Setelah tiga puluh menit duduk di atas bebek-bebekan, aku dan Gara menepi ke pinggir danau untuk segera turun. Kayla, Rio, kak Sara, dan bang Putra sudah rapi membuat formasi berdiri di pinggir danau sambil melihat ke arahku dan Gara sambil tersenyum.
Dilihat seperti itu tentu membuatku malu walaupun sudah dipastikan aku tak akan memperlihatkan jika aku sedang malu. Gengsi adalah number one yang selama ini mempertahankan harga diri Sheena.
Gara turun lebuh dulu lalu mengulurkan tangannya ke arahku membuat pipiku terasa memanas. Aku menerima uluran tangan Gara dan untuk yang pertama kalinya aku bergandengan dengan laki-laki walau hanya beberapa detik dan langsung kulepas. Duh, harus senang apa nggak ya? Senang karena ia terlihat manis tapi pasti ini akan jadi bahan ledekan oleh Kayla.
Aku nggak nyaman bersentuhan kulit dengan yang lawan jenis, mungkin belum terbiasa dan bagusnya memang jangan dibiasakan. Aku melirik ke arah Gara dan wajahnya tampak tak mempermasalahkan aku yang melepas genggaman tangannya.
Dugaanku benar saja, baru saja aku turun dari bebek-bebekan, suara siulan dari mereka berbunyi dan tak lama suara Kayla sudah menginterupsi.
"Dunia milik berdua, yang lain ngontrak." katanya yang disambut oleh tawa dari kak Sara, bang Putra, dan Rio.
Dasar mulut rese. Nggak ngerti lagi aku tuh dapat teman macam ini dari mana. Dan fakta menyebalkannya adalah aku tetap saja memeliharanya sebagai bagian dari hidupku.
"Kayaknya bakal dapat pajak jadian nih. Yes makan gratis guys, rezeki yang nggak boleh disia-siain." ucap Rio sambil bersiul.
Benar-benar pasangan dengan predikat mulut nggak bisa diam dan suka banget ngeledekin orang memang cocok diberikan untuk Kayla dan Rio.
"Alah, biasanya juga tetap gue yang bayar." kata Gara dengan tatapan mengejek.
Bukannya kesal, Rio malah tertawa, "Yang gratisan tuh emang enak bro." ujarnya cengengesan tanpa dosa.
Kami berjalan menuju tempat yang tadi di duduki yang tentunya lagi lagi diiringi dengan siulan jail dari Kayla, Rio, kak Sara, dan bang Putra. Memang kompak sekali keempat orang ini untuk meledeki aku dan Gara, ya walaupun pada kenyataannya hanya aku yang merasa diledeki dan sudah seperti kepiting rebus sedangkan Gara terlihat santai aja.
"Baru kali ini gue ngeliat Sheena malu-malu kucing. Kejadian langka yang perlu diabadikan." kata Kayla sambil mengarahkan ponselnya kearahku yang sejak tadi hanya ia genggam dan aku yakini sudah membuka fitur untuk merekam video.
"Ada tuan puteri yang lagi shy shy cat gara-gara abis ditembak sama pangeran nih." ujar Kayla sambil mencondongkan kamera ponselnya ke aku dan Gara secara bergantian.
Aku hanya melotot ke arahnya sedangkan Gara hanya tersenyum melihat kami.
Dasar menyebalkan. Bisa nggak sih sekali aja perempuan satu ini nggak usah banyak tingkah? Kapan sih ia bisa kalem?"Kamu usil banget sih." ujar Rio tertawa.
Aku hanya diam tak merespon, ingin menimpali pun sudah pasti jawabanku atau apapun yang saat ini keluar dari mulutku akan menjadi bahan ledekan perempuan menyebalkan macam Kayla. Jadi sepertinya diam adalah pilihan terbaik walau aku yakin diamku pun sudah bisa menjadi ledekan oleh Kayla karena pipiku yang terasa panas dan sudah pasti saat ini berwarna merah seperti tomat. Huaa Mama, Sheena malu.
"Tuh kan blushing. Ini mah beneran lagi fall in love banget." kata Kayla tepat sasaran.
Nah kan, sudah kubilang. Diam saja sudah bisa menjadi bahan untuk mendapat ledekan dari Kayla. Beginilah resiko punya teman yang sifatnya seperti perempuan metal satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me, Why? (ON GOING)
Novela Juvenil"Dari sekian banyak manusia di bumi ini kenapa harus selalu aku yang kehilangan? Kenapa harus aku yang ditinggalin? Kenapa harus aku yang di buang? Kenapa nggak yang lain?" tanya Sheena menangis di pelukan sesosok laki bernama Gara. "Karena kamu ist...