April Juga Punya Cerita - 09

372 51 5
                                    

*jangan lupa vote dan komennya ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*jangan lupa vote dan komennya ya!

Happy Reading!

Bagian 09

April Juga Punya Cerita

"Sejujurnya, aku gak masalah kalau gak dibikinin bekal," ucap April dengan mata memandang pada kotak bekal yang terdapat nasi putih, sayur, serta nuget setengah gosong buatan ayahnya.

"Sama, kami juga gak masalah," ucap Azkara dan Aksara kompak.

"Gapapa, Ayah memang lagi baik buatin kalian bekal. Nanti makan siang gak usah beli di kantin, makan bekal buatan Ayah aja, lumayan kan uangnya bisa buat beli lego sama album kpop," kata Setyo dengan senyum bangga. Bangga karena telah sukses membuatkan bekal—yang menurutnya sangat menarik— untuk ketiga anaknya.

Aksara tersenyum paksa, "Mending gak usah beli lego daripada harus makan masakan Ayah."

Setyo lantas menyipitkan matanya mendengar ucapan Aksara, "Maksudnya apa? Kamu gak suka masakan Ayah?"

April, Azkara, dan Aksara sontak memukul dahinya mendengar pertanyaan itu. Ternyata, Pak tua ini masih belum sadar dengan rasa masakannya sendiri.

April geleng-geleng kepala, "Bener-bener gak sadar diri," ceplosnya seraya memasukkan kotak bekalnya ke dalam tas makan. 

"Kalian kenapa masih di sini? Udah jam tujuh lho ini, gak takut telat?" tanya Iris yang baru saja memasuki dapur dengan Skaya di gendongan.

"Bundaaaaaa." Si kembar berseru kompak.

Iris mengernyitkan keningnya, "Iya, kenapa?"

"Kami kangen masakan Bunda!" ujar Azkara.

"Kemarin kan baru aja makan masakan Bunda, kok udah kangen aja? Emangnya kalian gak suka sama masakan Ayah?" tanya Iris dengan senyum geli, sejujurnya ia pun sudah tahu bagaimana rasa masakan dari suaminya.

"Ya ampun, Bunda masih nanya? Serius deh, kalau Ayah terus-terus disuruh masakin bekal dan sarapan buat kami, bisa-bisa kami mati keracunan, Bun!" ujar Aksara, selalu menjadi yang terdepan me-roasting orang dengan mulut pedasnya itu.

April dan Azkara memberikan jempolnya, tanda bahwa mereka setuju dengan ujaran dari Aksara. Setyo yang masakannya dihina kontan mendengkus tak terima.

"Berani kalian menghina masakan Ayah? Kalian gak bersyukur?" Setyo melotot pada ketiga anak kurang ajarnya itu. "Kalau masakan Ayah dihina terus, mending Ayah mogok masak aja!"

April Juga Punya CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang