Happy Reading!
Bagian 19
April Juga Punya Cerita
"Serius, Na?" Handaru bertanya ketika kakinya melangkah memasuki perpustakaan kota.
April menoleh, "Apanya?"
Handaru menunduk, matanya memandang April dengan kerutan di kening, "Serius kita ke sini? Gak mau main ke tempat lain aja?" tanyanya. Perihal Handaru dengan buku memang tidak bisa disatukan. Rasanya sangat membosankan jika harus berada di tempat ini seharian.
"Gak mau, gue lagi mau baca buku," jawab April dengan senyum tengil di wajahnya. Lantas, gadis itu melangkah menuju rak berisi buku-buku setelah melakukan absensi.
"Gue baru pertama kali ke tempat ini," kata Handaru, mengekori April yang tengah mencari-cari novel yang ingin ia baca.
April menoleh dengan raut tak percaya, "Masa, sih?"
Handaru mengangguk, "Iya, gue gak suka baca buku, boring banget rasanya, baru baca satu paragraf aja udah ngantuk."
April menganggukkan kepalanya mengerti, "Oh, gitu."
"Lo sendiri? Emang sesuka itu sama buku?" tanya Handaru, sesekali cowok itu melihat orang-orang yang tengah sibuk membaca di meja baca. Tak ada dari mereka yang bersuara, yang membuat suara Handaru dan April cukup terdengar meskipun mereka sudah bersuara pelan.
April menggeleng, "Gak juga, gue cuma suka baca novel, kalau buku pelajaran gak pernah suka. Kadang kalau novelnya seru, gue bisa baca seharian penuh."
"Oh..."
April kembali melangkah menuju rak yang banyak terdapat novel misteri, lalu seutas senyum muncul di wajahnya saat melihat novel yang ia cari sejak tadi. "Kak," panggilnya pelan pada Handaru.
Handaru menghampirinya, "Ya?"
"Ambilin, dong, gak nyampe," katanya, langsung meminta bantuan Handaru karena dirasa badannya tak cukup tinggi untuk mengambil novel yang ada di rak paling atas.
"Yang mana?" tanya Handaru.
"Yang sampulnya warna biru," jawab April. Dalam sekian detik, April sempat tertegun saat Handaru yang berada di belakangnya mendekat pada rak. Jantungnya berdebar tak karuan ketika napas cowok itu menyapa sisi wajahnya, belum lagi dada Handaru yang menyentuh punggungnya. April dapat merasakan hangat tubuh Handaru, juga wangi coklat yang menguar memasuki indra penciumannya. April... tak mampu berkata-kata, seharusnya ia berpindah tempat agar adegan seperti ini tak perlu terjadi. Karena setelahnya, ia kesulitan mengendalikan detak jantungnya yang bergelora.
"Ini bukunya," kata Handaru setelah berhasil mengambil bukunya dan menjauh dari April yang masih membatu di tempat. "Na?"
April mengerjapkan matanya dengan wajah yang perlahan memunculkan semburat merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
April Juga Punya Cerita
Teen FictionSeumur hidupnya, April sangat anti dengan cowok nakal yang hobinya membuat masalah. Ia tak pernah menyukai cowok-cowok brandalan semacam itu dan berusaha sebisa mungkin untuk terjauh dari mereka. Namun, apa jadinya jika cowok bernama Handaru Arshaka...