai, aku up lagi nih

Btw, kalian tau cerita ini darimana?
Liat disosmed atau cari sendiri?

Kalo menurut kalian bagus
Rekomendasi ke temen kalian dong
Biar cerita ini rame🤭

Kalo cerita ini rame kan kalian dapet pahala
Karna udah buat aku seneng 🤭😄

Oh iya, bentar lagi puasa nih
Jaga kesehatan ya
Jangan sampai sakit

Jangan lupa tekan vote dulu sebelum baca😉

༻ Happy Reading ༺

Tandai kalo ada typo

෴෴෴෴

Flashback on

Hari ini tepat hari satu anniversary Kevin dan Ara. Dan malam ini Ara sudah duduk manis menunggu kedatangan Kevin disebuah cafe.

"Mana ya Kevin, kok nggak dateng-dateng."
"Apa Ara yang kecepetan ya datengnya?" tanya Ara pada dirinya sendiri.

"Tapi emang masih kurang sepuluh menit sih. Jadi emang salah Ara aja ya terlalu semangat, hihi..." ucap Ara tertawa pelan.

"Ya udah lah, tungguin aja."
Ara memilih membuka handphone lalu bermain game agar tidak mati kebosanan. Gadis itu sudah asik sendiri dengan memainkan game di ndphonenya.

"Permisi kak, apakah kakak sudah mau pesan?" Ara yang asik bermain game langsung mengangkat wajahnya.

"Eh, maaf kak. Aku belum mau pesen dulu." Ara tertawa canggung.
"Oh, oke kak. Permisi."

Begitu pelayan itu pergi, Ara kembali melihat jam tangannya.

"Udah jam segini kok Kevin nggak dateng-dateng sih."
"Padahal Kevin janjinya mau dateng jam tujuh tadi, tapi udah jam tengah delapan Kevin belum dateng juga." gerutu Ara sebal.

Hoam

Ara menutup mulutnya sewaktu menguap. Dia sudah menunggu Kevin sangat lama, bahkan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 20.45.

Mata Ara sudah mulai meredup tanda mengantuk. Ara tidak terbiasa begadang, bahkan jam delapan malam biasanya Ara sudah memejamkan matanya.

Makanya, dia sekarang sudah sangat mengantuk. Tapi Ara masih mau menunggu kedatangan Kevin yang sampai saat ini belum juga memunculkan batang hidungnya, bahkan Kevin sama sekali tidak menghubungi Ara.

Ara merasa tidak enak hati pada pelayan cafe ini yang sejak dia duduk sudah bolak-balik menanyakan pesanan Ara.

"Apa Ara telfon aja ya?"
"Iya deh. Lagian ini udah malem banget."

Akhirnya Ara mulai menelepon Kevin, tapi Ara hanya mendengar suara operator saja. Raut wajah gadis itu sudah mulai berubah.

"Kok mati sih. Kevin kemana?" mata Ara sudah mulai berkaca-kaca.

Dia meletakkan handphonenya ke atas meja lalu melipat kedua tangannya dan menelungkupkan wajahnya di atas lipatan tangan Ara sendiri.

Bahu Ara sudah mulai bergetar pelan. Dia sudah mencoba untuk tidak menangis. Ara tidak mau menjadi tontonan orang-orang disana.

Tapi mau bagaimana pun Ara menahan, tetap saja air matanya keluar dengan sendirinya.

Pelayan disana sudah berbisik-bisik sambil mengkode satu sama lain agar menghampiri gadis yang sedang menangis itu.

Tiara's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang