Hiraeth 09

2.3K 170 2
                                    

Pagi ini pagi yang hangat di rumah besar keluarga Suh. Ya, karena Haechan dan Jisung menginap di rumah besar ini. Menambah kehangatan di meja makan antara Ten dan Johnny. Belum lagi ada Dokter Donny juga.

"Mommy, Mommy kemarin Jie dibeliin Ironman sama dokter Donny. Terus dikasih es krim sama jajanan." si kecil Jisung berceloteh meramaikan sarapan pagi ini.

"Sudah bilang terima kasih Baby?" Haechan mengusap helaian lembut putranya.

"Sudah Mommy. Makasih aunty."

"Sama sama sayang. Jisung harus jadi anak yang pinter ya, jangan nakal sama Mommy."

Jisung mengangguk dengan cepat. "Siap aunty."

Setelah sarapan Jisung bermain dengan action pigure, miniatur rumah rumahan dan mainan lainnya. Haechan menatap putranya dari bangku taman yang mengarah pada ruang tengah. Walaupun putranya terlihat dewasa namun tetap saja, Jisung hanyalah seorang anak kecil berusia lima tahun.

Haechan merasa belum bisa menjadi ibu yang baik untuk Jisung. Apalagi saat dirinya kambuh, ia bisa melukai putranya tanpa sengaja lalu membuat Jisung takut padanya.

Sebuah usapan lembut di bahunya menyadarkan Haechan dari lamunannya.

"Memikirkan apa?"

Dokter Donny duduk diri di samping Haechan mengikuti pandangan ibu dari Jisung itu. "Aku hanya memikirkan saat diri ku kambuh, Jiji akan merasakan dampaknya juga."

"Dokter, aku ingin benar benar sembuh. Aku tidak ingin menyakiti putra ku terus menerus meski secara tidak sadar." Haechan menatap sendu dokter Donny.

Dokter Donny menggenggam jemari Haechan. "Kamu bisa sembuh Haechan. Aku yakin kamu bisa sembuh. Lawan rasa takut kamu, ingat selalu ada Jisung sebagai kekuatan mu."

"Lupakan semua yang dilakukan orang orang yang menyakiti mu. Aku tau itu tidaj mudah, tapi cobalah berdamai dengan masa lalu."

Haechan menunduk, bayangan tentang orang orang yang menyakiti nya berkelebat di kepalanya, membuat tubuhnya bergetar, kepalanya pening belum lagi rasa sesak dihatinya.

Tidak, Haechan tidak bisa berdamai dengan semuanya. Semuanya terlihat sangat menyakitkan. Jisung, demi Jisung putranya. Haechan menggeleng, berdebat sengit dengan dirinya sendiri.

"Haechan, jangan paksakan. Lakukan secara perlahan. Dengarkan aku Haechan."

Dokter Donny memegang bahu Haechan dan mengguncangnya pelan agar pria itu tersadar dari bayangan menyakitkan yang dibuatnya.

Haechan membuka matanya yang berair menatap sendu Dokter Donny. "Aku tidak bisa dokter. Semuanya sangat menyakitkan," ucapnya dengan terisak pelan.

Dokter Donny menarik Haechan pada pelukannya. "Perlahan Haechan, aku yakin kamu bisa. Kamu pria yang hebat. Ingat selalu orang orang yang mencintaimu."

Haechan mengangguk, tangisnya sudah mereda. Merasa nyaman di pelukan dokter Donny. Keduanya segera melepaskan pelukannya kala mendengar suara berisik dari ruang tamu.

"Baby Jie."

Segera Haechan berlari ke dalam rumah lalu melihat orang tua nya berdiri dihadapan seorang wanita tua yang sangat Haechan kenali.

"Mommy." Jisung berlari memeluk kaki ibunya, menatap takut wanita tua yang baru saja membentaknya.

"Ada apa baby?"

"Jiji cuman mau sambut Eyang Mom, tapi Eyang tidak suka," jawab Jisung dengan pelan, terlihat jelas jika bocah itu masih terlihat takut.

"Oh.. Ada ibu nya juga disini. Apa mereka sudah tinggal disini dan menguasai rumah. Tidak cukupkah rumah yang diberikan menantu ku pada kalian, tidak tau diri."

Hiraeth [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang