April Juga Bisa Cerita - 06

563 70 4
                                    

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!

Bagian 06

April Juga Bisa Cerita

Preman

Pagi.

April tertawa kesal saat membaca pesan yang dikirimkan Handaru padanya pagi ini. Ia mengacak-acak rambutnya kasar, sebal sendiri dengan hal yang menimpanya.

Kemarin malam, April mengurungkan niatnya untuk memblokir Handaru karena cowok itu yang mengancam akan melakukan apa saja untuk bisa dekat dengannya. April tak habis pikir mendengar itu, sepertinya Handaru memang sudah gila. Bagaimana bisa cowok itu menyukainya? Rasanya benar-benar tak masuk akal.

April harus mulai menyiapkan mentalnya. Mungkin, Handaru adalah bentuk ujian yang diberikan Tuhan untuknya. April harus bisa menghadapinya dan menyingkirkan Handaru sejauh mungkin dari hidupnya.

Demi keselamatan hidupnya, April harus segera menyingkirkan Handaru sebelum cowok itu menghancurkan kehidupannya yang penuh ketenangan.

April tak membalas pesan itu. Ia lebih memilih untuk beranjak dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi dengan  penuh ketenangan karena Skaya dan si kembar yang masih tertidur.

Sayangnya, ketenangan April tak berlangsung lama, karena setelah ia selesai mandi, ada panggilan masuk dari Handaru.

April menggeram kesal, saking kesalnya ia sampai menendang kaki ranjang dan kesakitan sendiri. April yang masih mengenakan handuk duduk di pinggir kasur, ia meraih ponselnya, lalu menolak panggilan cowok itu.

Namun, dasarnya Handaru itu pengganggu, cowok itu malah kembali menghubunginya sampai April tak punya pilihan lain selain mengangkat panggilan itu.

"Apa?!" seru April begitu sambungan telepon terhubung.

"Mau gue jemput gak hari ini?" tanya Handaru di seberang sana.

Kening April mengerut tak suka mendengar itu. "Gak!"

"Serius gak mau? Lo berangkat sama siapa?"

"Gue dianterin Ayah," jawab April, berbohong. Kebenarannya adalah ia akan berangkat sendirian menggunakan scoopy putihnya. April berbohong hanya agar Handaru tak ke rumahnya untuk menjemput.

"Gue bisa jemput biar bokap lo gak perlu nganter—"

"Gue bilang gak usah ya gak usah!" Sebelum Handaru menyelesaikan kalimatnya, April telah lebih dulu memotong. Ia mengatur napasnya seraya berjalan menuju lemari pakaian. "Lagian kalau lo ke sini, lo bakal disodorin nasi goreng buatan Ayah yang asinnya kebangetan, mau lo? Masih belum jera sama yang kemarin?!"

April Juga Punya CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang