Happy Reading!
Bagian 29
April Juga Punya Cerita
Handaru tak bisa hilang dari pikirannya. Sejak kemarin, yang ada di pikiran April selalu Handaru, Handaru, dan Handaru. Ia sampai tak bisa tidur karena terlalu sibuk berpikir.
Rasa kantuk menyapanya, April berkali-kali menguap akibat kurang tidur. Perutnya juga nyeri karena tidak sempat sarapan akibat kesiangan. April rasanya ingin istirahat dan membolos saja, namun penilaian olahraga berhasil mengurungkan niatnya.
April berbaris di belakang April. Pandangannya tertuju pada Pak Sapardi selaku guru olahraga yang sedang menjelaskan di depan sana. Tak ada satupun kalimat dari Pak Sapardi yang masuk ke kepalanya. Ia tak dapat berkonsentrasi karena terlalu sibuk mempersiapkan kalimat untuk meminta maaf pada Handaru.
"Sekarang berbaris, berurutan dari yang paling depan dulu," ucap Pak Sapardi.
Semua murid menuruti arahan Pak Sapardi. April lalu berbaris di belakang Anjani. Ia akan menunggu gilirannya untuk menggiring bola basket lalu memasukkannya ke dalam ring.
Beberapa saat berlalu, sampai tiba giliran April. Gadis itu meraih bola basket yang baru saja dipakai oleh Anjani, lalu menggiringnya dengan hati-hati.
Awalnya, April bisa melakukannya dengan baik. Namun, saat mendekati ring basket, rasa pusing menyerangnya sampai ia kehilangan kendali pada bola basket yang sekarang tengah memantul menjauhi lapangan.
April berjalan untuk mengambil bola basket itu di saat rasa pusing semakin menyerangnya. Tangan kanannya memegangi kepala, sementara tangan kiri memegangi perutnya yang semakin nyeri.
"Pril! Lo gapapa?" Anjani berseru seraya berlari menghampirinya diikuti oleh siswi yang lain.
April menoleh, pandangannya kabur. Bersamaan dengan sampainya Anjani ke hadapannya, April jatuh lemas karena tak sanggup menopang tubuhnya sendiri.
•••
April tidak pingsan. April hanya lemas, pusing, dan sakit perut. Ia masih dalam keadaan sadar saat dilihatnya Handaru berlari menghampirinya di lapangan dan langsung membawanya ke dalam gendongan.
April sepenuhnya sadar bahwa Handaru-cowok yang akhir-akhir ini menghindarinya-kini tengah mengangkatnya menuju UKS.
"Kak," panggil April pelan, hampir terdengar seperti bisikan. Pandangannya tak pernah beralih dari wajah Handaru. Tak ayal, ada rasa rindu yang menghinggapinya. April sangat merindukan cowok itu, teramat rindu.
Handaru tak membalas, bahkan menatapnya saja tidak. Cowok itu tetap fokus menatap ke depan selagi membawa April dengan setengah berlari.
April bisa melihat kepanikan di wajah Handaru yang berusaha ia tutupi. Handaru khawatir? Itu artinya, Handaru masih peduli dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
April Juga Punya Cerita
Roman pour AdolescentsSeumur hidupnya, April sangat anti dengan cowok nakal yang hobinya membuat masalah. Ia tak pernah menyukai cowok-cowok brandalan semacam itu dan berusaha sebisa mungkin untuk terjauh dari mereka. Namun, apa jadinya jika cowok bernama Handaru Arshaka...