Haechan mengusap kedua telapak tangannya yang terasa basah oleh keringat dinginnya. Ini jadwalnya untuk terapi bertemu dengan pria itu.
Bisakah Haechan tetap waras saat melihat nya. Haechan takut jika dirinya tidak akan bisa berdamai dengan masa lalu nya sendiri.
"Tenang Haechan. Ini demi Jiji, demi bisa kembali bersama anak mu." Gumam Haechan menyakinkan dirinya sendiri.
Tatapan tertuju pada foto anaknya, lalu tersenyum tipis. "Mommy, tidak sabar kembali bersama denganmu Baby."
"Mommy rindu tidur denganmu, memasak untuk mu." Menghela nafas berat. "Mommy pasti bisa sembuh."
Pintu kamar terbuka, Membuat Haechan terlonjak kaget dan merapatkan dirinya pada tembok.
"Maaf mengagetkan mu Haechan." Itu hanya Jeno. "Apa kau sudah siap? Jika tidak, kita bisa menjadwalkannya saat kau siap."
Haechan menggeleng, dirinya yakin ia siap. "Tidak Dokter, aku siap."
Jeno mendekat menggenggam tangan Haechan yang terasa dingin. "Aku akan ada bersama mu disini. Jadi kau tidak perlu takut. Hilangkan semua pikiran negatif mu."
"Iya dokter. Aku siap."
"Baiklah."
Jeno tersenyum sebelum keluar untuk kembali bersama Mark.
Haechan menahan nafas nya melihat pria itu ada dihadapan nya. Bayangan itu kembali muncul, namun dengan segera Haechan menggelengkan kepalanya. Ia harus bisa melawan rasa takutnya. Demi Jisung, putranya.
"Duduk lah Haechan. Tak apa dia tidak akan menyakiti mu."
Pelan Haechan mendudukkan dirinya disebuah sofa didepan Mark yang sudah duduk di sofa berhadapan dengannya.
Haechan gemetar meski tempat duduk keduanya mempunyai jarak yang lumayan jauh dan ada dokter Jeno juga.
"Tenang, aku bersama mu." Jeno kembali men-sugesti Haechan untuk tenang. Bisa Jeno rasakan dingin nya telapak tangan Haechan.
Haechan mengangguk dengan kepala menunduk. Mark menatap sendu bagaimana Haechan terlihat tertekan bertemu dengannya.
"Maafkan aku Haechan."
Tubuh kecil Haechan tersentak mendengar suara Mark masuk ke dalam telinga nya. Kepala langsung mendengar suara-suara dan desahan Mark lima tahun lalu. Suara-suara menjijikkan itu seolah terus berputar di kepalanya.
Suara desahan, suara erangan Mark saat memperkosanya. Haechan sedikit hilang kendali, tak sadar mencengkram tangan Jeno yang berada digenggaman nya.
"Akh.. Jangan.. Ak-u! Lepaskan."
Jeno menahan bahu Haechan untuk menatapnya. "Haechan tenanglah. Hei, lihat aku. Buang pikiran itu, masa itu sudah berlalu. Kembali pada masa sekarang Haechan."
Haechan membuka matanya yang tak sadar sudah menangis. "Dokter." Isaknya lirih.
Semua itu tak luput dari penglihatan Mark. Bukan hanya Haechan yang merasa sakit, tapi ia juga. Ada banyak tangan yang meremas hatinya.
"Maafkan aku, sungguh maafkan aku."
Mark berlutut dihadapan Haechan. Menundukkan kepalanya dalam. Matanya pun menetes kan air mata penuh penyesalan yang sangat.
Sungguh demi apapun rasanya sangat sesak oleh rasa bersalah nya selama ini. Mark selalu berpikir setiap tarikan nafasnya rasa sesak itu semakin menguat.
Haechan terdiam menatap pria itu yang berlutut dihadapan nya. Entah kenapa rasa iba muncul dihatinya.
"Kau bisa menghukum ku, apa saja. Kau mau aku masuk penjara akan kesalahan ku lima tahun lalu, aku akan menyerahkan diriku sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [Markhyuck]
FanfictionRemake story!!! Original story by @imyour_jie ••••• Hiraeth memiliki arti yakni kerinduan atau keinginan yang tulus dari rasa penyesalan. Penyesalan yang tak berujung bagi Mark Lee untuk seorang pria cantik yang sudah ia hancurkan masa depannya. Bu...