❀ 9 ❀

548 91 4
                                    

༻ Happy Reading ༺

Tandai kalo ada typo

෴෴෴෴

Setelah bel pulang berbunyi, Ara langsung merapikan barang-barangnya yang berserakan di atas meja.

"Eh guys, gue pulang duluan ya, supir udah jemput," ucap Dinda pada dua sahabatnya yang masih sibuk.

"Ehh Din tunggu, gue mau nebeng dong. Boleh kan?" tanya Septi ke Dinda karena rumah mereka memang searah.

"Boleh lah, lo mau nebeng juga nggak Ra?" tanya Dinda ke Ara. Dia ingat, Ara hari ini tidak bisa diantar pulang oleh Kevin, jadi Dinda mencoba mengajak Ara pulang bersama.

"Enggak deh, lagian rumah kita kan beda jalur," jawab Ara sambil menatap Dinda.

"Ya nggak papa kali Ra."
"Iya Ra, lagian sama kita juga, kaya sama orang asing aja deh lo." Septi pun mencoba mengajak Ara agar mau pulang bersama mereka.

"Enggak deh. Ara udah nelpon ke mang Diman suruh jemput."

"Beneran nih?" tanya Dinda sekali lagi yang langsung dijawab anggukkan kepala Ara.

"Oh, ya udah, kita duluan ya, dah Ra."
"Duluan ya Ra, bye..." Dinda dan Septi melambaikan tangan sambil berjalan ke luar kelas.

Setelah selesai memasukkan semua barangnya ke dalam tas, Ara langsung berdiri keluar menuju ke luar kelas.

Sesampainya di luar gerbang sekolah, Ara langsung menuju bangku yang terdapat di depan sekolahnya. Gadis itu memutuskan untuk menunggu jemputannya dengan duduk di bangku tersebut.

Sudah sekitar 45 menit Ara menunggu, tapi mang Diman belum juga datang menjemput Ara.

"Ish, mang Diman mana sih, kok lama banget," gerutu Ara sambil melihat jam tangannya.

"Ditelfon nggak diangkat lagi, mana udah mendung banget, gimana dong?" tanya Ara ke dirinya sendiri.

"Apa telfon Kevin aja ya? Iya deh."

Akhirnya Ara memutuskan untuk menelepon Kevin. Tapi setelah dicoba beberapa kali Kevin belum juga mengangkat telfonnya.

Setelah percobaan ke 6 kali Kevin akhirnya mengangkat teleponnya. Tapi...

"Apasih lo nelfon-nelfon Kevin terus, berisik tau nggak," jawab seorang perempuan di seberang yang Ara tau itu suara Sahila.

"Emm, Sahila, Kevin nya ada nggak?"
"Kevin lagi ganti baju, kenapa?"
"Oh, em, bisa kasih hpnya ke Kevin nggak Hil, Ara mau ngomong bentar."

"Ng--" sebelum ada jawaban dari seberang, ponsel Ara mati kehabisan baterai yang otomatis panggilan juga terputus.

"Yah yah, kok mati sih."
"Trus gimana dong?"

Ara menghembuskan nafasnya pasrah.

"Ya udah deh, tunggu Kevin aja kali ya, nanti Ara minta anterin pulang," batin Ara.

Gadis itu lupa apa yang sudah dikatakan Kevin di kantin tadi siang. Bahkan dia melupakan siapa yang menjawab teleponnya tadi.

Sebenarnya Ara bisa saja menghampiri Kevin di tempat latihan basket, tapi dia kan gadis pemalu. Dia malu kalau harus menghampiri Kevin seorang diri, karena memang isinya anak-anak cowok semua.

Walaupun mereka semua mengenal Ara sebab gadis itu memang sering menemani Kevin latihan, tetapi tetap saja dirinya malu. Jadi Ara terpaksa menunggu Kevin selesai latihan selagi menunggu mang Diman yang entah sekarang berada dimana.

Tiara's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang