2. Es Pisang Ijo Mang Didi

40 4 0
                                    

Kuseka peluh yang hampir membasahi seluruh jidatku. Gila ya, perasaan aku selalu membereskan pakaian dengan baik dan benar deh.

Lagi dan lagi, setiap weekend yang dikerjakan pasti membereskan lemari. Ini pasti ulah Mama yang suka mencari sesuatu tapi selalu ngacak-ngacak.

Mamaku tuh emang punya keabisaan aneh tapi menyulitkan anaknya, guys. Kalau mencari apa-apa pasti ke lemariku dan kalau ditanya kenapa sih setiap mencari sesuatu ke lemari anak gadisnya ini karena Mama pernah kehilangan beberapa barang miliknya dan sudah dicari kemana-mana tapi nggak ada dan ketika membuka lemariku ternyata barangnya yang sedang ia cari seperti bando, kacamata, balsem sampai dengan kaos kakinya ada di lemari ku.

Aku pun lupa apakah aku memasukannya atau tidak. Sejak saat itu setiap kali ada barang yang hilang, tempat yang pertama kali di eksekusi oleh Mama adalah lemariku. Jadi ya begini keadaannya lemariku kalau rapi tidak akan bertahan lama. Ini aku baru membereskan, dua hari lagi juga berantakan kembali.

Setelah selesai membereskan pakaian di lemari, aku segera mengambil handuk lalu bergegas untuk mandi.
Sepanjang mandi, aku bersenandung ria mengabaikan efek suara yang timbul akibat aku menyanyi, sangat buruk untuk dinikmati.

"Shen, nanti malam mau keluar nggak?" tanya Mama dari luar sana.

"Iya mau keluar sama Caca, kenapa?" jawabku dengan suara nyaring.

"Oh yauda, itu kunci rumah Mama tinggalin dekat kompor ya. Mama mau kerumah teman Mama dulu."

"Iya taro diatas meja aja kuncinya." kataku sambil memasang handuk di kepala setelah keramas.

***

Caca Marica Send a messages :

Shen gue udah di depan rumah lo

Setelah membaca chat dari Caca, aku segera bergegas lalu menghampirinya di depan rumah.

"Nyokap lo mana Shen?" tanyanya sambil membuka helm berwarna hitam berbahan karet yang dikenakannya.

"Lagi kerumah temannya, lo mau masuk minum dulu nggak?" tanyaku masih berdiri di depan pintu.

"Nggak usah deh, langsung aja."

"Gue ambil kunci rumah dulu ya bentar. Helm lo mau nitip ora?"

"Iya Shen, nitip di dalam rumah lo aja." jawabnya memberikan helm nya kepadaku.

Aku mematikan layar televisi dan segera mengambil kunci rumah yang berada di dekat kompor.

Setelah memastikan rumah terkunci, aku segera menghampiri Caca yang kini sedang duduk di motornya sambil mengetik di layar ponselnya.

"Ayo cus," kataku menepuk punggungnya sambil duduk di motor belakangnya tak peduli kalau Caca kaget karena aku yang naik tiba-tiba tanpa memberi aba-aba.

Caca menganggukan kepalanya dan memasukan ponselnya ke slingbag abu-abu miliknya.

***

Sesampainya di pasar malam, Caca memparkirkan motor dan kami segera menyusuri stand demi stand yang menjual makanan dan minuman yang berbeda-beda.

Pasar malam ini memang hanya buka di hari Sabtu dan Minggu. Dan selain menjual makanan dan minuman, ada beberapa wahana bermain untuk anak-anak, ya seperti pasar malam pada umumnya. Aku sering ke pasar malam ini yang memang letaknya tak terlalu jauh dari rumahku.

"Lo mau makan apaan, Ca?" tanyaku sambil menengok kanan dan kiri belum menemukan apa yang akan ku makan.

"Gue pengen dimsum. Tapi gue juga pengen bakso yang biasa gue beli itu. Kalau beli dua-duanya ntar abis itu gue begah banget pasti." jawabnya dilema.

Tell Me, Why? (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang