Happy Reading!
Bagian 02
April Juga Punya Cerita
April berjalan mengekori Handaru di depannya. Ia menggenggam tali tasnya dengan detak jantung yang berpacu dua kali lipat dari biasanya.
April ketakutan. Sudah pasti, mengingat sekarang ia tengah berada di dekat Handaru Arshakala. Demi apapun, April tak pernah mengira bahwa hari ini akan tiba. Bahwa dirinya yang alergi terhadap cowok nakal, kini malah berhadapan Handaru lebih dari satu menit.
Ini adalah sejarah. Biasanya, April akan segera berlari pergi ketika matanya menemukan kehadiran Handaru di dekatnya. Tapi, kali ini justru dirinya lah yang memilih untuk mengekori cowok itu hanya agar ia tak ketinggalan ulangan harian.
Bodo amatlah. Persetan dengan semuanya, April hanya harus bersikap tenang dan menghindari netra tajam itu.
Handaru berhenti. April ikut berhenti. Ia menahan napas saat melihat pagar belakang sekolah yang cukup tinggi dan penuh dengan kawat-kawat berduri.
April membuang muka ketika Handaru menatapnya. Ia meremas rok abu-abunya dengan perasaan cemas. April tak mengerti, sejak kapan dirinya merasa sangat ketakutan jika sedang berhadapan dengan Handaru? Kenapa... ia sangat alergi terhadap cowok brandal?
"Pagarnya gak terlalu tinggi, tapi banyak kawat berdurinya, kalau kena bisa bikin kulit lo luka," jelas Handaru dengan netra yang senantiasa menatap April tajam.
April berdehem, lalu menganggukkan kepalanya mengerti. "Oke..."
"Gue naik duluan, nanti lo nyusul, gue tunggu di atas." Handaru kembali berucap yang lagi-lagi dibalas April dengan anggukan.
Lalu, tanpa pikir panjang Handaru langsung menaiki pagar dengan hati-hati. Ia mengulurkan tangannya pada April saat telah berada di atas. "Sini, pegang tangan gue."
"Gue bisa sendiri." April menjawab. Ia mengabaikan uluran tangan Handaru, lantas berusaha naik dengan usahanya sendiri. April berhasil sampai di atas meskipun cukup kesusahan.
"Gue turun duluan, lo tunggu di sini," kata Handaru. Cowok itu meloncat dari atas pagar dan mendarat dengan mulus di atas rerumputan. Ia menatap April di atas sana, lalu membuka tangannya seraya berucap, "Ayo loncat, biar gua tangkap."
April melototkan matanya. Ia berdehem canggung, lalu kembali membuang muka. "Gue bisa sendiri," ucapnya lagi, menolak pertolongan yang ditawarkan Handaru.
Lagipula, yang benar saja. Handaru itu modus atau bagaimana, sih? Ucapan cowok itu seakan menginginkan April untuk jatuh ke pelukannya, ya? Atau, bagaimana?
"Ya udah kalau gitu! Lompat aja. Gue cuma jaga-jaga, kali aja lo jatoh ke tanah, kan sakit." Handaru berujar dengan nada tak santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
April Juga Punya Cerita
Roman pour AdolescentsSeumur hidupnya, April sangat anti dengan cowok nakal yang hobinya membuat masalah. Ia tak pernah menyukai cowok-cowok brandalan semacam itu dan berusaha sebisa mungkin untuk terjauh dari mereka. Namun, apa jadinya jika cowok bernama Handaru Arshaka...