Sepasang mata itu terus memperhatikan bagaimana indah nya senyum pria dan putranya. Tak sadar Mark ikut tersenyum. Mark merasa hatinya ikut bahagia, sedikit beban nya menguap akan itu.
"Aku berharap kalian selalu tersenyum seperti itu. Aku akan memastikan kalian bahagia selalu." Gumam Mark dengan tulus.
"Kopi?"
Mark menoleh mendapati Jeno yang menyodorkan nya segelas kopi. "Terima kasih."
Jeno hanya mengangguk ikut menatap Haechan dan Jisung yang tengah bermain di taman rumah ini, seraya menyesap kopinya.
Jika dilihat seperti ini Haechan terlihat sangat bahagia dan tidak akan menyangka jika pria cantik itu sedikit sakit.
"Tahap terapi awal cukup bagus. Tapi aku tidak yakin dengan tahap terapi berikutnya."
"Terapi seperti apa? Apa itu membuat Haechan terluka?"
Jeno menatap Mark dengan datar. "Bisa dikatakan ya dan tidak. Bukan luka fisik tapi luka hati. Terapi untuk membiasakan diri bertemu dengan orang-orang di masa lalu nya."
"Maksudmu? Ingin mempertemukan Haechan dengan orang orang brengsek itu."
"Kau mengatai dirimu sendiri Mr. Jung." Jeno tersenyum tipis sebelum menggeleng.
"Untuk orang orang di masa sekolah nya akan sedikit kemungkinan bertemu dengan Haechan."
Tatapan Jeno beralih pada Mark, menatap pria didepannya dengan lekat. "Kau, Haechan harus terbiasa melihat mu. Bagaimana pun kalian orang tua Jisung. Tidak mungkin kalian bersikap tak sewajarnya."
"Psikis Jisung akan semakin terkena dampaknya setiap hari, jika kalian tidak berdamai."
Mark hanya terdiam masih terus menatap kedua orang yang dicintainya. Jeno benar, tak mungkin dirinya dan Haechan terus seperti ini. Jisung pastinya perlu orang tua yang harmonis seperti teman temannya.
Bisa kah Haechan melihat dirinya dengan tatapan biasa dan tidaklah takut atau bahkan membenci nya. Dan yang paling penting, bisakah Haechan memaafkannya.
"Aaaaa..., Mommy. Hihihi~"
"Kau tertangkap Baby."
Haechan memeluk tubuh putranya dengan erat. Haechan senang mendengar tawa indah Jisung mengisi pendengaran nya.
"Lelah baby, ayo kita duduk."
Jisung mengangguk merasa lelah setelah bermain kejar-kejaran dengan ibunya. Mata hitam Jisung menatap ibunya dengan binar senang.
"Mommy, kemarin Jisung dapat nilai 90 dalam menggambar."
"Wahh.. Baby hebat, Mommy bangga sekali." Haechan menjawil hidung bangir Jisung. Haechan selalu percaya jika Vano anak nya yang hebat dan pintar.
Jisung terkekeh kecil, menggenggam jemari ibunya. "Jiji juga senang punya banyak teman. Mereka baik baik. Tidak ada yang mengejek-"
Haechan mengerutkan dahinya saat Jisung tak menyelesaikan ucapannya. "Kenapa baby? Cerita saja pada Mommy. Jangan menyimpan nya sendiri."
Jisung menunduk mengeratkan genggaman nya pada sang ibu. Ia tidak bermaksud untuk mengatakan kebenaran di sekolahnya dulu. Hanya terlalu senang hingga keceplosan.
"Hei baby, Mommy disini. Baby bisa menceritakan semuanya pada Mommy. Mommy tidak akan marah." Haechan berucap dengan lembut, menarik tubuh Jisung pada pangkuannya.
Setelah itu putranya menangis dipeluknya. Jisung adalah anak yang jarang menangis. Jika pun anaknya menangis itu berarti ada sesuatu yang sangat membuatnya sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth [Markhyuck]
FanfictionRemake story!!! Original story by @imyour_jie ••••• Hiraeth memiliki arti yakni kerinduan atau keinginan yang tulus dari rasa penyesalan. Penyesalan yang tak berujung bagi Mark Lee untuk seorang pria cantik yang sudah ia hancurkan masa depannya. Bu...