Hiraeth 22

2.1K 166 6
                                    

Mark membuka matanya, meringis merasakan perutnya bergemuruh lapar. Pria itu memang belum makan malam. Perlahan Mark bangkit tersenyum melihat Jisung yang tidur dengan lelap.

Mata hitamnya melirik samping kiri anaknya dan kosong. Haechan pasti meninggalkan mereka saat Jisung sudah terlelap.

"Terima kasih sayang. Kau sudah membuat Daddy merasakan tidur bertiga seperti keluarga sungguhan," bisik Mark dengan pelan. Lalu menunduk mengecup dahi putranya sebelum turun dari ranjang.

Langkah kaki lebar itu membawanya pada dapur. Rumahnya sudah sangat hening, ini sudah jam 2 dini hari dimana orang orang sudah mengarungi mimpi indah mereka.

Mark membuka laci siapa tau ada makanan yang tersisa, tapi seperti sebelumnya tidak ada. Padahal Mark berharap ada sisa masakan Haechan.

Lagi lagi Mark mengambil sebuah mie instan yang sama seperti yang sudah sudah. Terlalu malas untuk masak sesuatu.

"Apa yang kau harapkan Mark, Haechan disini untuk Jisung. Bukan seperti khayalan mu jika Haechan menjadi istrimu dan memperhatikan mu." Gerutu Mark pada dirinya sendiri.

Meruntuki imajinasinya yang terlalu indah untuk terwujud.

Tak sadar jika ucapannya didengar oleh sang pemilik nama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak sadar jika ucapannya didengar oleh sang pemilik nama. Haechan berdiri tak jauh dari Mark. Tadi ia terbangun dan haus, air di kamarnya habis jadi Haechan turun untuk mengambilnya.

Namun menemukan Mark yang membuka buka buka laci dan kulkas. Ternyata pria itu kelaparan. Haechan memang selalu masak secukupnya, hanya untuk dirinya dan Jisung.

Haechan berpikir Mark mempunyai bibi Jen, ketua maid di rumah ini.

Mark berbalik dan terkejut melihat Haechan berdiri tak jauh darinya. Sepertinya bukan hanya dirinya yang terkejut tapi Haechan juga, terlihat dari matanya.

Mark segera menunduk tak berani menatap ibu dari anaknya. Dokter Jeno bilang meski kesehatan mentalnya sudah sangat membaik, namun tak mudah bagi Haechan untuk mengendalikan dirinya agar tidak histeris jika menatapnya.

Haechan yang tadinya tersentak segera menguasai dirinya. Ragu untuk hanya sekedar mengambil air. Tak sadar jemarinya mencengkram gelas yang dipegangnya.

Mark melihatnya, segera mematikan kompornya dan berlalu pergi.

Mata coklat Haechan melirik punggung lebar itu yang pergi dengan cepat melewatinya. Lalu kakinya yang lemas berjalan untuk mengisi air di gelasnya.

Mie yang hampir matang di panci menarik perhatian Haechan. Dengan sendirinya Haechan menyalakan kembali kompor itu, mie akan mengembang jika dibiarkan.

Pria tan itu juga ingat ada telur dan sosis di kulkas, segera membukanya memasukan telur dan sosis lalu tak lupa memasukan sayur juga di atas mie yang sudah matang.

Haechan tertegun, menaruh perlahan sumpit yang digunakannya untuk mengaduk mie nya. Dengan kaku Haechan mengambil gelasnya dan kembali ke kamar nya.

Mark yang melihat Haechan sudah menaiki tangga menuju kamarnya segera kembali ke dapur untuk melanjutkan masaknya.

Hiraeth [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang