1. Di rumah Kayla

59 4 0
                                    

Terik matahari di siang bolong mampu membuat siapa saja enggan untuk keluar rumah, termasuk diriku. Kalau bukan karena salah satu temanku yang sedang galau tiba-tiba menelpon nangis-nangis tentunya aku lebih baik di rumah, bersembunyi dibalik selimut sambil menonton youtube.

Sambil melihat jalanan, aku kembali memikirkan apa yang membuat Kayla nangis-nangis di telepon. Karena pacarnya kah? Ada masalah dengan teman-temannya kah? Tak biasanya perempuan metal macam Kayla menangisi sesuatu hal. Karena Kayla tergolong orang yang cuek dan termasuk kategori tidak peka, sampai-sampai Rio, pacar Kayla beberapa kali mengeluhkan sifat Kayla yang terlalu cuek dan santai, jauh dari sifat perempuan kebanyakan.

Sesampainya dirumah Kayla, aku membuka pagar cokelat yang tidak digembok dan terlihat perempuan paruh baya tengah menyiram tanaman dan tangannya terlihat kotor terkena tanah.

Tante Sindy memang menyukai tanaman dan suka bercocok tanam, menurut cerita Kayla di kampung nya hampir seluruh halaman rumah penuh dengan tanaman kesukaan tante Sindy.

"Assalamualaikum Tante." sapaku mulai mendekati tante Sindy.

"Eh walaikumsalam, langsung masuk aja cantik nggak usah salim tangan Tante kotor." jawab tante Sindy tersenyum.

Aku mengangguk seraya tersenyum "Kayla ada dimana, Tan?"

"Ada di kamarnya Shen, kamu langsung masuk aja." ujar tante Sindy sambil mematikan keran dan mulai meletakan selangnya.

"Oh oke, aku masuk dulu ya Tan." kataku dan mulai melangkahkan kaki memasuki pintu rumahnya dan berjalan menuju pintu kamar Kayla.

Begitu sampai didepan pintu kamar Kayla, pintu kamarnya tak berubah, hanya saja ada tulisan yang aku yakini baru saja ditempel oleh anak metal satu itu. Isi tulisannya "Jangan masuk! Yang punya kamar mood nya lagi gak bagus, nanti kamu dimakan!" aku tersenyum singkat membacanya. Dasar Kayla.

Ku ketuk pintu kamarnya dan tak terdengar sahutan dari dalam sana.

"Nyet, lo nggak mati kan didalam sana? Buka woy!" kataku sambil mendekatkan telinga ke pintu, berusaha mendengarkan apakah Kayla menjawab atau tidak.

Namun tidak ada suara apa-apa.
Tak lama pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sosok Kayla yang rambutnya berantakan, matanya bengkak, hidungnya merah khas orang sedang frustasi. Kenapa nih anak?

"Kenapa deh lo? Galaunya begini amat." ucapku bergidik ngeri dan nyelonong masuk ke kamarnya.

"Lama banget sih Shen, gue udah mau keriput nungguin lo doang." katanya sambil membanting dirinya sendiri dikasur dan telungkup. Benar-benar frustasi kayak orang putus cinta.

"Udah deh nggak usah banyak komentar yang penting gue udah ada di sini kan? Jadi lo kenapa? Putus sama Rio?" tanyaku sambil memperhatikan seluruh sudut kamar Kayla yang berantakan bagai kapal pecah.

"Bukan Shen, hubungan gue baik-baik aja sama Rio. Ini lebih menyedihkan daripada gue putus sama Rio." katanya mulai menangis kembali dan memperbaiki posisinya menjadi duduk.

"Terus kenapa? Rio selingkuh terus lo nggak bisa putusin karena lo terlalu cinta?" tanyaku mulai memfokuskan pandanganku menjadi menatap Kayla.

"Gue nggak bisa ngomongnya Shen, tiap gue ingat aja langsung pengen nangis." dan Kayla kembali menangis.

Aku bingung dengan sikapnya, sudah ku bilang kan kalau Kayla ini termasuk anak yang cuek dan santai? Lantas hal besar apa yang membuatnya bisa mendadak jadi kayak zombie begini?

"Yauda lo nangis dulu deh sepuasnya baru lo ceritain ke gue." kataku pelan, sudah bingung harus bertanya apa lagi ke Kayla.

Perempuan berambut panjang dan berkulit putih itu akhirnya menangis sesunggukan dan tissue mulai berceceran ke lantai kamarnya. Sudah hampir setengah jam teman metalku ini menangis dan belum ada tanda-tanda tangisnya akan berhenti. Sumpah ya, ini bukan karena dia abis nonton drama korea kan?

Tell Me, Why? (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang