Setelah akan melangkahkan kaki dan mengambil langkah seribu, tangan Gara dan Sara memegang lenganku secara berbarengan. Cih, bahkan mereka sekompak ini? Tahan emosi Shen, kenapa aku jadi mudah terpancing amarah begini sih hanya karena mereka kompak memegang lenganku.
"Shen duduk dulu. Udah ah Kayla, Rio. Bercandaannya udah nggak lucu lagi." kata Sara membuka suara yang dibalas cengiran Kayla dan tawa Rio.
Apa sih maksudnya bercandaan? Sumpah ya mereka membuatku seperti orang tolol yang nggak ngerti apa-apa. And i hate this situation.
Gara berdiri dan memegang pundak ku lalu mengarahkan aku untuk duduk yang tentu saja langsung aku balas dengan tatapan tajam. Di depan perempuan yang seharusnya ia jaga, ia malah memegang pundak ku, apa nggak nyari mati dia? Walaupun aku menyesali mengapa aku terlambat menyadari apa yang kurasakan untuk Gara, tapi diperlakukan seperti ini di saat ia sudah memiliki pacar yang anggun seperti Sara tentu tak akan membuatku berbangga hati atau senang, justru kesal.
"Duduk dulu, gue jelasin semuanya. Lo salah paham." katanya sedikit gusar.
Kenapa ini orang? Tadi sikapnya santai banget sejak di mobil, kenapa tiba-tiba terlihat panik?
"Fix first imperession calon kakak ipar ke lo nggak banget Shen, taring lo udah kayak mau keluar." kata Kayla yang membuatku semakin menakutkan alis, bingung dengan arah pembicaraan mereka.
"Yauda tuan puteri duduk dulu." ujar Kayla lagi.
Aku menatap satu persatu daru mereka bergantian, mencegah dikerjain lagi. Apa aku sebodoh itu untuk mereka ya?
Pada akhirnya aku menjatuhkan bokongku di kursi yang tadi aku duduki sambil menghela nafas.
"So, can you explain everything to me, guys?" tanyaku dengan nada menyebalkan sambil mendengus.
Saat Gara akan membuka suara, Sara sudah lebih dulu menginterupsi, "Sorry Shen, gue bukan pacar Gara. Gue kakaknya dia. Dan Putra ini pacar gue." katanya to the point sambil merangkul bahuku sambil terkekeh.
Ucapannya membuatku mengerutkan kening dan entah mengapa ada rasa lega yang menyusup ke hati. Apa ini lega karena ternyata Sara bukan pacar Gara? Okay, skip soal rasa lega ini. Jadi tempo hari itu bohong? Mereka yang terlalu pintar atau sebenarnya aku yang bodoh dan mudah sekali dikerjain?
"Kita kenalan ulang lagi, gue Sara. Sara Priscillia Aditama, kakaknya Sagara. Lo bisa panggil gue kak Sara, Shen." katanya ramah.
Aku hanya mengangguk. Jadi perempuan yang aku pikir sainganku sendiri tak lain tak bukan adalah kakaknya. Sial. Aku harus meningkatkan rasa was-was ku pada mereka agar nggak mudah tertipu seperti kemarin. Rasanya menyesal aja, emosiku menjadi tidak stabil karena pengakuan tersebut tapi ternyata semua itu hanya bohong.
"Nanti gue ceritain semua ya adik ipar. Tapi pas berdua aja." kata kak Sara.
Aneh nggak sih rasanya aku harus memanggilnya dengan sebutan Kakak? Sebetulnya jika nantinya aku memanggilnya dengan embel-embel Kakak bukan karena pencitraan sih, walau bagaimanapun perempuan di sebelahku saat ini umurnya diatas Gara yang sudah otomatis juga di atasku. Dan karena tempo hari waktu bertemu di mall Artha Gading, ia mengenalkan dirinya sebagai pacarnya yang aku kira seumuran, agak canggung aja kalau tiba-tiba saat ini aku harus memanggilnya dengan sebutan Kakak.
"Jadi tau kan kalau Sheena marah aslinya kayak gini, nggak ada manis-manisnya." ucap Kayla terkekeh.
Mendengar suaranya berbicara membuat emosiku kembali naik. Masih berani ternyata anak ini untuk membuka mulut? Ingin merasakan ditempeleng sepertinya.
"Diem lo nyet. Lo nggak mau pipi lo berakhir tragis kayak adik kelas gue di SMP kan?" tanyaku sudah di ujung kekesalan.
Aku bukannya berniat pamer ke Gara, kak Sara, dan bang Putra kalau aku berani. Hanya saja kalau aku sudah di ambang batas kekesalan, maka tanganku yang biasanya diam ini akan melayang ke wajah seseorang yang membuatku kesal. Itu sudah reaksi alam bawah sadar dan pasti spontan. Tapi walaupun begitu, tentu setega-teganya aku dengan Kayla, aku nggak sampai hati membiarkan pipinya merah akibat tamparan manis dariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me, Why? (ON GOING)
Teen Fiction"Dari sekian banyak manusia di bumi ini kenapa harus selalu aku yang kehilangan? Kenapa harus aku yang ditinggalin? Kenapa harus aku yang di buang? Kenapa nggak yang lain?" tanya Sheena menangis di pelukan sesosok laki bernama Gara. "Karena kamu ist...