28. Welcome

0 0 0
                                    

Kututup pintu mobil dengan tangan kanan lalu berdiri di depan mobil bersama Gara kemudian kami sama-sama melangkahkan kaki menuju pintu masuk Pasar Swalayan dengan tangan Gara yang menggenggam tanganku. Bohong kalau aku tidak gugup, jelas aku gugup setengah mati akan bertemu Mama dan Papanya. Ini terlalu kecepatan nggak sih? Haruskah aku tiba-tiba membatalkan saja? Tapi pantaskah sudah janji tiba-tiba membatalkan sepihak? Pasti Gara akan tetap menyeretku masuk.

"Kamu mikirin apa? Tenang aja, Mama dan Papa nggak galak. Malah kalau dibandingin sama kamu, galakan kamu." katanya dengan senyum usil yang langsung membuatku mengangkat alis.

Memangnya aku pernah galak kepadanya? Dasar nyebelin! Jelas aku baik hati dan murah senyum gini. Tapi kuhargai caranya mencairkan suasana, patut diapresiasi meskipun aku merasa tidak terima disebut galak.

"Gar, kak Sara ikut?" tanyaku memastikan.

Aku benar-benar berharap kehadirannya. Jujur aja, sebenarnya aku nggak bisa berbasa-basi dengan orang yang baru kukenal dan aku takut jadi awkward. Tentu kehadiran kak Sara, akan membuatku merasa terselamatkan.

"Nggak kayaknya, kak Sara lagi keluar sama abang. Nanti abis belanja di sini kan kerumah aku, nah kak Sara langsung kerumah aja, ketemu di rumah." katanya yang kuangguki.

Gara menggenggam tanganku erat kemudian menatapku, "Tenang aja, gapapa kok." katanya menenangkan sambil tersenyum tipis.

Ya kalau dipikir-pikir buat apa juga aku deg-degan? Toh ini cuma pertemuan biasa yang santai. Anggep aja seperti pertemuan-pertemuan dengan orang baru seperti sebelum-sebelumnya.

Aku menghela nafas dan melangkahkan kaki bersama Gara, melewati pintu masuk dan melewati tempat yang berisikan mulai dari detergen, mie instan dan barang-barang lainnya. Tak butuh waktu lama, kulihat pergerakan mata Gara melihat ke arah laki-laki dan perempuan paruh baya yang saat ini sedang memasukkan tomat ke trolley belanjaan.

"Mama!" teriak Gara yang membuat perempuan dan laki-laki paruh baya tersebut otomatis menengok ke arah Gara.

Kulihat mata Mama Gara penuh semangat dan tersenyum lebar, sedangkan Papa Gara tersenyum tipis.

"Ya ampun, ini Sheena ya?" tanya perempuan yang saat ini menggunakan dress santai berwarna hitam.

Mama Gara terlihat sangat anggun dengan riasan makeup yang tipis. Terlihat sekali aura keibuannya. Hampir 80% wajah Gara mirip dengan Mamanya, terutama alis tebal dan bulu mata lentiknya. Sedangkan laki-laki di sampingnya yang kuyakini adalah papa Gara saat ini menggunakan polo shirt berwarna hitam senada dengan dress santai yang digunakan oleh istrinya.

Aku menganggukkan kepala sambil tersenyum dan otomatis salim kepada Mama dan Papa Gara, "Iya Tante, ini Sheena."

"Cantik sekali, Sheena. Pantes aja Gara suka." kata Mamanya sambil mengedipkan mata ke arah Gara.

"Ih Mama, aku nggak liat orang dari fisik ya." dumel Gara kesal.

Mama Gara tersenyum meledek, "Alah, dulu Papa kamu juga bilangnya gitu. Tapi ujung-ujungnya bilang Mama harus bisa merawat dan menghargai diri sendiri. Like father like son kan biasanya." ujarnya yang langsung membuat Papa Gara batuk-batuk dan Gara hanya tersenyum dan menggaruk kepalanya yang aku yakin sebenarnya tak gatal.

Keluarga yang cemara. Pasti setiap hari selalu ada percakapan penuh kehangatan dan pertengkaran kecil ala keluarga di rumah mereka. Manisnya.

Tell Me, Why? (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang