Satu minggu yang lalu setelah aku mengerjakan PR dan membeli buku rumus Matematika, di akhir pelajaran bu Dita memberi bad news bahwa ulangan harian akan dilakukan minggu depan yang jatuh tepat esok hari.
Saat akan memejamkan mata setelah lelah menghafal rumus Matematika untuk ulangan esok, suara ketukan pintu membuatku menggeram kesal.
Aku melihat jam dinding sudah jam sembilan malam, siapa sih yang kurang kerjaan ngetok pintu kamar? Kalau Mama biasanya nyelonong masuk aja tuh tanpa ketok pintu.
"Iya tunggu sebentar." teriakku jengkel.
Aku berjalan gontai dari kasur ke depan pintu. Saat pintu berhasil ku buka, terlihat sosok perempuan menggunakan baju berwarna biru sedang menatapku dengan seksama.
Kenapa sih belakangan ini aku jadi sering ketemu Kayla? Bosan liat mukanya.
"Ngapain lo kesini? Nggak punya jam di rumah?" tanyaku sinis.
Sebenarnya aku bukan tidak suka kehadiran Kayla atau siapapun teman-temanku yang datang di jam sembilan malam atau di atas jam sembilan malam. Cuma aku agak kesal kalau datangnya tuh di hari sekolah. Pusing tau udah mana PR dan tugas banyak, setelah lelah dengan itu semua disuruh ngeladenin orang lagi. Aduh.
Tanpa mengindahkan pertanyaanku, perempuan metal ini langsung masuk ke kamar. Dasar udah bertamu nggak tau jam, masuk kamar main nyelonong aja lagi.
"Nggak usah sok anak rumahan deh Shen, ini masih jam sembilan berasa gue kesini jam dua belas malam aja." jawab Kayla mendengus.
Belum sempat ku jawab, Kayla menyalip lagi, "Sini lo jangan berdiri depan pintu aja."
Manis banget kan anak ini kelakuannya? Berasa dia yang tuan rumahnya.
"Ngapain sih Kay?" tanyaku lagi kesal sembari menjatuhkan tubuhku ke kasur.
Mataku lelah sekali tadi abis liat rumus sembari menghafal.
"Bangun!" titahnya menarik tubuhku agar duduk.
Malas berdebat, aku mengubah posisi dari tengkurap menjadi duduk di hadapannya.
Matanya menatapku dengan tatapan meneliti, seolah aku adalah maling yang nggak mau mengakui kesalahannya. Apaan sih ini anak, sakit ya? Aku menatapnya mengerutkan kening seolah bertanya-tanya apa yang ada di pikiran Kayla tiba-tiba datang terus sampai disini menatapku seperti itu.
"Coba jelasin ke gue gimana ceritanya seminggu yang lalu lo bisa ngedate sama Gara ke Gramedia?" tanyanya dengan mata melotot.
"Sebelum lo jawab, gue cuma mau ngingetin jawabnya to the point jangan sok hiperbolis. Yang pertama, seminggu yang lalu lo ngedate sama Gara ke Gramedia kan? Yang kedua, gue nggak percaya kalau itu bukan ngedate. Ketiga, akuin aja kalau kemarin itu Gara nembak lo dan kalian jadian kan? Keempat, gimana bisa gue nggak dikasih tau good news kayak gini?" tanyanya lagi panjang lebar.
Gila ya? Gimana cerita dia bisa mengambil kesimpulan kalau satu minggu yang lalu itu aku dan Gara ngedate dan kami jadian? Lelucon macam apa ini?
"Gue jawab pertanyaan aneh bin halu lo ini. Yang pertama, gue nggak ngedate sama Gara. Yang kedua, gue nggak peduli mau lo percaya atau nggak itu bukan urusan gue. Ketiga, nggak ada acara nembak-nembakan apalagi sampai jadian. Keempat, nggak ada yang spesial sampai gue harus ceritain ke lo. Puas?" jawabku memutar bola mataku jengah.
"Beneran lo nggak pacaran sama Gara?" tanya Kayla lagi sambil mengerjakan mata.
Dasar kepala batu, udah dikasih tau juga!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me, Why? (ON GOING)
Novela Juvenil"Dari sekian banyak manusia di bumi ini kenapa harus selalu aku yang kehilangan? Kenapa harus aku yang ditinggalin? Kenapa harus aku yang di buang? Kenapa nggak yang lain?" tanya Sheena menangis di pelukan sesosok laki bernama Gara. "Karena kamu ist...