Hiraeth Epilog

2.1K 110 28
                                    

Aku gak tanggung jawab kalau setelah baca ini kalian sedih, kesel ataupun marah. Hihihi~

•••••

Seorang pria cantik menatap sendu rintik-rintik gerimis dari balkon kamarnya. Ini sudah masuk dalam musim penghujan.

Tangan nya mengusap lembut perutnya yang sudah terlihat membuncit. Hal wajar mengingat ini sudah memasuki bulan ke tujuh.

"Mommy."

Suara lembut seseorang menyentak pria cantik itu. Menoleh ke arah pintu kamar terlihat bocah kecil tampannya sudah terbangun.

"Sudah bangun?"

Dengan lembut pria itu, Haechan mengusap surai hitam putra kecilnya itu. "Hmm." kepala kecilnya mengangguk, menduselkan wajahnya di kaki sang ibu.

"Eh.. Masih manja pada Mommy, padahal sebentar lagi baby akan jadi kakak."

Wajah yang terbenam di kaki ibunya itu mendongak, sangat tampan dengan mata bulat berbinar, hidung mancung, pipi chubby dan jangan lupakan kulit seputih saljunya.

"Hallo... Dedek ini Hyung. Selamat pagi." tangan kecilnya mengusap lembut perut sang ibu.

Haechan menatap lekat wajah putranya itu. Tampan, wajah putranya sangat menjiplak apik wajah ayahnya.

"Mommy, Daddy belum bangun?"

"Belum sayang. Bangunkan gih, ini sudah siang." Haechan tersenyum jahil melirik suaminya yang masih tertidur di ranjang besar mereka.

Sang anak segera mengangguk lalu naik dibantu Haechan keatas ranjang. Lalu tubuh gempal itu meloncat loncat di atas kasur.

"Daddy!! Daddy!!! Ayo bangun, ini sudah siang Daddy!!"

"Daddy!! Bangun, bangun!!"

Merasa terganggu karena ranjang yang bergerak brutal membuat pria dewasa itu membuka matanya. Mata hitamnya menatap anaknya tengah meloncat loncat di kasur seperti biasa.

Ketika hendak berbicara namun terhenti saat tubuh gempal itu dengan cepat mendudukkan dirinya di perutnya dengan hentak keras.

"Aghh.. Sayang, Daddy sudah ban-gun."

"Yeee~ Daddy sudah bangun Mom." Anak itu tak merasa bersalah pada ayahnya yang tengah kesakitan, malah bertepuk tangan riang didepan wajah sang ayah.

Mata pria itu melirik sedikit istrinya yang duduk dengan mengusap perut buncitnya, suatu pemandangan yang indah menurutnya.

Kembali menatap anaknya, ide jahil muncul di kepala nya. Jari panjangnya menggelitiki sekitar pinggang dan perut gembul anaknya itu. Membuat tawa indah keluar dari bibir mungilnya.

Haechan tersenyum mendengar tawa itu masuk ke indera pendengarannya. Selalu bahagia melihat anak anaknya tertawa.

"Sudah jangan digelitiki lagi sayang, lebih baik kalian mandi. Mommy akan siapkan sarapan."

"Ayo kita mandi Prince, ngeengg~ Berangkat."

"Brumm.. Lebih cepat Daddy."

Lagi lagi senyum manis Haechan muncul melihat bagaimana kehangatan anak dan ayah itu sebelum turun ke bawah menyiapkan sarapan.

Kedua ayah dan anak itu turun menuju lantai bawah, disana mereka melihat Haechan dan kepala pelayan tengah menata meja makan dengan menu sarapan sehat.

"Sudah wangi tampan tampan ku?"

"Sudah Mommy.. Cium."

Anak berusia 10 tahun itu menyodorkan dirinya sendiri untuk dicium oleh ibunya.

Hiraeth [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang