Hiraeth 21

2.1K 157 4
                                    

Pemandangan indah terlihat dari lantai dua rumah ini. Hamparan bunga mawar merah yang sangat memanjakan mata.

Lee Haechan berdiri dibalik jendela itu. Sudah satu minggu Haechan menempati satu kamar di mansion mewah ini. Mansion yang sama saat pria itu menculik nya kala itu.

Namun berbeda kali ini Haechan dengan suka rela menginjakan kaki nya kesini. Demi Jisung. Setelah bertemu Taeyong, ibu Mark. Haechan bisa bertemu dengan ayah dari anaknya itu dan wanita yang menghinanya segera dipecat oleh Taeyong.

Membuat banyak kesepakatan untuk kebahagiaan Jisung. Haechan juga sudah mengabari ibu dan ayahnya disana tadinya Johnny akan menjemput dirinya dan Jisung saat tau. Namun Haechan menjelaskan semuanya agar Johnny dan Ten jangan khawatir pada mereka.

"Mommy, Mommy sudah bangun?"

Haechan tersenyum melihat Jisung yang berdiri dengan seragam ditubuh mungilnya, dibelakang nya ada seorang maid yang Mark tugaskan untuk mengurus semua kebutuhan Jisung. Walau sebenarnya Haechan bisa melakukan semuanya untuk putra nya.

"Sudah sayang. Sini peluk, anak Mommy sudah tampan dan wangi." Haechan mengecupi puncak kepala pria kecilnya.

"Jiji sudah tidak sabar pergi sekolah lagi."

Haechan tersenyum mengelus rambut halus itu. Haechan senang melihat senyum lebar putra nya. Terlihat sangat bahagia.

"Mommy akan kesepian kalau baby pergi."

Jisung tertawa saat Haechan menggesek hidung mereka. "Mommy seperti anak kecil."

"Ehhh.. Sudah berani mengejek Mommy hehh.."

Tawa Jisung terdengar memenuhi kamar bernuansa biru itu, sangat bahagia saat sang ibu mengecupi wajah dan lehernya.

Sebuah senyum manis terlihat di bibir Mark yang melihat kedua orang yang di sayang nya dari jarak cukup jauh. Meski begitu Mark tetap senang.

Melihat kedua orang yang dicintainya akan melangkah keluar Mark segera pergi ke dalam kamarnya. Meski keduanya tinggal serumah, namun baik Mark dan Haechan jarang sekali bertatap muka.

Itu karena Haechan yang masih belum nyaman saat berada disekitar nya dan Mark mengerti akan itu. Berusaha untuk tak memunculkan wajahnya.

Mark berjalan kebawah dan melihat pria yang dicintai dan anak nya tengah sarapan bersama.

"Daddy, ayo kita makan bersama." Seru Jisung dengan semangat. "Mommy memasak nasi goreng kesukaan Jie, Daddy harus coba. Pasti ketagihan."

Mark tersenyum, ia ingin tapi Haechan tak nyaman berada disekitarnya. Mark tidak ingin Haechan kesulitan karenanya. "Daddy ingin, tapi Daddy buru-buru harus ke kantor sayang."

"Yahh.." Raut wajah cerah Jisung meredup, itu alasan yang sama jika Jisung mengajak ayahnya untuk sarapan bersama.

"Jangan sedih sayang, lain kali Daddy akan coba," ucapnya pelan, semoga saja suatu hari ia bisa mencoba masakan dari pria yang dicintainya.

"Daddy pergi dulu, belajar yang rajin." Mark mendekat mengecup puncak kepala putranya sebentar dan segera pergi, tak ingin membuat Haechan semakin tertekan karena melihat dirinya.

Haechan pria itu hanya menunduk sampai langkah kaki Mark menjauh, ia mendongakkan wajahnya. Haechan belum terbiasa melihat Mark disekitarnya. Perasaan gelisah dan tak nyaman masih bersemayam dihatinya. Haechan juga harus mati matian untuk mencegah ingat ingatan buruk yang selalu berkelebat jika melihat wajah ayah dari anaknya itu.

Mata coklatnya melirik Jisung yang nampak tak seceria tadi. Pasti putranya merasa kecewa akan ajakan yang selalu ditolak oleh ayahnya. Itu bukan salah Mark tapi salah dirinya.

Hiraeth [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang