Hiraeth 13

2K 154 6
                                    

Haechan membuka matanya merasakan kepala nya pusing. Matanya meliar menatap asing kamar yang ditempati nya. Lalu ingatannya berputar di hari kemarin.

Segera tubuhnya bangkit, tangannya saling mencengkram takut. Keringat dingin sudah muncul di dahinya. Haechan terisak menggelengkan kepalanya menghilangkan semua kenangan buruk kepalanya.

"Baby Jie..."

'Lawan rasa takut mu sendiri Haechan, kau bukanlah pria yang lemah.'

Perkataan Dokter Donny teringat olehnya. Matanya meliar untuk menemukan sesuatu sebagai senjatanya. Segera Haechan memecahkan sebuah cermin yang menggantung di dinding dan mengambil pecahan nya.

Prang!

Dengan langkah gemetar Haechan membuka pintu itu.

"Sudah bangun tuan."

Haechan memundurkan tubuhnya pada tembok menatap takut wanita paruh baya di depannya. Tangannya menodongkan pecahan kaca tadi pada Bibi Jen.

"Tenang lah tuan, saya bukan orang jahat." Bibi Jen tau kenapa Haechan bersikap seperti ini.

Haechan tak mendengarkan segera berlari cepat menuruni tangga, yang ada dipikiran nya adalah lari dari pria brengsek itu.

"Tidak, menjauh dari ku! Pergi!"

Teriak Haechan pada orang orang yang menghalangi jalannya, Haechan gemetar meski ia sudah membawa senjata untuk melawan, namun orang orang di depan nya banyak dan menyeramkan.

Pegangannya pada serpihan kaca semakin erat, hingga tangan nya kembali mengeluarkan darah di perban putihnya.

"Biarkan aku pergi, aku hanya inginkan keluar dari sini! Aku harus mencari anak ku. Pergi lah!"

Haechan menjerit putus asa, semuanya terasa sesak dan menyakitkan. Hatinya bahkan pikiran nya yang terus mengulang memori menyakitkan untuknya. Haechan seperti dihantam dari dua sisi sekaligus.

Kewarasan nya semakin menipis jika seperti ini. Haechan kehilangan porosnya. Saat kewarasannya semakin menghilang suara halus yang di kenalnya terdengar.

"Mommy."

Mata coklat basah itu menoleh pada sumber suara. Putra nya disana, menatapnya dengan sedih. "Baby...."

Prang!

Kaca yang dipegang nya kuat kuat terjatuh, seiring tubuh nya berlari untuk memeluk putranya. "Baby, jangan tinggalkan Mommy."

Jisung membalas pelukan ibunya tak tau kenapa Ibunya bisa seperti ini. Ibunya terlihat ketakutan sekali.

"Baby ayo kita pergi dari sini. Kita harus pergi yang jauh agar orang jahat itu tidak menemukan kita." Bisik Haechan semakin memeluk anaknya. Menggendong Jisung dan mengangkat tubuhnya.

Deg!

Pria itu disana, Haechan segera mundur dengan Jisung yang masih di gendongannya.

"Tidak, jangan ambil anak ku! Jangan sakiti dia. Pergi lah!"

Mark menatap sendu Haechan yang kembali histeris melihat dirinya. Mark melirik tangan Haechan yang kembali berdarah.

"Mommy." cicit Jisung merasa sesak oleh dekapan ibunya yang sangat erat. "Jie tidak bisa bernafas."

Haechan tak mendengar malah terus mengeratkan dekapannya. "Dia orang jahat baby. Jangan tinggalkan Mommy."

"Kau bisa melukai putra kita Haechan. Dia kesulitan bernafas."

"Tidak! Jangan mendekat! Jangan ambil putra ku."

Haechan malah berteriak dan memundurkan langkahnya. Tak mengijinkan Mark mendekat. Jisung sendiri sudah kesulitan bernafas karena dekapan ibunya.

Hiraeth [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang