Aku merapikan tempat pensil yang masih terletak di meja. Mata pelajaran terakhir hari ini adalah Bahasa Indonesia dan bu Hera berhalangan hadir jadi hanya memberikan tugas lalu dikumpulkan. Dan Andre, ketua kelas sudah meletakannya di ruang guru tepat di meja bu Hera. Sepuluh menit lagi akan menunjukan jam tiga sore dan pasti sebentar lagi bel pulang akan berbunyi.
"Shen besok kan ada pelajaran Matematika, lo udah ngerjain PR nya?" tanya Andin teman sebangku ku.
Aku menggeleng kepala pelan, jangan tanya mengenai pelajaran Matematika lah karena aku payah sekali dalam memahami rumus-rumus itu.
Aku kesulitan mencernanya secara cepat. Aku lebih suka menghafal daripada menghitung.
"Nyontek sama siapa ya?" tanyanya sambil terus melihat jam di tangan. Nggak sabaran mau pulang sepertinya.
"Tuh sama Fira, kalau dikasih gue kasih jempol." jawabku sambil memesan ojol karena sebentar lagi bel akan berbunyi.
Fyi, berangkat dan pulang sekolah aku selalu menggunakan ojek online dan sekolahku memberikan muridnya kebebasan untuk membawa ponsel genggam asal tidak digunakan saat jam pelajaran.
Dan kebiasaanku sebelum pulang memang begitu, beberapa menit sebelum bel berbunyi aku akan memesan ojek online terlebih dahulu supaya ketika aku keluar gerbang sekolah, abang ojol udah siap jadi aku nggak perlu menunggu terlalu lama.
"Nggak bakal dikasih. Minta sama Dinar aja ah." katanya dan mulai mencolek Dinar yang duduk di depan kami bersama Ainun.
"Apaan sih?" tanya Dinar menoleh ke Andin.
"Besok ada pelajaran Matematika, gue mau nyontek dong. Boleh yaaa? Boleh kan?" tanya Andin dengan wajah memohon.
"Wani piro?" tanya Dinar meledek.
Bel berbunyi membuat para murid kelasku bersorak, tanpa mempedulikan kelanjutan percakapan Andin dan Dinar, aku mengambil tas lalu segera turun tanpa mempedulikan siapapun.
Ini baru dua bulan sejak aku resmi menjadi siswi SMK. Sejak awal masuk kelas sepuluh, aku memang termasuk ke kategori siswi paling tidak banyak ngomong. Belum ketemu yang cocok untuk di jadikan tempat berkeluh kesah, tak terkecuali Andin. Aku bisa duduk sebangku dengan Andin bukan karena aku akrab dengannya tapi karena saat Masa Orientasi Siswa, aku sempat ngobrol dengannya. Hanya dengan Andin.
Kakiku menuruni tangga dengan cepat walau banyak murid seangkatanku dari jurusan lain yang hendak turun ke lantai dua. Sekolahku terdiri dari tiga lantai. Lantai satu untuk ruang guru, ruang kepala sekolah, tata usaha, musholla, lapangan, dan kantin. Lantai dua untuk kelas sebelas, kelas dua belas, laboratorium, dan perpustakaan. Sedangkan di lantai tiga untuk kelas sepuluh dan ada dua kelas yang di peruntukan untuk anak kelas sebelas.
Aku berdiri di depan gerbang sambil melihat plat motor abang ojol yang sudah memadati gerbang sekolahku, selalu pemandangan seperti ini setiap pulang.
Saat melihat plat yang sama dengan di aplikasi, aku segera berjalan menuju motor matic tersebut.
"Mba Sheena ya?" tanya abang ojol kepadaku.
Aku menganggukan kepala dan segera naik ke motor. Aku memang tidak menggunakan helm setiap kali berangkat dan pulang sekolah karena jaraknya yang tidak terlalu jauh.
Motor yang aku duduki mulai berjalan dengan pelan karena dari depan gerbang sampai gapura banyak wara wiri siswa dan siswi sekolahku yang sedang berjalan, menaiki kendaraan beroda dua maupun naik ojek online sepertiku, belum lagi di sebelah sekolahku ada SMP juga.
Saat akan sampai ke depan gapura yang menembus ke jalan raya, aku melihat laki-laki menggunakan hoodie berwarna hitam seperti sedang menunggu seseorang di dekat gapura, dari punggung laki-laki itu sepertinya aku kenal. Samar-samar aku mendengar salah satu siswi yang mengenakan seragam seperti yang aku kenakan berbisik ke teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me, Why? (ON GOING)
Teen Fiction"Dari sekian banyak manusia di bumi ini kenapa harus selalu aku yang kehilangan? Kenapa harus aku yang ditinggalin? Kenapa harus aku yang di buang? Kenapa nggak yang lain?" tanya Sheena menangis di pelukan sesosok laki bernama Gara. "Karena kamu ist...