LAGU DAN PUISI

12 0 0
                                    

Pagi sekali Rara sudah bangun untuk mencari bubur ayam di sekitar hotel. Satu kilometer ia berjalan akhirnya menemukan seorang penjual bubur ayam khas bandung. Rara membeli dua porsi bubur, satu di makan di tempat dan satu lagi di bungkus untuk di bawa pulang. Setelah berperang dengan pikirannya semalam, Rara memutuskan untuk memperbaiki semuanya dengan Bagas. Hari ini ia berniat untuk menjenguk pacarnya itu. Bubur yang dibeli Rara juga diniatkan untuk diberikan pada Bagas. Tak hanya membeli bubur ayam, Rara juga berjalan kaki menyusuri pertokoan disekitar hotelnya untuk mencari toko roti. Gadis itu juga ingin membelikan Bagas sebuah kue brownies. Bubur ayam serta kue brownies sudah ada di tangan, kini ia beralih memasuki toko buah untuk membeli beberapa jenis buah. Setelah semua terasa cukup, ia kembali ke kamar hotelnya lalu bersiap untuk berangkat menjenguk Bagas di rumah sakit.

Rara berjalan di koridor panjang rumah sakit menuju kamar inap Bagas. Rara berhenti tepat di depan sebuah kamar tempat ia kemarin melihat adegan dimana dokter melakukan tindakan pacu jantung terhadap Bagas. Nampak pintu ruang inap itu tertutup. Tok tok tok, Rara mengetuk pintunya pelan. Ceklek, seorang wanita membuka pintu ruangan tersebut.

"Permisi tante. Maaf mengganggu waktunya. Aku Rara, kalau di izinkan aku mau jenguk Bagas." Rara memperkenalkan diri dan mengutarakan maksud kedatangannya.

Mama Bagas terdiam sejenak dan menatap Rara dengan tatapan seperti tengah mengamati sesuatu. Rara yang merasa di amati demikian menjadi cukup gugup dan menundukkan kepalanya dalam.

Sepersekian detik kemudian Mama Bagas tersenyum hangat menatap Rara, "Halo Rara, saya mamanya Bagas. Silahkan masuk." 

Rara mengekor di belakang Mama Bagas dan masuk ke ruangan inap itu. Nampak Bagas tengah terbaring dengan alat-alat ekg yang terpasang di beberapa titik di tubuhnya. Wajahnya terlihat begitu tenang dengan mata yang tengah terpejam.

"Nak, ada yang jengukin kamu." Bisik mama di telinga Bagas.

Bagas yang mendengar suara mamanya merespons dengan mengerjapkan mata lalu membuka matanya perlahan. Entah, mungkin ini seperti mimpi indah bagi Bagas. Setelah semalam ia sulit tidur karena terus memikirkan Rara, sekarang saat ia membuka mata Rara berdiri di depannya. 

Rara tersenyum tipis karena sedikit canggung usai yang terjadi semalam. Sementara Bagas ia menatap Rara setengah tidak percaya.

"Lala?" Sapa Bagas.

Rara mengangguk dan mendekat ke sisi tempat tidur Bagas. Gadis itu meletakkan buah tangan yang ia bawa di atas nakas.

"Kamu bawa apa? Banyak banget dah." Bagas melihat Rara meletakkan buah tangannya di atas nakas.

"Dikit kok. Ada bubur ayam karena aku tau bubur rumah sakit pasti hambar rasanya. Ada kue brownies, siapa tau kamu pingin makan brownies karena setauku kamu suka brownies. Ada buah juga, kamu perlu makan buah buat asupan vitamin." Rara menjelaskan apa yang dibawanya.

"Siap, bu dokter!" Seru Bagas di ikuti tawa renyahnya.

"Kalian disini ngobrol-ngobrol aja gak apa-apa. Tante keluar ke ATM dulu ya bentar sama sekalian ke minimarket di depan. Rara, titip Bagas ya." Ucap mama Bagas yang diikuti anggukan Rara dan Bagas.

Kini, di ruangan itu tersisa mereka berdua saja. Hawa canggung diantara keduanya semakin terasa. Namun, Bagas berusaha keras mencairkan kecanggungan itu. Entah, ia seperti tidak mau kehilangan lagi momen berharga bersama Rara.

"La, soal yang kemarin itu aku minta maaf ya." Ucap Bagas memecah keheningan.

"Aku juga minta maaf. Aku ngatain kamu egois padahal aku sendiri yang egois." Rara juga bersuara merespons ucapan Bagas.

"Kamu udah gak marah lagi kan?" Bagas menggenggam telapak tangan Rara yang ada di sisi tempat tidurnya.

Rara menggeleng pelan dengan senyum manis yang terukir di ujung bibirnya. 

Tak Akan HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang