Hiraeth 26

2K 157 2
                                    

Haechan tengah mengusap usap kepala Jisung yang tertidur di pahanya. Anaknya kelelahan setelah melihat lihat ruangan besar ayahnya. Tadi juga sedikit bermain dengan mainan yang dibawakan oleh paman Liu. Ternyata Mark yang menyuruh paman Liu membawa beberapa mainan ke kantor nya agar Jisung tidak bosan.

"Baby senang sekarang?" bisik Haechan terus menatap lekat putranya.

"Maaf, selama ini Mommy tidak melihat luka mu sayang. Usia mu masih sangat kecil untuk menyimpan luka sendiri."

"Kau selalu menutupinya agar Mommy baik-baik saja dan sekarang biarkan Mommy yang membuat mu bahagia. Apapun akan Mommy lakukan."

Termasuk melukai dirinya sendiri akan masa lalu kelamnya, biarkan Haechan menikmati semua rasanya, asal Jisung selalu bahagia.

Clek!

Mendengar pintu ruangan dibuka tubuh Haechan sedikit menegang, segera ia menenangkan hatinya. Ia sudah sembuh, bahkan Dokter Jeno sudah tidak menjadi dokternya lagi.

"Jisung tertidur?" Suara berat Mark mengudara diruang hening ini.

Pelan, Haechan mengangguk.

"Biarkan aku memindahkannya ke kamar pribadi ku dan bisakah kita bicara Haechan?"

Lagi lagi Haechan hanya mengangguk. Mengecup dahi Jisung sebelum Mark menggendong nya dan membuka sebuah pintu coklat di sana. Ternyata itu sebuah kamar.

Tak sadar Haechan meremas jemarinya, entah kenapa ia gugup saat Mark mengajaknya berbicara. Apalagi tidak ada Jisung disini.

Mark kembali duduk di single sofa dan menatap Haechan lembut. "Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu."

Haechan hanya menunduk tak berani mendongakkan kepalanya.

"Sebelum nya terima kasih kau mau memberi ku kesempatan untuk merawat Jisung juga. Betapa beruntungnya pria brengsek ini."

"Maaf, maafkan aku. Mungkin beribu maaf tidak bisa membuat luka yang ku beri hilang. Tapi aku akan tetap mengucapkan nya."

Mark menunduk menatap kakinya yang dibalut sepatu pantofel mewahnya. "Jika ada kalimat yang lebih besar dari kata maaf aku akan mengatakan nya."

Hening, setelahnya. Mark tak tau harus mengatakan apa lagi dan Haechan sibuk dengan pikiran nya sendiri.

Hingga Haechan membulat melihat Mark berlutut lagi dihadapannya.

"Haechan bisakah aku masuk kedalam kehidupan mu. Mengenalmu lebih dalam, menebus semua kesedihan dan tangis mu dengan senyum dan tawa bahagia? Aku memang tak tau diri meminta ini."

"Aku begitu serakah karena dimaafkan oleh mu tak membuatku puas, aku ingin memiliki mu dan Jisung untuk diriku sendiri. Pria hina ini sangat mencintaimu."

Haechan bergeming dengan sorotan sendu menatap Mark yang berlutut dan menundukkan kepala nya. Rasa benci itu masih ada di hati Haechan. Rasanya Haechan ingin berteriak jika Mark sangat tak tau diri meminta hal itu setelah melukainya sangat dalam.

Tapi ini bukan persoalan dirinya sendiri, ada Jisung yang menginginkan sebuah keluarga bahagia dan Haechan sudah berjanji akan melakukan apapun untuk kebahagiaan anaknya.

"Kau bisa menghukum ku dengan cara apapun Haechan, tapi biarkan aku mendekati mu secara perlahan. Jangan perduli kan aku, aku hanya ingin menunjukan rasa bersalah dan cinta ku pada mu."

"Jika kau merasa terganggu, kau bisa lakukan apapun untuk mengusirku."

Hatinya berdenyut, merendahkan dirinya hanya demi seorang pria submisiv mungkin ia akan ditertawakan oleh sebagian orang. Namun Mark tak perduli, ia hanya ingin menggapai cinta nya dan membangun sebuah keluarga bahagia.

Hiraeth [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang