Hiraeth 14

2.2K 148 2
                                    

Mark mengusap matanya yang basah, ini bukan keputusan yang mudah untuknya. Tapi ini untuk kesembuhan Haechan.

Tangan besar Mark mengusap sayang surai hitam putranya. "Baby, kau akan bersabar menunggu Mommy sampai kembali lagi kan."

Mata hitamnya menatap kosong pada pemandangan di depannya. "Ini demi kebaikan Mommy. Daddy menyayangi mu nak." Mark menunduk untuk mengecup sayang dahi putra nya.

Dengan hati hati keluar dari kamar Jisung lalu turun kebawah melihat Paman Liu sudah berdiri disana.

"Apa mereka sudah sampai dengan selamat paman?"

Paman Liu mengangguk. "Sudah tuan. Semua keperluan tuan Haechan juga sudah lengkap."

"Baguslah. Besok pagi aku akan ke sana."

"Tapi bukannya Dokter Jeno tidak mengijinkan tuan bertemu tuan Haechan," ucap Paman Liu dengan pelan.

Mark menghela nafas berat, memasukan tangannya ke kantung celana. "Untuk terakhir kali nya. Hanya kali ini."

Ya, semoga saja Mark tidak mengkhianati ucapannya sendiri. Sesuai saran dari Jeno, ia tidak akan memunculkan dirinya. Jadi Mark menempatkan Haechan di sebuah rumah yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan untuk menjalani perawatan secara intensif dengan Jeno sebagai dokternya.

Mark tidak akan sudi menempatkan Haechan dirumah sakit jiwa, baginya Haechan tidaklah gila.

Bukan maksud Mark memisahkan Jisung dan Haechan, Mark hanya ingin Haechan fokus pada kesehatan nya dan Jisung tidak khawatir akan ibunya. Mark tidak mau memperlihatkan bagaimana Haechan mengamuk pada Jisung. Mark hanya melindungi pikiran putranya agar tetap tau jika Haechan baik baik saja dan tidak menyeramkan.

Pagi nya sesuai perkiraan Mark jika Jisung akan mencari ibunya.

"Mommy dimana Daddy? Apa Mommy baik baik aja? Mommy sudah makan kan?"

Mark berjongkok menyamakan tingginya dengan sang anak. "Mommy ada di suatu tempat sayang, Tenang saja Mommy baik baik saja. Disana Daddy juga sudah menempatkan orang yang akan merawat Mommy."

"Tapi kenapa Mommy di sana? Kenapa Jiji tidak diajak?" tanya Jisung dengan kepala menunduk. Apa ibunya tidak sayang lagi padanya.

"Baby, jangan memikirkan hal yang buruk tentang Mommy ya. Mommy sangat mencintai dan menyayangi mu."

"Kau ingat kejadian kemarin. Mommy hanya perlu waktu untuk sendiri. Daddy tau kau anak yang pintar dan tau apa yang Daddy bicarakan."

Jisung termenung, mengingat kejadian kemarin. Jisung sering mendengar dari Eyang nya jika ibunya itu gila. Namun Jisung yakin ibunya tidak gila.

Ingatan kecilnya juga mengingat momen momen saat ibunya mengamuk, tapi ibunya tetap ibu yang hebat dan keren.

Mungkin benar kata ayahnya ibunya hanya butuh waktu sendiri.

"Tapi bagaimana jika Jiji rindu Mommy?"

"Daddy akan mengantar mu untuk berkunjung ke sana. Jie mau kan menunggu Mommy sampai benar benar kembali kesini?"

Jisung mengangguk dengan mantap, sampai kapan pun ia akan menunggu ibunya. "Iya Daddy. Jiji sayang sekali pada Mommy."

Mark memeluk putranya dengan lembut. "Mommy mu berhasil membesarkan mu dengan baik boy. Sekarang giliran Daddy yang menjaga mu."

"Sampai Mommy datang dengan sendiri nya. Daddy tidak punya hak untuk mencegah." Lirih Mark menutup matanya, menikmati pelukan hangat dari putranya.

•••••

Hiraeth [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang