MENGENAL RANIA

24 1 0
                                    

Malam kala itu begitu sunyi. Jam menunjukkan pukul 22.27 WIB. Sudah cukup malam, tapi dua remaja itu masih asik saling berbalas pesan. Rara dan Bagas yang kembali melanjutkan percakapan setelah siang tadi sempat terhenti. Entah, keduanya seolah tidak pernah kehilangan topik pembicaraan, selalu ada hal yang bisa dijadikan pembahasan, meski itu hal konyol sekalipun. 

Seperti malam itu, Bagas sedang asik menceritakan tentang adik perempuannya kepada Rara. Bagi Rara, mendengar cerita Bagas adalah hal yang menyenangkan. Kehidupan Bagas yang terasa begitu unik, dan terlihat keren di mata seorang Rara. Bagas bercerita tentang adiknya yang pendek lucu, selalu takut dengan kemunculan jerawat di wajahnya, dan senang membeli barang barang random. Rara menanggapi ceritanya dengan begitu semangat, seakan ia terbawa masuk ke dalam dunia Bagas dan menyaksikan langsung isi dari cerita itu. Seorang Bagas merasa bahwa lawan bicaranya itu cukup tertarik dengan ceritanya. Entah, ia merasa begitu di hargai.

Tanpa ragu, tiba tiba Bagas membagikan ID Telegram milik adiknya. Ia meminta Rara untuk berkenalan juga dengan adiknya. Rara kala itu terdiam setengah tidak percaya. Belum pernah ia bayangkan ia akan berkenalan dengan adik Bagas, dan akan berteman sejauh itu dengannya. Gadis itu mengumpulkan keberanian untuk sekedar menyapa adik temannya itu. Ia takut di nilai sok akrab atau apapun itu yang membuatnya tidak nyaman. Namun, Bagas meyakinkan Rara agar ia mau berkenalan dengan adiknya.

Rara:

Halo Raniaaa, salam kenal. Aku rara, teman kakak kamu.

Rania:

Bjir pacar baru lagi?😭

Cepet banget anjir.

Rara:

Eh ngga ngga, bukan pacarnya 😭

Rania:

Ow teman.


Rara tertawa geli melihat respon Rania. Bisa bisanya Rania mengira bahwa Rara adalah pacar baru Bagas. Namun, Rara juga jadi tau bahwa Bagas baru saja putus dengan mantannya. Rara kembali menatap layar ponselnya, ia benar benar tersenyum ketika saling berbalas pesan dengan Rania. Ternyata tidak semenakutkan seperti yang ia bayangkan. Dari Rania, Rara juga jadi banyak tau tentang Bagas. Beberapa hal yang belum Bagas ceritakan, di ceritakanlah oleh Rania. 

Rara semakin terkagum kagum pada sosok Bagas. Bagaimana tidak, dari cerita Rania, Rara jadi tau bahwa Bagas bisa dibilang sebagai sosok populer di sekolahnya dulu. Ia juga jadi tau bahwa Bagas adalah sosok yang begitu lembut. Rara pun jadi tau banyak tentang penyakit Bagas, kondisinya sekarang, bahkan hingga cerita tentang bagaimana bisa Bagas putus dengan mantannya. Cerita Rania seolah menyihir Rara dalam sekejapnya, tanpa sadar hati Rara menghangat. Entah, perasaan apa yang tiba tiba berkecamuk dalam hatinya. 

"Bagas, ternyata lo tipe tipe cowok most wanted gitu ya." Batin Rara dalam lamunannya. Malam itu, Rara benar benar bingung dengan hatinya yang tiba tiba menghangat di kala ia berbalas pesan dengan Rania dan Bagas. Rasanya seperti menemukan keluarga baru.

Di sisi lain, Bagas yang tau jika Rara juga menyukai adiknya pun ikut Bahagia. Ia senang teman barunya itu juga bisa mengenal bagian dari anggota keluarganya. Tanpa sadar, Bagas pun sempat beberapa kali tersenyum ketika Rara dengan begitu bersemangat menceritakan tentang perkenalannya dengan Rania. 

"Gak ada lagi yang bisa gua sembunyiin dari lo, Ra. Lo udah kenal Rania, gua harap kalian akur terus" gumam Bagas dalam hati sembari menatap layar ponselnya yang masih menampilkan room chat Rara. Mereka masih terus berbalas pesan, bahkan tanpa sadar malam pun semakin larut. Malam itu, entah apa yang terjadi di antara Bagas dan Rara. Mereka seolah menemukan sebuah harapan, tapi mereka pun tidak mengerti apa dan seperti apa harapan itu.

Di tengah hangat percakapan itu, tanpa diminta rasa sesak menyerang Bagas. Dadanya terasa begitu sakit. Ia menutup ponselnya, dan berusaha mengatur napasnya. Ia berusaha meraih oksigen yang terletak tak jauh darinya, tapi untuk melangkahkan kaki saja rasanya sangat berat. Dadanya benar benar sakit, napasnya menjadi berat dan tidak teratur. Bagas sering sekali menghadapi kondisi yang demikian, ia merasa sakit yang teramat sangat saat sesaknya datang dengan tiba tiba. Bagas masih berusaha menenangkan diri dan meredakan rasa sesaknya itu.

Di sisi lain, Rara perlahan mulai terserang rasa kantuk. Ia masih menunggu balasan pesan dari Bagas. Namun, cukup lama belum terbalaskan juga. Tanpa ia sadari, ia pun terlelap dengan ponsel yang masih tergenggam di tangannya. Gadis itu terlelap dan masuk ke alam mimpi dengan cepatnya. Demikian dengan Bagas, setelah rasa sesaknya mereda, ia tiba tiba menjadi sangat mengantuk. Bagas pun lupa jika ia belum membalas pesan terakhir dari Rara. Keduanya sama sama terlelap dan berpetualang dalam alam mimpinya masing masing.

Tak Akan HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang