Malam itu dimana semua kesakitan seorang Lee Haechan dimulai. Seperti biasa Haechan akan membereskan kamar hotel yang sudah ditinggalkan oleh tamunya. Haechan memang anak sekolah menengah atas yang tengah menjalani PKL. Sebagai siswa jurusan perhotelan.
Sudah hampir sebulan Haechan menjalani pekerjaan nya dengan baik dan mengerjakan tugasnya sesuai perintah.
Haechan menghela nafas berat setelah menyelesaikan tugasnya. Cukup melelahkan, membersihkan dan mengganti seprei kasur dengan yang baru terus menerus. Haechan kembali mengecek apa yang sudah dikerjakan nya sudah benar dan rapih apa belum baru keluar dari kamar itu dengan membawa seprei kotor.
Tadi adalah kamar terakhir yang Haechan bersihkan, setelah ini ia bisa pulang ke kontrakan. Haechan melihat jam tangannya sudah pukul sepuluh malam, hari ini memang ia mendapat shif malam.
Bunyi dentingan lift menyentak Haechan seorang pria keluar dari lift ini. Haechan mengernyit, setahu nya ini lift khusus pegawai, kenapa pria itu keluar dari lift ini. Pasti pria itu salah masuk lift, pikirnya. Haechan menundukkan wajahnya berusaha untuk se-sopan mungkin.
Tubuh pria itu agak sempoyongan dan hampir jatuh jika tak ia tahan. Haechan reflek menjatuhkan seprei kotornya.
"Tuan, anda baik-baik saja?" tanya Haechan namun pria ini hanya diam dengan tubuh besar yang bersandar pada tubuh kecilnya.
"Anda mabuk." Sebuah pernyataan saat Haechan mencium aroma alkohol yang cukup pekat dari pria yang bersandar padanya ini.
"Tolong bantu aku ke kamar." Suara berat dan serak nya membuat Haechan merinding, namun pria ini adalah tamunya yang artinya Haechan harus melayani nya dengan baik.
Dengan pelan Haechan memapah pria itu, lorong lantai ini sepi karena kamar-kamar hotel disini biasanya disewa oleh orang-orang penting saja.
"Berapa nomor kamarmu tuan?"
Pria itu mengangkat wajahnya, sejenak Haechan tertegun akan ketampanan pria itu. Namun Haechan menggeleng segera, menyingkirkan pikiran nya.
"1101."
Haechan dengan segera menatap nomor-nomor kamar dan ternyata tak jauh dari mereka. Sampai kamar yang dituju, Haechan akan melepaskan diri namun pria itu tak bisa berdiri dengan benar dan hampir terjatuh jika tidak kembali ditahan olehnya. Akhirnya pria itu menyerahkan keycard padanya. Haechan dengan segera membuka kamar itu dan mendudukkan pria itu pada kasurnya.
Pria itu terbatuk membuat Haechan mendekatkan dirinya. "Tuan anda tidak apa-apa?" Haechan segera mengambil air putih dan memberikannya. "Minumlah dulu tuan."
Pria itu mendongak menatap wajah manis dan cantik pemuda didepannya. Wajahnya terlihat cantik dengan mata coklat indahnya, hidung kecilnya, pipi yang sedikit chubby dan bibir merah alami menggoda nya itu. Pria itu merasa jika pemuda didepannya ini terlalu cantik untuk ukuran seorang pria.
"Tuan."
Suara lembut itu menyentak pikiran nya yang sudah kemana-mana. Matanya melihat gelas air yang disodorkan padanya, dengan pelan ia meraih dan meminum nya hingga tandas.
"Seperti nya anda sudah tidak apa-apa. Kalau begitu saya permisi dulu Tuan."
Haechan berbalik akan meninggalkan kamar itu namun tangannya dicekal membuatnya kembali berbalik.
"Ada apa? Kau butuh sesuatu lagi tuan?"
Mata hitam itu menatap matanya lekat-lekat, Haechan segera menunduk merasa takut akan tatapan pria didepannya ini.
"Iya." Suaranya terdengar dalam dan serak, kembali membuat Haechan merinding tak karuan, ia merasa gelisah sekarang.
"Apa- aaakkh..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [Markhyuck]
FanfictionRemake story!!! Original story by @imyour_jie ••••• Hiraeth memiliki arti yakni kerinduan atau keinginan yang tulus dari rasa penyesalan. Penyesalan yang tak berujung bagi Mark Lee untuk seorang pria cantik yang sudah ia hancurkan masa depannya. Bu...