Happy Reading
Bagian 14
April Juga Punya Cerita
Sinar mentari melewati celah jendela kamar. April mengerjapkan matanya saat merasa silau, berusaha mengembalikan kesadaran setelah tertidur cukup lama.
Gadis itu menghembuskan napasnya seraya menatap langit-langit kamarnya dalam keheningan. Sampai sebuah ingatan tentang kemarin malam berhasil membuat matanya melotot.
April bangkit dari posisinya, hendak segera beranjak dari kasur tatkala ia merasakan ada yang aneh pada kasur yang sedang diduduki. April menoleh ke bawah, lantas berdecak kesal saat mendapati darah menstruasi di kasurnya, juga di celana jeans yang ia kenakan kemarin malam.
"Ah elah, kenapa harus pas tidur sih datangnya?!" keluhnya seraya bangkit dengan hati-hati, lalu menyambar handuk dan segera pergi ke kamar mandi.
Cukup lama ia berada di kamar mandi, sampai kemudian keluar dan mulai membersihkan kekacauan yang ia buat.
April terduduk di lantai setelah selesai mengganti sprei. Pikirannya kembali berkelana tentang kemarin malam. Saat ia dan Handaru makan sate bersama, lalu ke mall untuk membeli buku dan macam-macam aksesoris rambut. Lalu... saat mereka berfoto di photobox.
Jantung April berdebar saat mengingat apa yang ia lakukan di tempat photobox kemarin. "Gila, gue gak mungkin ngelakuin itu, kan?" tanyanya pada diri sendiri.
Lantas, April bangkit, meraih tas selempang, lalu mengambil hasil photobox kemarin dengan tangan bergetar. Ia kembali terduduk lesu saat melihat foto itu.
Demi apapun, April tak percaya saat melihat berbagai pose dirinya dan Handaru di foto itu. Yang paling parah adalah saat pipinya dan pipi Handaru bersentuhan, juga saat ia memeluk Handaru dari belakang. "Masa gue kemarin foto kaya gini, sih?" tanyanya tak percaya.
April mengusap wajahnya frustasi. Seharusnya ia tak perlu berpose berlebihan seperti itu. Seharusnya April santai saja, tak perlu tampak sangat bahagia. Kalau seperti ini, Handaru bisa-bisa mengira bahwa dirinya telah membuka harapan untuk cowok itu.
Dan, astaga. April kembali teringat saat Handaru mengantarnya pulang kemarin malam.
"Jenaya Aprilia, mau jadi pacar gue, gak?"
April semakin frustasi dibuatnya. Ia mengacak-acak rambutnya yang masih basah, "Dia nembak gue kemarin?!" tanya April dengan kepanikan di dada. "Tapi... gue tolak?"
Sudahlah, April sudah tak sanggup lagi mengingat momen kemarin. Ia terlalu malu dengan semuanya.
Lantas, gadis itu bangkit menuju kasurnya. Baru saja hendak merebahkan diri sambil memainkan ponselnya ketika ada sebuah pesan dari Handaru.
KAMU SEDANG MEMBACA
April Juga Punya Cerita
Ficção AdolescenteSeumur hidupnya, April sangat anti dengan cowok nakal yang hobinya membuat masalah. Ia tak pernah menyukai cowok-cowok brandalan semacam itu dan berusaha sebisa mungkin untuk terjauh dari mereka. Namun, apa jadinya jika cowok bernama Handaru Arshaka...