Hiraeth 07

2.6K 179 1
                                    

Pesta semakin ramai, sesekali pria cantik itu menyunggingkan senyum indahnya, pada beberapa orang yang mengajak nya berbicara.

Sebenarnya Haechan merasa tak nyaman berada diantara mereka anak-anak dari pemilik perusahaan besar lainnya. Karena ia tau jika mereka hanya akan menyombongkan diri sendiri.

Haechan tidak menyukai mereka yang bertopeng saling memuji namun membenci dari belakang.

Matanya meliar mencari putranya yang tengah dibawa oleh sang ayah tadi. Haechan menghela nafas bosan, jika bukan pernikahan sahabatnya. Pasti ia sudah pulang sedari tadi.

Seolah tau kegusaran sang putri, Ten memegang lengan putranya itu. "Ada apa Nak?"

"Aku rindu baby Jie Mae." Gumam Haechan yang ternyata masih bisa didengar oleh beberapa orang yang duduk dimeja yang sama dengannya.

"Baby Jie? Ohh.. putra mu itu ya? Pasti sudah besar sekarang," ucap seorang wanita berambut panjang itu. Haechan hanya mengangguk dan tersenyum saja.

"Padahal kamu masih muda dan manis, para lelaki dominan atau wanita juga pasti tidak akan mengira jika kamu sudah punya satu putra," ujar pria manis menimpali.

"Iya, apalagi putranya sudah besar sekarang. Tapi aku yakin banyak pria dom ataupun wanita yang langsung mundur setelah tau kamu punya anak. Jadi kamu harus memberitahu mereka terlebih dahulu sebelum kau patah hati."

"Mencari pria dom yang mau menerima kita sih memang mudah, tapi yang mau menerima anak kita itu yang sulit."

Ucapan itu seolah sebuah ejekan untuknya, tapi Haechan tidak menghiraukan, biarkan saja mereka berkata apa. Sudah Haechan bilang jika anak anak orang kaya itu hanya memakai topeng seolah terlihat baik.

"Apalagi jika ayah anaknya tidak ada yang tau. Kasihan sekali putramu itu."

Haechan menatap tajam pria yang sudah membawa-bawa anaknya. Selagi mereka tidak menyangkut pautkan putranya dalam perkataan buruk apapun Haechan akan diam tapi seperti nya mereka malah memancing amarah seorang ibu.

"Dengar kalian semua, aku tidak peduli kau berkata apa tentang diriku tapi jika itu tentang putra ku, aku tidak terima. Kau tidak tau apapun tentang hidup ku, jadi lebih baik kau tutup mulutmu sebelum aku yang memaksa mulutmu tertutup."

Haechan menatap tajam pria berambut ash gray itu, tangannya mengepal ingin meninju wajah penuh sok polosnya. Jika saja ibunya tidak menahan lengannya saat ini.

Ten menatap tak suka anak-anak itu. "Pergilah anak muda, aku tak yakin kalian berpendidikan tinggi. Bahkan kalian terlihat rendah saat ini."

Anak-anak kaya itu segera pergi dengan raut wajah marah. Tidak berani membalas Ten karena reputasi seorang keluarga Suh yang sangat berpengaruh.

Ten mengusap lengan putranya agar tenang. Emosi Haechan memang tidak terkontrol dengan baik. Ia takut jika putranya lepas kendali.

"Tenang lah nak, jangan dengarkan mereka."

Haechan menarik nafas panjang, berusaha menenangkan dirinya sendiri yang ia butuhkan sekarang adalah putranya. Matanya meliar mencari dimana putranya berada sekarang.

Deg!

Deg!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hiraeth [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang