15. Bad Gift

19 0 0
                                    

Aku berdiri di depan pantulan cermin sambil memasang anting di telingaku. Weekend dengan cuaca yang cerah namun tak secerah kondisi hatiku. Semalam setelah perempuan metal bernama Kayla pulang, aku berujung menonton film Me Before You yang membuatku meneteskan air mata dan efek sedihnya masih terbawa sampai saat ini. Namanya juga perempuan ya hehe.

Mataku menyipit melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas dan belum ada tanda-tanda kehadiran manusia si pecinta Snow White bernama Caca.

Aku dan Caca memang sengaja janjian jam segini, tidak memilih sore atau malam karena ya pasti sudah tau kan kalau Caca saat ini sudah memiliki pacar? Jadi sudah pasti malam minggunya ingin bersama pacarnya daripada bersamaku.

Saat sedang menyisir rambut, pintu kamarku terbuka dan manusia yang sejak tadi ku tunggu menyembulkan kepalanya di pintu.

"Udah siap belum? Gue chat juga ngabarin kalau gue udah di depan." kata Caca sambil masuk ke kamarku.

Aku memasukkan dompet ke sling bag, "Tuh liat handphone gue aja di charger, lagian bukannya langsung masuk aja ngapain ngechat? Udah kayak orang baru tau nggak lo." ujarku santai sambil menunjuk ke arah stop kontak.

"Masih pagi aja mulut lo udah lemes banget ya, Shen." sindirnya sambil bercermin melihat kembali penampilannya.

Hari ini aku menggunakan t-shirt abu-abu sedangkan Caca menggunakan baju berwarna pelangi. Benar-benar menggambarkan jati diri kan? Caca yang ceria dan aku yang dipenuhi awan mendung, abu-abu.

"Lo yang mancing gue duluan." ujarku tanpa dosa.

"Eh Shen ngomongin soal mancing nanti gue mau mancing sama pacar dan Bebe." ucap Caca tiba-tiba penuh semangat dan mengeluarkan Bebe dari sling bag miliknya.

"Ya have fun." kataku datar namun sesungguhnya kata-kata itu tulus dari hati.

Aku ikut senang melihat aura Caca lebih happy daripada beberapa waktu lalu sebelum resmi berpacaran dengan sang kakak kelas. Ya aku harap bahagia yang Caca rasakan bisa terus ada, bersama atau tidak bersama dengan laki-laki yang kini menjalin hubungan dengannya.

"Jangan sedih gitu dong. Kan walaupun gue pacaran, gue nggak bakal lupa sama lo." katanya sambil menjawil daguku.

Aku menepis tangannya dengan kasar, "Geli tau nggak, udah ah ayo buruan keburu makin panas di luar." ujarku menarik tangannya untuk keluar dan ia menutup pintu kamarku.

***

Sesampainya di mall Artha Gading, aku dan Caca mengitari lantai satu dan dua. Jangan dikira aku akan memberikan Gara baju, sepatu, jam tangan khas laki-laki, no way itu nggak akan pernah terjadi. Tentu itu akan membuat Caca curiga, tumben banget aku mau dan sudi membelikan kado untuk teman laki-laki.

Selain karena akan membuat Caca curiga, juga karena aku masih pelajar. Dan sebagai pelajar yang budiman aku harus berhemat. Ya kecuali nanti kalau aku udah bekerja dan memiliki penghasilan yang cukup sih. Mungkin akan ku pertimbangkan untuk membelikan Gara kado yang lumayan bernilai. Itu juga kalau kami masih berteman dan berhubungan baik. Ya semoga ya.

"Nonton yuk Shen sekalian." usul Caca sambil melihat pakaian di salah satu store.

"Malas ah, lagian nggak ada film yang mau gue tonton." jawabku singkat.

Perempuan menyebalkan di sebelahku ini mendengus, "Ya kan cuma buat ala ala instastory Shen." katanya.

Jawabannya membuat mataku mendelik, "Nonton tuh karena lo tertarik sama filmnya atau karena emang lo beneran mau nonton. Bukan karena ala ala instastory. Buang-buang duit aja." desisku.

Tell Me, Why? (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang