Hiraeth 02

3.8K 215 3
                                    

"Bagaimana keadaan si-ganteng Jiji, aku sudah lama tidak bertemu pria kecil mu," ucap seorang pria manis dari balik kubikel nya. Kepalanya menoleh pada sahabatnya itu.

"Baik, dia semakin pintar sekarang. Bahkan dia sedang hobby bernyanyi dan menggambar." Haechan tersenyum saat mengingat putranya.

Huang Renjun menatap sahabatnya lembut. "Ah~ aku jadi ingin segera bertemu dengannya."

Haechan kembali fokus pada laptopnya seraya berucap. "Aku akan pulang sore ini, sebagian pekerjaan akan aku bawa pulang. Kau ingin ikut?"

Renjun menatap Haechan dengan sendu, baginya Haechan adalah seorang pria submisiv yang kuat diusianya yang masih terbilang muda namun bisa bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri dan satu orang putra tampannya sendirian.

Renjun ingat bagaimana lima tahun lalu ia bertemu lagi dengan sahabat kecilnya dalam keadaan yang dibilang tidak baik. Haechan sedang dititik terendahnya kala itu. Renjun merasa menyesal tidak tau apa yang menimpa sahabat nya dan tak ada disaat sahabat nya membutuhkan sandaran.

Merasa tak ada jawaban Haechan menoleh pada sahabatnya yang seperti tengah melamun. "Renjun, kenapa melamun. Kau akan ikut atau tidak?"

Renjun mengerjap dan segera menganggukkan kepalanya. "Ikut, aku sangat merindukan Jiji."

"Jiji juga pasti senang bertemu dengan aunty nya." Haechan tersenyum membayangkan putranya yang senang melihat aunty nya.

Renjun ikut tersenyum. "Pasti baby Jiji akan senang bertemu dengan aunty manisnya ini."

Haechan hanya menggeleng saja melihat tingkah sahabatnya. Rasanya ia ingin segera pulang bertemu dengan putranya. Tepat jam lima sore, Haechan membereskan barang-barang nya. Lalu menoleh pada Renjun yang juga tengah berkemas, gadis itu benar-benar akan ikut.

"Ayo, aku sudah tidak sabar bertemu dengan Jiji."

Keduanya berjalan keluar kantor seraya berbincang kecil. "Kau sudah beritahu Pak Jaemin?"

Na Jaemin sang CEO kantor ini dan kekasih dari Renjun. "Sudah, aku sudah mengabarinya."

"Tidak apa menggunakan motor?"

"Ya ampun Haechan, memangnya kenapa jika menggunakan motor."

Haechan memasang helmnya. "Ya, siapa tau calon istri CEO tidak mau naik motor." Haechan tertawa melihat wajah Renjun yang kesal.

"Aku bukan orang seperti itu," ucap Renjun seraya mengerucutkan bibirnya.

"Iya iya, aku hanya bercanda. Ayo naik, kau bilang sudah tidak sabar bertemu Jiji."

Renjun segera naik ke jok belakang. Matanya menatap Haechan dari belakang. Padahal dulu dirinya menawarkan Haechan untuk membeli mobilnya. Renjun sengaja menjual mobilnya pada Haechan agar sahabat nya itu tidak memakai motor lagi. Karena memakai mobil bisa membuat Haechan lebih nyaman dan tak perlu merapihkan rambutnya yang berantakan karena tersapu angin. Tapi sayangnya Haechan tidak mau, pria itu tau jika harga yang ditawarkan olehnya terlalu murah untuk mobil yang terbilang masih bagus.

Renjun juga tau pasti orang tua angkat Haechan sudah berusaha memberikan mobil untuk Haechan, ia juga tau nyonya Ten dan tuan Johnny menghadiahkan mobil untuk Jisung saat bocah itu berumur tiga tahun, sebagai alasan. Tapi mobil mewah itu tak pernah Haechan pakai karena itu milik Jisung. Hanya di pakai saat Jisung ingin pergi jalan-jalan saja.

Haechan lebih mementingkan kebutuhan putranya dari pada kenyamanan nya sendiri, Renjun salut akan itu. Jika dirinya menjadi Haechan mungkin ia tidak akan sekuat itu.

Sepeda motor yang dikendarai Haechan berhenti pada sebuah rumah mewah, dihalaman yang terbilang luas terlihat seorang bocah yang tengah bermain bola dengan seorang pria paruh baya. Tawa riangnya terdengar oleh keduanya.

Hiraeth [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang