❀ 11 ❀

587 84 1
                                    

༻ Happy Reading ༺

Tandai kalo ada typo

෴෴෴෴

Malam harinya, Ara masih berbaring di atas ranjangnya yang empuk. Bukannya membaik tapi keadaannya malah tambah memburuk. Dia merasa badannya bertambah panas dan kepalanya bertambah pusing.

Kedua sahabatnya sebenarnya mau menginap di rumahnya, tapi Ara tidak mau merepotkan mereka. Jadi gadis itu melarang kedua sahabatnya menginap.

Sekarang jam sudah menunjukan pukul 10 malam, tapi Ara belum bisa menutup matanya. Dia menggigil kedinginan walaupun sudah menggunakan selimut dan baju tebalnya.

Gadis itu sebenarnya sudah tidur siang tadi sehabis makan dan minum obat. Tapi setengah jam lalu dia terbangun karena pusing yang dirasakannya semakin parah.

Dalam keadaan sakit seperti ini Ara merasa sangat sedih. Bi Siti dan Mang Diman yang sudah pulang ke rumahnya masing-masing yang memang jam 7 malam mereka pulang ke rumahnya yang tidak jauh dari rumah Ara sehingga setiap malam Ara sendirian di rumah sebesar ini.

Ara selalu merasa kesepian setiap hari, apalagi dalam keadaan sakit seperti ini. Ara sebenarnya ingin menahan Bi Siti agar menemaninya tadi, tapi Bi Siti juga punya keluarga yang menunggunya di rumah.

Setelah 15 menit Ara tidak bisa tidur. Akhirnya Ara memutuskan untuk menelfon Kevin untuk menemaninya.

Tut tut tut

Suara panggilan tersambung sudah berbunyi. Tapi disambungan pertama Kevin belum mengangkatnya.

"Apa Kevin lagi sibuk? Atau udah tidur?" batin Ara.

Setelah kurang lebih 7 percobaan, akhirnya Kevin mengangkat telefonnya.

"Halo Kevin."
"Iya Ra," sapa Kevin diseberang lembut.
"Kok suara kamu lemes gitu sih? Kamu masih sakit?" lanjutnya

"Iya Kevin, Ara masih lemes, emm, Kevin lagi sibuk nggak?" tanya Ara pelan karena dia memang merasa sangat lemas.

"Aku nggak lagi ngapa-ngapain kok, emang kenapa?"
"Ara mau Kevin nemenin," lirih Ara.
"Bukan nemenin Ara kesini kok, cuma lewat telpon, Kevin mau kan?" Ara dengan cepat menjelaskan agar tidak ada salah paham.

"Eh, gimana ya Ra. Aku lagi jagain Sahila tidur, dia abis mimpi buruk. Kalo aku nemenin telpon kamu, nanti Sahila kebangun dong."

"Tapi, Ara pengin telponan sama Kevin, Ara nggak bisa tidur, " lirih Ara.
"Kamu tadi ngomong apa Ra, maaf aku nggak denger. Tadi Sahila kebangun."

Ara terdiam sejenak, "Oh, nggak papa kok Kevin."

"Oh ya udah, kamu temenin Sahila aja, malam Kevin."

Ara langsung mematikan sambungan teleponnya tanpa menunggu jawaban dari Kevin. Sebab dia sudah tidak kuat menahan air matanya yang sudah keluar dengan sendirinya.

Dalam keadaan sakit begini memang dirinya merasa lebih sensitif, jadi dia mudah sekali menangis, seperti yang sedang gadis itu rasakan.

"Kevin kapan prioritasin Ara. Ara juga pengin diprioritasin."

Ara terus saja menangis, gadis itu bahkan tidak memikirkan kondisi tubuhnya yang sedang tidak sehat. Gadis itu bahkan masih saja menangis sampai dini hari. Ara baru berhenti menangis pada pukul 03.16, itupun akibat kelelahan menangis dan akhirnya tertidur.

✨✨✨

Keesokan paginya, Ara masih bergelung dan memejamkan matanya di bawah selimut tebalnya. Padahal sekarang jam sudah menunjukkan pukul 06.15, bahkan sedari tadi bi Siti pun sudah mengetuk pintu kamarnya berulang kali. Tapi gadis itu belum terjaga dari tidurnya, bahkan mungkin Ara tidak mendengar ada yang mengetuk pintu kamarnya.

Akhirnya pada pukul 06.27, bi Siti terpaksa mengambil kunci cadangan kamar nona mudanya. Wanita paruh baya itu menebak ada yang tidak beres dengan nona mudanya itu.

Dan memang benar. Setelah membuka pintu kamar Ara, wanita paruh baya itu melihat nona mudanya masih tertidur dengan wajah pucat, bahkan sangat pucat.

Jadi bi Siti langsung melangkah menuju ranjang dan langsung menempelkan punggung tangannya ke dahi nona mudanya.

"Ya ampun, non Ara."

Bi Siti panik, sebab badan nona mudanya sangat panas.

"Kenapa bisa sakit?" tanya bi Siti yang tentunya tidak dijawab oleh Ara.
"Non Ara, ayo bangun dulu."

Bi Siti membangunkan Ara dengan menepuk pipinya pelan.

Melihat nona mudanya tidak terusik, wanita paruh baya itu pun bertambah panik. Bi Siti langsung berlari keluar dari kamar Ara.

"Diman!" sambil berlari menuju keluar rumah, bi Siti berteriak memanggil mang Diman.

Setelah sampai di tempat yang biasa mang Diman tempati, bi Siti melihat ruangan itu kosong. Bi Siti pun kembali berteriak, "Diman!".

Barulah panggilan kedua ini, orang yang dicarinya muncul.

"Mbak kenapa loh teriak-teriak?" sahut mang Diman setelah sampai di depan bi Siti.

"Mbak lagi panik ini, kamu kemana aja, dipanggil kok nggak nyaut-nyaut," jawab bi Siti sambil sedikit memarahi adiknya ini.

Sedikit info aja ya, mang Diman ini memang adik kandung dari bi Siti.

"Aku lagi ke taman belakang mbak."
"Mbak kenapa tadi panik?" tanya mang Diman.

"Astagfirullah, mbak lupa."
"Itu, non Ara lagi sakit, cepet siapin mobil buat anterin non Ara ke rumah sakit sekarang ya."

"Non Ara sakit?" mang Diman yang mendengarnya kaget.
"Iya, makanya ayo, cepetan." bi Siti menjawab.

"Bukannya lebih cepet panggil dokter Arjun mbak?" tanya mang Diman, sebab biasanya kalau ada anggota keluarga yang sakit mereka lebih memilih memanggil dokter Arjun, dibandingkan ke rumah sakit.

"Mbak tadi udah nelpon dokter Arjun, tapi Dokter Arjun lagi ke luar kota," jawab bi Siti.

Memang sebelum memanggil mang Diman, bi Siti sudah menyempatkan untuk menelepon salah satu sahabat Ara, yaitu Dinda untuk memberikan izin hari ini ke wali kelas mereka bahwa nona mudanya tidak berangkat sekolah karena sedang sakit, dan bi Siti juga sudah menghubungi dokter pribadi keluarga ini, yaitu dokter Arjun, tapi beliau sedang ada urusan di luar kota. Jadi bi Siti langsung memanggil adiknya untuk mengantarkan nona mudanya ke rumah sakit.

"Ayo cepet Diman," wanita paruh baya itu kembali memerintah adiknya dengan tergesa-gesa.

"Oh, ya udah, ayo. Aku siapin mobilnya dulu mbak," Mang Diman berlalu menuju ke garasi untuk menyiapkan mobil yang mau dipakai untuk mengantarkan Ara ke rumah sakit.

Bi Siti pun ikut berlalu dengan tergopoh-gopoh menuju ke dalam rumah, dia langsung naik tangga kemudian masuk ke kamar nona mudanya.

Sesampainya di dalam kamar Ara, bi Siti melihat nona mudanya sudah membuka matanya tapi masih dalam posisi berbaring di atas ranjangnya.

Begitu melihat nona mudanya sudah bangun, bi Siti langsung mendekatinya, "Non Ara."

"Non Ara udah bangun?" tanya bi Siti kepada nona mudanya itu.
"Bibi anter ke rumah sakit ya non."

"Ayo bangun dulu." bi Siti membantu Ara untuk bangun dari tidurnya. Sedangkan Ara yang sedang lemas hanya bisa diam dan menurut, gadis itu tidak ada tenaga untuk menjawab pertanyaan dari bi Siti.

෴෴෴෴

TBC.

Jangan lupa vote dan komennya ya..
Terima kasih yang sudah membaca 🤗

Babay 😘

Follow akunku yang lain :
IG : a_rumlvlyy
Tiktok : a_rumlvlyy

Tiara's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang