Setelah tadi menghadapi tukang nguping yang tingkat kehaluannya cukup menguji kesabaranku, aku menghela nafas lega karena manusia yang akhir-akhir ini berprofesi sebagai mak comblang sudah pulang.
Bayangkan aja ia menuduhku mati-matian kalau aku dan Gara lagi berusaha backstreet hanya karena takut dipalak pajak jadian. Heh, yang benar aja? Gara meneleponku aja karena ulah kurangajarnya yang menanyakan ke Gara kalau seharian aku ngapain aja. Kayla tuh akhir-akhir ini seringkali menguji kesabaranku untuk tidak mencakar wajah mulusnya.
Daripada terus kesal sama perempuan metal yang aku yakin sekarang lagi teleponan sama Rio sebelum tidur, lebih baik aku memejamkan mata dan segera tidur untuk me istirahat kan hati, pikiran, dan badan. Karena kalau tidak segera tidur bisa bahaya. Memasuki jam setengah sebelas itu adalah jam gawat darurat, dimana aku mendadak menjadi orang yang sangat melankolis.
Berulangkali aku mengalami kesulitan tidur dan anehnya nanti ketika sudah nangis aku bisa langsung tidur. Seperti saat ini. Mataku menerawang langit-langit kamar sambil memikirkan hal-hal menyakitkan yang sudah kulalui.
Disisihkan. Disalahkan yang bukan salahku. Dihakimi tanpa mau tau kebenarannya. Semua itu dilakukan oleh keluarga besar Mama kepadaku.Di depan semua orang, aku tak pernah sok tersakiti layaknya korban. Aku selalu berusaha ceria sampai siapapun tak pernah mengira kisahku tentang keluarga harus menyakitkan seperti ini. Dan lebih mirisnya lagi yang membuat aku merasa tak berharga adalah keluarga besar Mama. Keluarga yang seharusnya mengayomi, memberikan dukungan, tapi justru menyudutkan yang jelas bukan kesalahanku.
Dadaku selalu sesak setiap kali mengingatnya. Aku bahkan tak tau akhir dari kisahku dan keluarga besar Mama akan seperti apa. Ending nya, apakah mereka akan merasa bersalah dan minta maaf? Aku tak tau namun aku tak berharap banyak. Aku jelas tetap pada pendirianku, menjauh dari kehidupan mereka.
Lagi dan lagi tetesan air mata mengalir, aku benci setiap kali harus menangis karena mereka. Aku memeluk guling dengan erat, berharap dapat kekuatan. Namun tak lama ponselku bergetar di sebelah bantal, aku bahkan lupa belum mencharger juga belum mematikan data. Saat akan mematikan data, notifikasi dari WhatsApp menarik perhatianku. Lagi dan lagi, nama Sagara muncul. Laki-laki yang belakangan ini konsisten mengganggu hari-hariku.
Setelah tadi telepon, ada apa lagi dia mengirim pesan malam-malam? Mau mengingatkan lagi kalau besok aku harus bedah jawaban hasil ulanganku dan setelah itu menemaninya ke acara ulang tahun temannya?
Sagara send a messages :
Semoga dugaan gue salah kalau lo belum tidur
Are you okay Shen?
Don't feel alone. Everyone love you. Everyone proud of you.
Seperti yang gue bilang waktu itu, tolong untuk tetap kuat ya?
Ohiya Shen, besok acara ulangtahun teman gue cuma acara biasa
Pakai baju yang tetap bikin lo nyaman ya
Mimpi indah Sheena :)Rasanya mataku semakin memanas saat membaca pesannya. Dengan segera, aku mematikan data tanpa membalas chat Gara dan mencharger ponselku lalu kembali berbaring.
Aku memejamkan mata sambil bertanya, mengapa laki-laki yang baru aku kenal ini selalu tau apa yang ku rasa tanpa harus aku kasih tau? Mengapa ia selalu datang disaat yang tepat? Apa benar kata Kayla tadi kalau Gara adalah laki-laki yang dikirim Tuhan ke hidupku untuk menguatkanku?
"Dia selalu tau apa yang harus dia lakuin, dia bisa nguatin lo di segala kondisi. Mungkin ini jawaban dari segala doa-doa lo yang lo selalu minta supaya dapat pacar yang bisa saling menguatkan di segala kondisi. Harusnya lo lebih peka Shen." kata-kata Kayla tadi sebelum pulang terus terngiang di kepalaku sampai aku tertidur.
***
Sambil menunggu Gara jemput, aku mengaplikasikan liptint ke bibir di depan kaca. Untuk acara ulang tahun, aku hanya menggunakan celana putih, baju atasan turtle berwarna cokelat muda, dan sling bag. Sekalipun diminta menggunakan dress, aku mungkin nggak mau. Bukan karena aku nggak suka pakai dress tapi lebih karena aku anaknya serba sesuai mood.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me, Why? (ON GOING)
Teen Fiction"Dari sekian banyak manusia di bumi ini kenapa harus selalu aku yang kehilangan? Kenapa harus aku yang ditinggalin? Kenapa harus aku yang di buang? Kenapa nggak yang lain?" tanya Sheena menangis di pelukan sesosok laki bernama Gara. "Karena kamu ist...