14. Gws, Gara..

17 0 0
                                    

Setelah kegiatan kerja kelompok beberapa waktu lalu, aku dan Kiara semakin dekat dengan geng Fira. Beberapa kali ada tugas kelompok lagi, kami memutuskan untuk satu kelompok lagi. Seperti saat ini, mata pelajaran Kewirausahaan praktek membuat telur asin, kami pun satu kelompok lagi. Diantara Kiara, Fira, Riri, Dinda, dan Helen, aku paling dekat dan paling merasa klop dengan Riri karena sifat Riri yang paling friendly dibanding yang lain dan diajak ngobrol perihal apa saja, perempuan berwajah oval itu selalu nyambung.

"Shen gunting kuku Shen, nanti jember kuku lo." kata Dinda sambil memberikan gunting kuku yang aku ketahui itu milik Fira.

Untuk membuat telur asin nanti memang menggunakan batu bata yang sudah dihaluskan, abu gosok, garam, dan juga air. Dan kalau kuku ini dipelihara yang ada nanti kotor dan terlihat menjijikan. Pasti kebayang kan bagaimana kalau kuku panjang terkena batu bata dan abu gosok?

Aku mengangguk dan mengambil gunting kuku yang diberikan oleh Dinda lalu mulai menggunting kuku panjang milikku. Sebenarnya sekolahku adah sekolah yang melarang muridnya memiliki kuku panjang apalagi kalau ketahuan oleh guru olahraga kami yang sangat tegas, sudah pasti akan berujung dengan ceramahan dari beliau tapi tetap saja masih banyak yang bandel memelihara kuku dan dipotongnya nanti pas pelajaran beliau.

Setelah selesai gunting kuku, aku memberikan gunting kuku tersebut ke arah Fira.

"Thanks Fir." kataku yang diangguki oleh Fira.

"Ri, temenin ke toilet yuk." ajakku ke Riri sambil berdiri dari bangku.

Aku emang nggak bisa kalau nggak ke toilet untuk cuci tangan setelah gunting kuku. Setiap kali gunting kuku, aku pasti langsung cuci tangan. Dan berhubung ini masih jam istirahat kedua membuat aku tak perlu izin terlebih dahulu ke guru yang sedang mengajar. Dan toilet untuk perempuan juga nggak jauh-jauh banget dari kelasku.

Riri menganggukkan kepala dan berjalan di sebelahku.

"Shen gimana lo sama kak Rayyan?" tanya Riri pelan sambil berjalan ke toilet.

"Nggak gimana-gimana." jawabku singkat.

Aku memang cerita sama Riri perihal aku yang naksir ketua osis di sekolah ini, si laki-laki berwibawa yang tak lain tak bukan adalah kak Rayyan. Aku juga sempat chatan via direct messages Instagram. Tapi aku mulai bisa membaca kayaknya kisahku dan kak Rayyan akan berakhir dengan bertepuk sebelah tangan lagi sama ketika SMP. Mengingat itu membuatku sedikit menyesal berbicara ke Kayla di gazebo rumah Kelvin yang berujung didengar oleh Gara. Sedang apa ya laki-laki menyebalkan itu? Ah, ngapain jadi mikirin Gara lagi sih.

"Tapi dari DM yang lo tunjukin ke gue waktu itu, dianya balas terus dan kesannya chat annya kayak nggak mau berhenti." katanya lagi.

Aku mendengus, "Ah gue juga awalnya mikirnya gitu. Tapi kayaknya dia emang kayak gitu ke semua junior." jawabku sambil masuk ke dalam toilet.

Melihat cukup banyak anak seangkatan yang berbeda jurusan dengan kami, membuat Riri diam tak menjawab apapun.

Aku berjalan menuju wastafel, menyalakan keran lalu mencuci tanganku. Setelah selesai aku mengajak Riri keluar dari toilet.
Saat sedang berjalan keluar dari toilet, aku cegukan beberapa kali. Perasaan setelah makan tadi, aku langsung minum air putih deh. Dan tentu saja cegukanku membuat Riri menatapku dengan seksama.

"Shen, tau nggak? Kalau orang cegukan tuh harus dikasih sobekan kertas terus dikasih ludah abis itu ditempelin ke jidat biar nggak cegukan lagi." katanya menatapku tersenyum penuh arti.

Dia nggak lagi menyarankan aku untuk melalukan hal serupa kan?
"Itu mah buat bayi." cibirku dan lagi lagi aku cegukan.

"Tuh kan cegukan lagi, buat kita juga bisa tau. Mau ya? Gue sobekin kertas terus pake ludah gue deh biar lo nggak cegukan lagi." usul Riri tanpa dosa.

Tell Me, Why? (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang