Hiraeth 04

2.8K 181 2
                                    

Mata itu sudah terpejam setelah lama menangis, hembusan nafasnya pun sudah perlahan teratur. Ten terus mengusap puncak kepala Haechan dengan lembut, agar putranya itu terlelap dengan nyenyak. Satu kecupan ia tanamkan pada dahi sang putra.

Matanya beralih pada pintu kamar dimana suaminya berada. "Jie sudah tidur?" tanya Ten dengan pelan.

Johnny mengangguk mendekat pada istrinya, menatap wajah manis Haechan yang nampak pucat dengan mata bengkak nya sama seperti Jisung cucunya tadi.

Ten membawa tangan Haechan pada pangkuannya, disana ada luka cakaran. Pasti putranya kembali melukai dirinya sendiri. Johnny yang sudah tau akan terjadi, sudah membawa kotak obat. Ten mengobati luka itu dengan lembut takut jika Haechan kembali terbangun.

Sudah selesai Ten kembali menyimpan kotak obat itu dan menggenggam kembali tangan Haechan. "Kenapa Haechan kembali seperti ini." Gumam Ten sedih.

Ten tentu tau kenapa Haechan seperti ini. Dulu Ten juga melihat bagaimana Haechan melukai dirinya sendiri bahkan hampir membunuh putranya yang berumur dua tahun.

Traumatic Disorder itulah yang dokter katakan, Haechan menderita trauma yang sangat dalam. Sungguh berat takdir yang Tuhan berikan untuk pria seusia Haechan. Ten sendiri belum tentu kuat jika ia diposisi Haechan saat itu.

Sewaktu Ten menemukan Haechan kala itu dirinya dan Johnny tengah berlibur di Korea Selatan, Ten melihat pemuda Tan itu ingin membunuh dirinya sendiri dengan melompat dari jembatan, tapi untungnya ia dan suaminya berhasil menggagalkan niat Haechan.

Ten ingat betul Haechan seperti orang gila yang akan berteriak dan menangis histeris kala melihat pria dominan. Ten yang memang bukan seorang pria istimewa yang bisa memiliki anak merasa kasihan dan membawa Haechan bersama nya pergi dari Korea Selatan ke Chicago tempat tinggal suaminya. Ten juga membawa Haechan ke dokter dan disana ia mengetahui jika Haechan pria istimewa yang tengah mengandung.

Ten terus menemani Haechan mengajaknya bicara meski pemuda itu hanya diam dan melamun. Tapi Ten tak menyerah sampai akhir nya Haechan mulai mau berbicara padanya dan yang membuatnya menangis ikut merasakan apa yang putranya itu rasakan saat Haechan tengah mengalami pengobatan di psikiaternya. Haechan menceritakan semua kejadian buruk yang dialaminya selama ini.

Diperkosa, hamil diusia yang masih belia, Haechan juga bercerita jika kehamilan nya diketahui semua teman sekolah nya dan semua mem-bully nya, bahkan beberapa siswa pria melecehkannya juga, maka hari itu Haechan sudah tidak tahan dan ingin membunuh dirinya sendiri.

Ten menangis keras di pelukan suaminya saat mengetahui semua hal mengerikan yang terjadi pada pemuda yang masih sangat muda. Haechan harus menanggung semua kesakitan nya sendiri. Maka saat itu Ten berjanji akan menemani Haechan, menyayangi nya seperti anaknya sendiri. Hingga Haechan perlahan menerima hidupnya dan bayinya. Awalnya sangat sulit, Haechan akan berteriak kala bayi yang dilahirkan nya itu terlihat oleh matanya.

Namun Ten terus membawa Haechan ke psikiater hingga Haechan perlahan-lahan bisa menerima bayinya. Ten juga ingat tangis haru Haechan saat pertama kali menggendong bayi nya sendiri. Saat itu semuanya berjalan normal, Haechan sudah tidak pernah kambuh lagi. Namun entah kenapa putranya kembali kambuh saat melihat seseorang dari televisi yang sedang ditonton oleh suaminya.

Haechan kembali menangis histeris dan berteriak-teriak ketakutan. Bahkan Jisung yang tidak tau apa-apa mendekat pada ibunya, namun Haechan malah hampir membunuhnya dengan mencekik bocah kecil itu. Untungnya Johnny segera mengambil Jisung dari tangan Haechan.

Dokter bilang jika trauma nya kembali saat ingatan tentang masa lalunya ter-ungkit dengan cara melihat pria yang telah memperkosanya atau tempat yang menjadi saksi kesakitan Haechan.

Ten termenung, jadi diantara orang-orang hebat pemilik nama dari perusahaan Korea Selatan itu salah satu orang yang telah memperkosa putranya. Dari kejadian itu Ten berusaha untuk menjauhkan beberapa orang yang ia perkirakan menjadi tersangka atas penderitaan anaknya.

Tepukan halus di bahunya menyadarkan Ten dari kilasan balik kejadian mengerikan yang dialami oleh Haechan.

"Jangan terlalu dipikirkan. Kita telpon Donny saat pagi nanti, untuk memeriksa Haechan," ucap Johnny lembut.

Ten mengangguk menatap sayang Haechan putranya. Mungkin ini balasan dari doa-doa nya yang menginginkan seorang anak. Tuhan mempertemukan Ten dengan Haechan, seorang anak yang membutuhkan penopang dan kasih sayang orang tua untuknya. Meski ia tidak merawat Haechan dari kecil tapi ia menyayangi pria manis ini. Haechan adalah putra nya, anak yang dikirim kan Tuhan padanya dan sang suami.

•••••

Matanya mengerjap saat cahaya matahari nampak menusuk kelopak matanya. Haechan membuka matanya yang terasa berat dan perih perlahan. Plafon kamarnya yang pertama kali ia lihat, Haechan memijat kepalanya yang nampak berdenyut pening. Lalu kilasan tentang kejadian semalam terlintas diingatan.

Haechan bermimpi, lalu menangis kala seseorang memangil nya, namun ia berteriak dan mendorong nya. Haechan segera bangun dari tidurnya tak perduli kepalanya ber-dentam pening. Kakinya tampak bergetar saat melangkah.

Haechan keluar kamar mencari seseorang yang ia sayangi. "Baby Jie." Lirih Haechan seraya terus melangkah untuk mencari putranya.

Haechan tersenyum melihat Jisung berada dipangkuan Johnny. Kakinya berjalan dengan cepat mendekati mereka.

"Baby Jisung."

Langkah Haechan terhenti saat putranya terlihat takut, matanya terlihat berkaca-kaca dan menyembunyikan wajahnya di lekuk leher kakeknya. Putra nya takut padanya.

Haechan menunduk menatap kedua tangannya yang mendorong kasar putranya sendiri. Lalu kembali melihat Jisung yang sudah menangis sekarang.

"Baby.. maafkan Mommy."

"Haechan, kau seharusnya istirahat." Haechan mengalihkan atensinya pada seorang pria cantik yang berada disampingnya. "Dokter Donny."

Donny memegang bahu Haechan lembut memapahnya untuk duduk di sofa. Mata coklat terus tertuju pada Jisung yang masih terisak tak tidak mau melihatnya. Ia tau jika putranya pasti takut padanya atau bahkan jijik mempunyai ibu yang gila seperti dirinya.

"Ak-u ... "

"Tenang lah Haechan. Tenang kan dirimu, jangan pikirkan sesuatu yang buruk. Kau mau putra mu kembali takut." Donny menggenggam jemari dingin itu dan men-sugesti nya agar tak lepas kendali. "Tarik nafas lalu tenangkan dirimu."

Haechan melakukan apa yang dokter Donny sarankan. Ia tak mau putranya ketakutan akan dirinya. Sedikit demi sedikit ia menjadi tenang walau tidak sepenuhnya.

"Bagus, seperti itu." Donny tersenyum lembut pada pria yang lebih muda darinya. Pasiennya sekaligus saudara baginya selama ini.

"Baby." Lirih Haechan menatap Jisung yang tidak mau melihatnya.

Donny hanya tersenyum, lalu melangkah untuk menggendong Jisung. "Hei baby boy, jangan menangis. Mommy mu sudah baik-baik saja sekarang."

Jisung hanya terisak, ia masih takut dengan ibunya yang berubah jadi monster menurut nya. Tapi Nenek dan Kakek nya bilang ia tidak perlu takut pada ibunya sendiri. Karena tidak ada yang menyayangi dan mencintai nya sebesar ibunya.

"Jie, Mommy pasti ingin memeluk dan menggendong mu, ia rindu dengan Jisung. Apa Jisung tidak merindukan Mommy?"

Jisung menatap aunty Donny nya lalu melirik ibunya yang menatapnya dengan sedih. Jisung juga rindu pelukan ibunya.

"Baby, Mommy rindu."

Suara lembut ibunya membuat Jisung menatap mata coklat ibunya lalu menangis dan mengulurkan tangannya yang langsung disambut dekapan hangat oleh ibunya.

Jisung langsung menangis memeluk ibunya dengan erat, menumpahkan semua ketakutan dan rasa sayang nya pada tempat ternyaman nya selama ini. Haechan juga memeluk putranya dengan erat, merasa menyesal tidak mengenali putranya sendiri dan melukai pria kecilnya.

"Maafkan Mommy, Baby jangan takut. Mommy sangat menyayangi mu."







____________
To be continued!!

Hiraeth [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang