April Juga Punya Cerita - 17

331 43 2
                                    

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!

Bagian 17

April Juga Punya Cerita

April meringis kecil saat nyeri haid kembali menyerangnya. Sejak jam pelajaran pertama dimulai, sampai sekarang saat bel istirahat pertama akan berbunyi, nyeri itu belum juga hilang. Ia sampai harus ke UKS di tengah-tengah pelajaran karena sudah tak sanggup lagi.

"Aduh, sakit banget, deh." April lagi-lagi mengeluh. Ia mengusap pelipisnya yang berkeringat meskipun kipas angin di UKS itu menyala. "Mau pulang aja, gak sanggup kalau kaya gini."

April menutup matanya, berusaha untuk tertidur agar mengurangi rasa sakit yang dideranya. Namun, belum 5 menit gadis itu menutup mata, kedatangan seseorang yang tidak ia inginkan kehadirannya berhasil mengganggu rencana tidurnya.

"Hey? Masih sakit perutnya?" Handaru bertanya. Cowok itu mengambil kursi, lalu meletakkannya di samping brankar gang sedang April pakai.

April membuka matanya, menatap Handaru selama beberapa saat, lalu mengalihkan muka dengan kening berlipat. "Ngapain ke sini?!" tanyanya, ketus.

"Mau liat keadaan lo. Tadi pacarnya Shankara ada ngabarin gue kalau lo lagi sakit, katanya nyeri haid," jelas Handaru.

April mendengkus. Ia tak mengerti kenapa Anjani sangat bersemangat dalam membocorkan segala informasi tentangnya pada Handaru. Mungkin, karena sahabatnya itu sangat mendukung dirinya untuk menjalin hubungan dengan Handaru.

"Bukannya ini masih pelajaran? Kok bisa ke sini? Lo bolos lagi?" April bertanya tanpa menatap Handaru sedikitpun. Tak lupa dengan tangan yang memegang perutnya sendiri seraya meringis beberapa kali.

"Tadi jamkos, jadi gue ke sini aja. Lagian, bentar lagi juga bel, kan?" ujar Handaru.

April tak membalas lagi setelahnya. Ia lebih fokus pada rasa sakit di perutnya yang merambat sampai ke pinggang. Sungguh, April hendak menangis rasanya. Ia tidak pernah suka dengan nyeri haid yang selalu datang setiap bulan.

"Sakit banget, ya?" Handaru bertanya ketika April kembali meringis seraya mengusap perutnya.

April mengangguk mengiyakan. Ia lalu memutar badannya menjadi membelakangi Handaru, berusaha mencoba posisi lain, siapa tahu nyerinya akan sedikit reda.

"Tadi udah sarapan?" tanya Handaru, sangat khawatir melihat April yang kesakitan seperti ini.

"Belum, tadi gak sempet," jawab April lemah. Keringat kembali memenuhi pelipisnya. Handaru yang melihat itu lantas mengusap keringat April. Pun, April tak bisa marah karena nyeri haid terlalu mengganggunya.

April Juga Punya CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang